Bab 4

Mentari mengobati luka di tangannya,dengan mengolesi salep pereda rasa nyeri,serta membalutnya dengan kain perban,ia nampak kesulitan ,namun ia selalu berusaha melakukannya sendiri,karena gadis malang itu tidak punya siapa siapa lagi selain ayahnya,ia hanya memiliki seorang ayah yang selalu berada di baris terdepan untuk melindunginya,selain itu entahlah,apa masih ada perduli padanya apa tidak.

Nasib nya begitu malang,seolah hidup segan mati tak mau,terkadang ia merasa iri dengan keadaan teman temannya yang selalu mendapat kasih sayang sempurna dari orang tua dan keluarga.

Mentari merebahkan tubuhnya yang terasa lelah,hingga perlahan matanya mulai terpejam,namun sesaat kemudian ia terhenyak saat sebuah guyuran air menerpa wajahnya.

" Enak sekali kamu yah,kamu merasa jadi tuan puteri di sini? siapkan kami makan malam!!" titah ibu.

" Baik Bu." Mentari bangun dari tidurnya,kemudian ia membuka sebuah lemari untuk mengganti pakaian terlebih dulu.

" Sekarang!!" teriak bu Sri lagi dengan suara lantang.

" Tapi Bu,pakaian Tari basah,Tari harus menggantinya dulu." ujar Mentari.

" Tidak usah banyak alasan,ibu bilang sekarang ya sekarang!!"

" Baik Bu." terpaksa Mentaripun menuruti, gadis itu berjalan menuju dapur dengan pakaian basah akibat siraman yang ibu lakukan padanya.

" Bu,bisa tidak perlakukan Mentari dengan baik sedikit saja."

" Jangan sebut nama wanita itu di depan ku!!" teriak Ibu sambil menatap tajam ke arah suaminya.

" Jangan harap aku bisa perlakukan dia dengan baik,sampai kapanpun aku tidak sudi menerimanya." tambah ibu lagi.

Pak Hasim menghampiri Mentari,seolah menghindari amarah istrinya,yang selalu mengungkit masa lalunya di kala mereka bertengkar,dan hal itu selalu membuatnya semakin merasa bersalah,pria paruh baya itu mengusap kepala Mentari dengan lembut.

" Tari ganti dulu pakaian mu!!"

' Nanti saja Pak." sahut Mentari gugup saat ia melirik sang Ibu yang kembali masih membulatkan mata.

" Tidak perlu takut,bapak akan selalu menjaga mu."

Mentaripun mengangguk,gadis itu kembali ke kamarnya hendak mengganti pakaian.

Setelah itu ia segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam sebelum ibu kan kakaknya berteriak kembali.

Tidak banyak yang dia masak,hanya beberapa lauk untuk satu kali makan yang akan di santap empat orang,sehingga ia bisa dengan cepat menyelesaikannya.

Ia kembali ke kamarnya hendak menunaikan shalat magrib yang sedikit terlambat.

Seperti hari sebelumnya pak Hasim mengajak Faiz untuk shalat berjama'ah di mesjid,kali ini Faiz menutujui,ia berjalan beriringan dengan Pak Hasim hendak pulang dari sebuah mesjid sederhana yang berada di kampung itu.

" Mampir dulu pak?" ajak Faiz saat ia tiba di depan rumahnya.

" Kapan kapan saja Nak Faiz.perut bapak sudah lapar,kalo bisa kita makan malam bersama sekalin di rumah." ajak bapak balik.

" Insyaallah pak,terimakasih sebelumnya."

" Kalau begitu bapak tunggu di rumah ya,jangan lama lama." bapak pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban Faiz lagi.

" Bagaimana ini?padahal tadi aku ingin menolaknya,tapi aku takut dia benar benar menungguku." gumamnya dalam hati.

Tidak lama iapun masuk ke dalam rumahnya dan segera mengganti pakaian.

