Setelah menempuh jarak yang lumayan cukup jauh dan melelahkan,akhirnya mereka tiba di sebuah tempat perbelanjaan,suasana pasar begitu ramai,para warga berlalu lalang mencari sesuatu yang mereka butuhkan,para pedagangpun nampak bersemangat menjajakan dagangannya,berusaha menarik perhatian para pembeli.
Faiz dan Mentari ikut bergabung ke tengah tengah keramaian, mendatangi sebuah toko sembako,membeli semua apa yang ia butuhkan untuk beberapa hari.Tidak lupa ia juga menawarkan sesuatu untuk Mentari.
Hingga beberapa jam akhirnya mereka sudah mendapat apa yang mereka inginkan.
Mentari nampak kelelahan,keringat sudah mulai bercucuran di keningnya.
" Sepertinya kita butuh makan." Faiz yang melihatnya sedikit iba.
Mentari hanya mengangguk setuju.
Mereka lalu pergi ke sebuah warung bakso,menurut keterangan Mentari bakso tersebut paling enak dan paling ramai di antara yang lain.
Mereka langsung mencari sebuah bangku kosong yang bisa mereka tempati.
Hingga akhirnya merekapun mendapatkannya,dan dengan segera mereka memesan sesuai selera masing masing.
" Kamu sering datang ke sini?" tanya Faiz basa basi.
" Hanya sesekali saja, karena selama tiga tahun aku tidak tinggal di sini." jawab Mentari.
" Lalu kamu tinggal dimana?" nampaknya Faiz mulai penasaran.
" Selama tiga tahun aku ikut Bibi ke Kota,aku tinggal dan sekolah di sana." terang Mentari.
" Lalu kenapa kamu tidak melanjutkan pendidikan mu di sana?"
" Aku tidak mau merepotkan keluargaku,bagiku bisa lulus SMK saja sudah cukup." Mentari nampak tersenyum getir.
" Kenapa kamu tidak mencari kerja di kota?"
" Tadinya aku ikut membantu bibi sebagai perias pengantin,biasanya aku melakukan itu di hari libur sekolah,karena biasanya orang orang mengadakan acara pernikahan di hari libur,tapi beberapa bulan yang lalu bapak memberitahu ku jika akan ada seorang dokter ke daerah ini,dan bapak menawari ku untuk menjadi asistennya,tentu saja aku menerima tawaran bapak." jelas Mentari panjang lebar.
" bukannya menjadi perias lebih menjamin?"
" Lumayan,tapi aku kurang suka,sebenarnya sejak dulu aku ingin sekali menjadi seorang perawat,tapi itu tidak mungkin." Mentari terkekeh,berusaha menyembunyikan kesedihannya.
Faiz mengangguk ,sepertinya ia mulai nyaman dengan keberadaan Mentari di sisinya,karena gadis itu masih bisa di ajak berkomunikasi walaupun tidak banyak bicara.
Hingga akhirnya pesanan merekapun datang, mereka mulai menyantapnya dengan lahap tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Akhirnya semua selesai,karena barang bawaan mereka terlalu banyak,Mentari lebih memilih pulang memakai angkutan umum,seraya membawa belanjaan,sementara Faiz pulang dengan mengendarai sepeda motor yang ia pinjam.
Setelah beberapa jam akhirnya merekapun sampai,Mentari memberhentikan angkutan umum yang ia naiki tepat di depan rumah Faiz.
Faiz yang lebih dulu sampai, membantu menurunkan semua barang belanjaannya.
" Terima kasih sudah menemaniku,sekarang kamu bisa pulang,aku akan mencatat semua tugas yang harus kamu kerjakan,jangan lupa besok kamu harus datang lebih awal." titah Faiz seraya menyerahkan barang belanjaan Mentari.
" Baik pak Dokter,terimakasih.kalau begitu aku pamit dulu." Mentari mengangguk seraya menampakan senyum manisnya.
" Dasar gadis murahan!!baru kenal beberapa hari saja kamu sudah mau di ajak pergi!!" teriak ibu dari ambang pintu sambil berkacak pinggang.Ketika melihat Mentari datang.
" Maaf Bu,Tari hanya mengantarnya ke pasar." Gadis itu berusaha membela diri.
" Apa yang kamu bawa?" Rahayu merebut paksa belanjaan yang Mentari bawa.
" Darimana kamu mendapat ini semua?" tanya Rahayu saat membongkar bungkusan yang berisi beberapa jilbab yang sengaja ia beli.
