I Will Never Let You Go
Setelah memutuskan untuk pergi jauh,Akhirnya Faiz berhasil tiba di sebuah desa terpencil yang masih asri,serta belum banyak terjamah masyarakat luar dan jauh dari tenaga medis,bahkan belum terjangkau signal seluler,oleh sebab itu Faiz sengaja datang ke sana semata mata untuk menenangkan hatinya dan berharap tidak akan ada yang bisa mengetahui keberadaannya.
Iya juga berharap bisa memulai hidupnya yang baru di tempat itu.
meninggalkan semua harapan dan mimpi-mimpinya,menyisakan kenangan yang tidak mungkin pernah bisa ia lupakan seumur hidup,menerima kenyataan pahit yang dia alami memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Walau hanya sebagai dokter umum,Faiz berniat untuk membuka prakter kedokterannya di tempat itu,oleh karena itu Kedatangan Dokter muda tersebut di sambut hangat oleh masyarakat setempat,para warga terlihat sibuk bergotong royong menyiapkan hidangan untuk menyambutnya,bahkan mereka sudah mempersiapkan tempat tinggal khusus untuknya selama tinggal di sana.
" Selamat datang Pak dokter,bagimana berjalan anda?" tanya seorang pria bernama Pak Hasim,yang di ketahui sebagai ketua penduduk di desa itu.Sambil mengulurkan tangannya.
" Terimakasih,alhamdulillah lancar tidak ada hambatan." sahut Faiz sambil menyambut uluran tangan dari pak Hasim.
" Pasti sangat melelahkan." ujarnya lagi dengan ramah ,lalu ia mempersilahkan Faiz untuk duduk di sebuah gubuk kecil yang sering di pakai warga untuk sekedar bercengkrama.
" Sedikit." Faiz terkekeh dengan pernyataan jujurnya.
" Maaf ya pak Dokter,keadaan kampung kami memang seperti ini,saya harap pak Dokter bisa memahaminya." ujar Pak Hasim merasa tidak enak.
" Tidak masalah,aku bahkan sangat berterimakasih karena sudah di beri kesempatan untuk membuka praktek disini,insyaallah semoga saya bisa membantu." balas Faiz
" Tentu saja,kami sangat mengharapkan keberadaan pak Dokter di sini."
Pria paruh baya itupun menyuruh para warga untuk segera menyiapkan hidangan,lalu mereka menyantap hidangan tersebut bersama sama.
Faiz pun ikut menikmati makanan sederhana yang memang di siapkan untuk menyambut kedatangannya ,tidak ada kata mewah,hanya mengandalkan hasil perkebunan dan peternakan dari warga,namun hal itu mampu meningkatkan selera makan yang memang sempat bermasalah akibat masalahnya. Apalagi jika di santap bersama sama seperti itu, ia bahkan sampai menambah porsi beberapa kali.Dan ini kali pertamanya ia bisa makan sebanyak itu hingga tandas.
"Alhamdulillah, Aku sudah makan terlalu banyak." Faiz terkekeh merasa tidak enak.Setelah memasukan makanan terakhirnya ke dalam mulut.
" Tidak masalah pak Dokter,justru kami senang melihat anda makan selahap itu."
Dokter muda itu tersenyum,memperhatikan para warga yang saling bahu membahu untuk melakukan kegiatan mereka,kebersamaan yang terjalin begitu erat,dengan kesederhanaan dan keterbatasannya, mereka masih bisa menjalani hidup dengan baik dan damai.Seolah tidak pernah ada masalah yang menerpa mereka,kalaupun ada pasti mereka akan menyelesaikannya bersama sama.
Sungguh ,bahagia itu memang sederhana.
" Mari saya antarkan pak Dokter ke rumah." ajak Pak Hasim,sontak membuatnya tersadar dalam lamunan.
Faiz mengangguk,ia lalu kembali memasang sepatunya dan meraih tas ransel serta beberapa koper berisi alat medis yang sengaja ia bawa,setelah itu ia pamit kepada para warga hendak pergi mengikuti pak Hasim.
Dokter muda itu mulai melangkahkan kakinya,menyusuri jalan setapak yang menanjak dan berkrikil tajam,serta hamparan kebun di sisi kanan kirinya.
Dan tidak lama merekapun sampai di sebuah rumah sederhana berdindingkan kaca dan bercat putih.
" Silahkan pak Dokter,hanya tempat ini yang bisa kami berikan,maaf jika masih banyak kekurangan." ujar Pak Hasim seraya membukakan pintu untuk dokter muda itu.
" Tidak apa apa pak,ini sudah cukup buat saya."
Faiz mulai memutar bola matanya,senyusuri setiap sudut ruangan di rumah itu,yang hanya terdapat ruang tengah, satu kamar tidur,dapur dan juga kamar mandi,serta ruangan lain untuk praktek.
Hingga perhatiannya teralihkan pada seorang gadis cantik berjilbab putih yang datang sambil membawa secangkir teh untuknya.
" Silahkan pak Dokter." ucap gadis ramah sambil meletakkannya di atas meja.
Faiz hanya menganggukan kepala.
" Kenalkan ini putriku,Mentari ,dia baru lulus SMK,dia juga satu satu gadis di desa ini yang berhasil lulus SMK jurusan farmasi,dia yang akan membantu pak Dokter di sini,dia belum memiliki banyak pengalaman,tapi insyaallah dia bisa membantu ,siapa tau pak Dokter membutuhkan sesuatu." ucap Pak Hasim bangga seraya merangkul anak gadisnya itu.