Dan benar saja,Saat Faiz datang,Pak Hasim dan keluarga sudah duduk di sebuah meja makan,tanpa berani menyentuh makanan di hadapannya.

" Maaf Pak aku membuat kalian menunggu." Faiz terkekeh merasa tidak enak.

" Tidak apa apa." sahut ibu sambil mengajak Faiz duduk di sebelah Rahayu.

" Silahkan Pak Dokter,maaf kami tidak tau pak Dokter mau datang ke sini,jadi kami hanya memasak seadanya saja." tambah ibu lagi dengan ramah.

Kemudian bu Sri menyenggol lengan anaknya ,memberi kode agar Rahayu mau melayani Faiz dengan lirikan matanya.

Rahayu pun segera bangkit,lalu ia membantu Faiz mengambilkan makanan ke dalam piring nya.

'Tidak apa apa Bu, maaf jadi merepotkan." balas Faiz sambil menunjukan senyum yang mampu menggetarkan hati siapa saja yang melihatnya.

" Tidak merepotkan,kami malah senang pak Dokter datang ke sini." Rahayu ikut membuka suaranya,sambil menampilkan senyum nakalnya.

Faiz hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Rahayu,merekaoun mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya masing masing,namun Faiz merasa masih ada yang kurang,matanya masih berkeliaran mencari sosok wanita yang tidak nampak di sana.

" Maaf Mentari kemana?" tanya Faiz.

Sontak membuat ibu tersedak kala mendengar nama itu.Raut wajah ibu berubah menjadi masam.

" Dia masih di kamar,biasanya dia makan setelah kami selesai makan." jawab Rahayu,namun gadis itu langsung menutup mulutnya karena keceplosan.

" Kenapa begitu?"

" Tidak tau,dia memang seperti itu sejak dulu." jawab Rahayu gugup.

" Dia anak pendiam dan lebih suka menyendiri, daripada makan bersama seperti ini." tambah ibu berusaha membantu anaknya bicara tanpa di fikir terlebih dulu,Faiz mengerutkan keningnya nampak curiga,namun ia kembali menyantap hidangannya sambil menganggukan kepala.

" Aneh sekali,kenapa seperti itu? padahal siang tadi kita makan bersama,dia nampak biasa saja,bahkan terlihat nyaman walaupun kita belum cukup kenal." gumamnya dalam hati.

" Yu,coba ajak Tari ke sini,siapa tau dia mau makan bersama jika ada pak Dokter." titah bapak, saat ia mempunyai cara agar anak gadisnya bisa merasakan makan bersama seperti ini,ia yakin Mentari akan senang dengan hal ini.

" Apa?" Rahayu nampak terkejut,namun dengan segera ia mengembalikan raut keterketujannya.

" Baik Pak?" Rahayu mengangguk,nampak jelas raut tidak suka di wajahnya.

Dan semua itu tidak luput dari perhatian Faiz.

" Yang benar saja,aku harus mengajak anak itu makan bersama? nafsu makan ku jadi hilang." gumam Rahayu seraya berjalan menuju kamar Mentari.

" Tari!!!" teriaknya sambil mengetuk pintu kamar dengan kasar.

" Iya Kak." sahut Mentari dalam kamar, kemudian ia segera membuka pintu tersebut.

" Ada apa kak?" tanya Mentari sambil menundukan kepala sedikit takut, saat mendapat tatapan tajam dari sang kakak.

" Bapak mengajak mu makan,ingat jaga tingkah mu di depan dokter Faiz." ujar Rahayu sambil mengangkat telunjuknya di hadapan wajah Mentari.

" Sini Nak,kita makan bersama." ajak Bapak senang,seraya mengajak anak gadisnya duduk di sebelah ibu dan berhadapan langsung dengan Faiz.

Mentari semakin menundukkan kepala, tidak berani mengangkat wajahnya sama sekali,bahkan Faiz sampai kesulitan untuk melihat raut wajahnya.

