"Mas ...." Airin terkejut saat kedua matanya melihat dengan jelas suaminya tengah bercumbu dengan seorang wanita.
Airin kembali membulatkan mata tidak percaya, karena melihat suaminya tidak bereaksi sedikit pun. Wanita itu bergerak, menarik pundak Julian, hingga dia berhasil membuat Julian menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke belakang.
"Siapa kau?" tanya Julian dengan mata sayu pun napas yang dia keluarkan mengeluarkan bau menyengat khas minuman beralkohol.
Airin menggelengkan kepalanya. Tangan kirinya bergerak menjepit hidung dan tangan kanannya langsung mengipas depan wajah.
"Sayang, apa kau mau membiarkanku berdiri di sini hingga larut malam?"
Airin membulatkan mata saat mendengar suara seorang wanita yang sangat dia kenali. Perempuan yang sudah rapi dengan dress terusan hingga paha itu bergerak menarik tubuh suaminya, untuk mencari tahu pemilik dari suara wanita itu.
"jadi, kau yang membuat suamiku pulang dalam keadaan seperti ini, Clara."
Airin menajamkan pandangannya saat melihat wanita berbadan mungil saat ini tengah tersenyum untuknya. Sementara Julian, laki-laki itu sudah menyingkir sedikit ke samping kanan, tapi dia masih berada di luar.
Clara Chelsea, dia wanita yang berprofesi sebagai model sekaligus kekasih dari Julian. Mereka berdua sudah menjalin kisah cinta sebelum Julian menikah.
Seperti yang dikatakan, Pernikahan Airin dan Julian ini terjadi karena kedua keluarga melakukan perjanjian bisnis.
Jika saja perjodohan itu tidak terjadi, maka bisa di pastikan Julian akan menikahi Clara. Namun, takdir mempermainkan kisah cinta Julian, yang harus terpaksa menikahi Airin.
"Hai, Airin, selamat malam. Bolehkah kami masuk?" Clara berlagak sopan, tapi Airin tahu maksud perkataan yang keluar dari mulutnya itu adalah merendahkannya.
"Kau memanggil wanita itu siapa?" tanya Julian yang saat ini dalam.pengaruh alkohol.
Begitulah sikap laki-laki itu jika kebanyakan minum. Dia tidak akan mengingat siapa yang begitu tidak terlalu penting dalam hidupnya.
"Dia, Airin, Sayang. Istrimu." Clara mengenalkan Airin kepada Julian, membuat laki-laki itu menganggukkan kepalanya.
"Apa yang kau maksud itu adalah si rongsokan?" cicit Julian dan Clara yang mendengar itu hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Sementara Airin yang dipanggil seperti itu hanya bisa diam. Kemeriahan yang tadinya meluap entah kenapa langsung padam.
Ternyata penampilannya ini tidak membawa pengaruh apapun, karena tetap saja dia mendapatkan panggilan rongsokan dari sang suaminya.
Satu hal yang harus kalian ketahui. Julian hanya memanggil nama istrinya saat mengucapkan ijab kabul dan setelah itu. Dia tidak pernah lagi memanggil nama itu.
"Airin, eh rongsokan. Maaf bukan aku yang mengatakan itu, tapi tadi kau dengar sendiri kan?" Clara mulai memanas-manasi Airin.
Airin yang mendengar kata-kata rongsokan yang keluar dari mulut, Clara tentu tidak terima.
Boleh saja Julian memanggilnya seperti itu, tapi jika ada orang lain yang ikut-ikutan tentu dia akan marah.
"Ka-"
"Hai, rongsokan. Minggir! Menjauh dari jalanku!" Julian menyela ucapan yang tadinya akan keluar dari mulut, Airin.
Laki-laki itu bergerak mendorong tubuh istrinya ke samping, hingga Airin tidak lagi berdiri di lawang pintu masuk.
"Dasar sampah," ujar Julian setelahnya dan dia langsung bergerak melingkarkan tangannya di pinggang ramping, Clara, pujaan hatinya sedari kuliah dulu.
Julian dengan rupa yang sudah berantakan menuntun Clara masuk ke dalam rumahnya. Sementara Airin, wanita itu hanya bisa diam saat melihat suaminya sendiri membawa wanita lain masuk ke dalam rumahnya dan itu bahkan Julian lakukan dengan terang-terangan.
Sebenarnya ini sudah sering terjadi. Jika Clara sudah berada di sini, berarti dia sebagai istri sah menyingkir.