" Baik pak,terimakasih,tapi alangkah baiknya jika bapak memanggil saya Faiz saja." ucap Faiz,dokter muda itu memang sudah terkenal dengan keramahan dan kebaikannya.
" Baiklah,kalo begitu saya pamit dulu,masih ada urusan yang harus saya selesaikan." pamit pak Hasim,setelah itu diapun pergi meninggalkan Faiz dan Mentari
" Mari pak Dokter saya antar anda ke kamar." ajak Mentari malu malu,sambil terus menundukkan kepala.
Gadis itupun membuka pintu sebuah kamar beukuran kecil yang sudah tertata rapi dengan tempat tidur yang hanya muat untuk satu orang serta lemari plastik berukuran kecil juga.
"Silahkan,mungkin anda perlu istirahat." ucapnya lagi,dan lagi lagi Faiz menganggukan kepalanya.
" Apa ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya gadis itu lagi,namun Faiz menolak dengan menggelengkan kepala tanpa sepatah katapun.
'Ya sudah,saya permisi dulu,jika butuh sesuatu anda bisa panggil saya di rumah." gadis itupun berlalu, dan kini hanya menyisakan Faiz sendiri di tempat itu.
Pemuda itupun langsung merebahkan tubuhnya,matanya menatap langit langit bercat putih,bayangan masa lalu kembali memenuhi fikirannya. Dengan cepat ia menutup mata berusaha menghilangkannya dan tak terasa iapun mulai terlelap.
Hingga menjelang maghrib, pria itu terbangun dengan suara ketukan dari pintu luar,ia lalu beranjak dan langsung membukakan pintu.
' Maaf Nak Faiz,ini sudah waktunya maghrib,barangkali mau ikut shalat berjamaah di masjid."ajak pak Hasim yang sudah siap dengan setelan koko dan sarungnya.
" Maaf Pak saya belum membersihkan diri,mungkin lain kali saja." tolak Faiz,karena memang benar adanya.
" Ya sudah kalo begitu,bapak duluan ya."
" Baik pak." Faiz segera menutup pintunya kembali,lalu ia langsung menuju ke kamar mandi hendak membersihkan diri,namun ia terpaksa harus mengurungkan niatnya karena ia baru tersadar jika ia belum mempunyai peralatan mandi.
Dan akhirnya iapun hanya mengambil air wudhu dan segara melaksanakan kewajibannya.
Selesai sholat,ia kembali keluar,suasana malam yang temaram,membuat kesan mencekam,tidak ada yang bisa ia lakukan,hawa dingin menyelimuti seluruh indra perasanya,ia bahkan sempat mengigil ,pemuda itu hanya berjalan kecil ke sana kemari di teras rumah sambil menggosok gosokan telapak tangannya,diiringi suara binatang binatang malam.
" Assalamualaikum. " sapa seorang gadis masih dengan memakai mukena dan sejadah yang tersangkut di lengannya.
" Waalaikumsalam." balas Faiz.
" Maaf Pak dokter,apa anda perlu sesuatu?" tanya gadis itu.Faiz langsung menganggukan kepalanya.
" Aku butuh peralatan untuk mandi,dimana aku bisa mendapatkannya?" tanya Faiz.
" Hmmm,,,biasanya malam begini warung sudah tutup,jika mau pak Dokter boleh pakai punyaku dulu,kebetulan aku masih punya beberapa stok." tawarnya, dan terpaksa Faiz pun mengangguk .
" Mari ikut saya." Mentari mengajak Faiz ke rumahnya, yang memang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya, hanya melewati sepetak kebun sayur mereka sudah sampai di rumah sederhana milik pak Hasim.
Gadis itu lalu mempersilahkan Faiz untuk menunggunya di sebuah kursi teras rumahnya.
Tidak lama dua orang wanita berbeda usia menghampirinya dengan gemulai.
"Eehh,, Ini Dokter baru yang bapak bicarakan tadi ya?" tanya Bu Sri,istri dari pak Hasim.
" Iya Bu." jawab Faiz seraya menyalami wanita paruh baya itu dengan ramah.
" Waahhh,,ternyata tampan juga ya,masih muda lagi." ujarnya lagi
"Kenalkan ini putri saya,Rahayu.maaf tadi kami tidak sempat ikut menyambut Pak dokter."
Gadis itu dengan tidak tau malunya lansung mengulurkan tangan.
" Tidak apa apa." Faiz tersenyum sambil menerima uluran tangan gadis yang sepertinya berusia lebih tua dari Mentari.
Jabatan tangan masih terpaut,hingga Mentari datang sambil membawa bungkusan plastik.
Gadis itu nampak membulatkan matanya,menatap tidak suka pada sang adik,saat Faiz menarik tangan yang masih di genggamnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sekian dulu untuk mengawali kisah Faiz si dokter muda,semoga kalian suka,jangan lupa tinggalkan jejak ,kasih vote like dan komennya juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
setelah ku cari ahirnya ketemu kisah si faiz,,,tetap semangat unruk mentuguhkan ceritayg bagus thor,,,,,,aku kan slalu ngikutin insya allah
2022-05-10
2
Pujiyati Astuti
baru mampir nih kak,,,, tetap semangat ya kak 💪💪💪
2022-03-19
2
Askadina
semangat 💪💪
2022-03-06
1