" keluarga ini aneh sekali." gumam Faiz ia merasa ada yang tidak beres dengan keluarga tersebut,hingga perhatiannya tertuju pada telapak tangan Mentari yang masih terbalut perban yang terpasang asal asalan.Karena gadis itu sendiri yang memasangnya.

" Mentari,tangan mu kenapa?" tanya Faiz dan lagi lagi membuat Ibu tersedak karena mendengar nama itu.

" Tidak apa apa dokter." jawab Mentari gugup,sambil mengangkat sedikit kepalanya,setelah itu ia kembali menunduk saat melihat tatapan tajam sang Kakak.

" Balutan perban mu tidak terpasang dengan benar,kalau boleh aku akan memperbaikinya." ujar Faiz seraya menyuapkan makanan terakhirnya.

" Tidak perlu pak Dokter." Balas Mentari.

" Tari,Nak Faiz benar,sebaiknya perban mu di perbaiki,jika seperti itu lukanya tidak akan cepat sembuh." ujar bapak yang langsung mendapat lirikan tidak suka dari sang istri.

Terpopuler

Comments

Umaya Nafifa

Umaya Nafifa

jodoh faiz mentari

2022-03-19

1

Siti Nurjanah

Siti Nurjanah

jawab mentari gugup

2022-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab. 58
59 Bab .59
60 Bab 61
61 Bab.62
62 Bab.63
63 Bab 64
64 Bab.65
65 Bab.66
66 Bab. 67
67 Bab. 68
68 Bab .69
69 Bab.70
70 Bab.71
71 Bab 72
72 Bab.73
73 Bab.74
74 Bab.75
75 Bab.76
76 Bab. 77
77 Bab.78
78 Bab.79
79 Bab 80
80 Bab.81
81 Bab.82
82 Bab.82
83 Bab.83
84 Bab.84
85 Bab.85
86 Bab .86
87 Bab.87
88 Bab.88
89 Bab.89
90 Bab.90
91 Bab.91
92 Bab.92
93 Bab.93
94 Bab.94
95 Bab.95
96 Bab.96
97 Bab.97
98 Bab.98
99 Bab.99
100 Bab.100
101 Bab. 101
102 Bab.102
103 Bab.103
104 Bab .104
105 Bab.105
106 Bab .106
107 Bab.107
108 Bab.108
109 Bab.109
110 Bab.110
111 Bab.111
112 Bab .112
113 Bab.113
114 Bab.114
115 Bab.115
116 Bab.116
117 Bab.117
118 Bab.118
119 Bab.119
120 Bab.120
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab. 58
59
Bab .59
60
Bab 61
61
Bab.62
62
Bab.63
63
Bab 64
64
Bab.65
65
Bab.66
66
Bab. 67
67
Bab. 68
68
Bab .69
69
Bab.70
70
Bab.71
71
Bab 72
72
Bab.73
73
Bab.74
74
Bab.75
75
Bab.76
76
Bab. 77
77
Bab.78
78
Bab.79
79
Bab 80
80
Bab.81
81
Bab.82
82
Bab.82
83
Bab.83
84
Bab.84
85
Bab.85
86
Bab .86
87
Bab.87
88
Bab.88
89
Bab.89
90
Bab.90
91
Bab.91
92
Bab.92
93
Bab.93
94
Bab.94
95
Bab.95
96
Bab.96
97
Bab.97
98
Bab.98
99
Bab.99
100
Bab.100
101
Bab. 101
102
Bab.102
103
Bab.103
104
Bab .104
105
Bab.105
106
Bab .106
107
Bab.107
108
Bab.108
109
Bab.109
110
Bab.110
111
Bab.111
112
Bab .112
113
Bab.113
114
Bab.114
115
Bab.115
116
Bab.116
117
Bab.117
118
Bab.118
119
Bab.119
120
Bab.120

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!