Padahal yang seharusnya terjadi, bukan seperti ini. Dia tidak sepantasnya diam kan? Iya, kan? Airin seharusnya melawan saat wanita yang berstatus kekasih gelap sang suami bertingkah seperti itu, dia harus melawan bukan?
"Mas, berhenti!" Airin mengangkat suara dan ini kali pertama wanita itu berani. Entah ia mendapatkan keberanian dari mana, dia tidak tahu, tapi yang jelas ia sudah lelah diam.
Sementara Julian. Laki-laki itu menghentikan langkah tepat di anak tangga pertama. Dia bergerak memutar posisi berdirinya menghadap ke arah Airin dan Clara yang masih menempel di tubuhnya ikut menatap ke arah wanita yang malam ini kelihatan begitu sangat malang, menurutnya.
"Minta wanita itu pergi sekarang!" perintah Airin sembari tangan kanannya menunjuk ke arah pintu yang masih terbuka lebar.
Mimik wajah waita itu kelihatan sangat marah. Garis-garis wajahnya juga terlihat mengetat.
Sementara Julian, bukannya mengikuti perkataan Airin. Dia malah bergerak mengurai pelukannya di pinggang Clara.
Laki-laki itu berjalan mendekati Airin, "Kau punya hak apa hingga berani memerintah seperti itu?" Dengan penuh penekan dan tatapan mata yang tajam, Julian bertanya. Bahkan sekarang tangan kanannya sudah mencekal lengan otot Airin yang tidak terlalu apapun.
Airin meringis, air mata yang sedari tadi dia tahan mengalir keluar. Sungguh, dia sebenarnya tidak kuat berada di posisi seperti ini.
Jika dulu dia punya pilihan menolak, Airin akan memilih itu saja. Namun, sialnya lima tahun lalu dia tidak diizinkan untuk itu.
"Kau lupa statusmu di tempat ini?" tanya Julian dengan tatapan mata yang begitu sangat merendahkan Airin.
Airin masih diam. Dia lebih memilih meringis dari pada menjawab kata-kata yang keluar dari mulut suaminya itu.
Julian yang sudah jengah melihat wajah wanita itu langsung menghempas tubuh Airin, hingga jatuh terduduk di lantai.
"Biar pun kau merubah penampilanmu seperti itu, kau tidak akan bisa merubah pandanganku." Julian bergerak untuk menekuk lututnya.
Laki-laki itu bergerak menjepit sisi pipi Airin, "Kau rongsokan dan tetaplah berperilaku sebagai barang tak layak pakai!" Julian menghempas kepala Airin, membuat wanita yang tadinya terduduk itu, langsung berposisi sedikit tiduran.
Julian kembali berdiri dan berjalan mendekati Clara yang saat ini tengah menatap Airin degan pandangan sangat-sangat merendahkan.
"Maaf yah, malam ini aku mengambil posisimu dulu, rongsokan."
Setelah mengatakan itu, Clara dan Julian kembali menaiki anak tangga. Sementara Airin, wanita itu hanya bisa duduk meringkuk dengan punggung bersandar di dinding.
Sungguh, padahal dia mengira kalau Julian malam ini akan merubah sikapnya setelah melihat penampilan Airin yang sudah tidak lagi seperti ibu-ibu. Namun, ternyata tetap saja. Mau dia berdandan atau tidak, Julian ternyata memang sudah tidak menyukainya dari awal.
Namun, biar begitu Airin tidak menyerah. Entah kenapa disaat-saat seperti ini, dia mengingat obrolan suaminya tiga hari yang lalu.
Airin menghapus air matanya dengan gerakan kasar, "Baiklah, kalau hal itu yang kau inginkan, Mas." Airin mencoba meredam tangisnya.
Wanita itu menarik napas, "Aku akan mengikuti apa yang, Mas inginkan. Termasuk permainan itu." Ujar Airin dan wanita itu bertekad untuk mengubah semua ini. Dia sudah lelah menjalani hidup seperti ini dan kita lihat apa yang akan terjadi setelah malam ini.
...T.B.C...
...Nah, nah, apa nih?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Susi Andriani
ia airin jadi istri jangan lemah tunjukan taringmu
2022-04-20
3
Sinar_Tiata
waktunya pembalasan
2022-03-07
1
Sky Blue
D tunggu kax untuk chap slanjutnya🥰🥰🥰🥰
2022-02-27
1