" Pak dokter yang membelinya."
" pintar sekali kamu merayu pria itu sampai dia mau membayar belaanjanmu." tambah Rahayu,seraya membanting bungkusan tersebut ke lantai.
" Tari tidak merayunya kak!!"
" Sudah berani mengelak!!" bentak ibu,ia langsung menarik jilbab Mentari dan membawanya ke dalam rumah.
" Dasar anak tidak tau diri,sifat mu memang tidak jauh berbeda dengan Ibu mu." Ibu semakin emosi saat menyebut wanita yang telah melahirkan Mentari.
Dia mendorong tubuh kecil Mentari hingga tersungkur ke belakang.
"Kalo bukan karena bapak ku,aku ingin sekali menghabisimu." ucap Rahayu sambil menginjak telapak tangan Mentari dan sedikit memberi tekanan,hingga Mentari histeris kesakitan.
" Ampun kak !!" lirihnya.
"Ingat jangan pernah berharap mendapat perhatian dari dokter itu." ucapnya lagi,dan setelah itu merekapun pergi meninggalkan Mentari yang masih terisak.
" Mentari!!" bapak yang baru pulang dari tempat kerjanya langsung menghampiri mentari,ia membantu anaknya itu untuk berdiri dan membawanya ke dalam kamar.
" Apa yang terjadi Nak?" tanya bapak lembut,seraya membelai kepala gadis malang itu.
" Tidak terjadi apa apa Pak." balas Mentari,masih berusaha menampakan senyum di bibirnya.
" Maaf kan bapak,karena bapak kamu harus mendapat perlakuan kasar dari mereka setiap hari." bapak nampak menitikan air mata.
" Ini bukan salah Bapak." ujar Mentari seraya menggenggam tangan keriput yang menjadi cinta pertamanya.
" Kamu sudah makan?" tanya bapak sambil mengusap air mata dari pipinya.
" Sudah pak ! tadi pak Dokter meminta Tari untuk menemaninya ke pasar,kita makan di sana,tidak apa apakan pak?" tanya Mentari sedikit takut.
" Tidak apa apa,bapak yakin dia orang baik,dan bapak percaya pada mu,kamu akan menjaga harga dirimu dan tidak akan mengecewakan bapak."
" Iya Pak,Tari janji akan menjaga diri Tari dengan baik." balas nya lagi.
" Ya sudah kalo begitu,ini untuk mu,simpan baik baik,jangan sampai ibu dan kak Ayu tahu." ucapnya lagi seraya memberikan sedikit uang gajinya.
Seperti biasa,tiga bulan sekali ia selalu mendapat bagian dari hasil kerjanya sebagai ketua RW, pria itu selalu menyisihkan uang tersebut untuk di berikan kepada anak hasil pernikahan dengan istri mudanya,karena tidak ingin di ketahui anak dan istri tuanya ,pria paruh baya itu selalu memberikan uang tersebut dengan sembunyi sembunyi.
" Terimakasih pak." ujar Mentari sambil menerima satu lembar uang tersebut.
Sejak kecil,Mentari selalu menjadi korban bulan bulanan ibu dan saudara tirinya.Karena ia terlahir dari wanita yang sempat menarik perhatian Pak Hasim,saat itu pak Hasim masih bekerja di sebuah perusahaan yang mewajibkanya untuk pergi ke luar kota hingga beberapa tahun,dan terpaksa ia harus meninggalkan istri dan anaknya,beberapa bulan berada di perantauan ia sudah tidak sanggup menahan gairahnya sebagai pria normal,hingga ia di pertemukan dengan Mentari,gadis cantik yang mampu mencuri perhatian Pak Hasim,hingga akhirnya mereka melangsungkan pernikahan,namun pernikahan itu tidak berlansung lama,Mentari mengembuskan nafas terakhirnya setelah berhasil melahirkan seorang bayi perempuan,sebelum meninggal Mentari berpesan kepada Pak Hasim untuk selalu menjaga dan merawat anak mereka,hingga ia memberikan namanya pada bayi yang baru di lahirkannya.
Karena rasa tanggung jawabnya kepada anak dan istri,pak Hasim membawa pulang bayi merah itu dan memberikannya pada istri tuanya.Tak lupa iapun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,namun Bi Sri tidak terima,ia marah besar kala itu,hingga sekarang amarahnya masih menggebu gebu tak kala ia melihat gadis yang tumbuh bersamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments