" Ini pak Dokter,maaf aku hanya mempunyai ini saja." Mentari menyerahkan kantong kresek berwarna hitam berisi perlengkapan mandi yang lengkap.
" Terimakasih,aku akan segera menggantinya nanti." ujar Faiz seraya menerima kantong kresek tersebut.
" Apa itu?" tanya Ibu sinis.
" Itu perlengkapan mandi Bu,pak dokter bilang dia belum memilikinya." jawab Mentari.
" Sabun yang kamu pakai kan murahan,bisa bisa kulit pak Dokter jadi gatel gatel." sahut Rahayu sambil menatap sinis pada Mentari.
" Pakai saja punyaku,aku selalu membelinya di kota." tawarnya lagi,dengan cepat Faiz menolak.
" Tidak perlu,aku pakai yang ini saja." setelah itupun Faiz pamit untuk kembali ke rumahnya.
" Baiklah pak Dokter,jika perlu apa apa datang saja padaku, aku akan dengan senang hati membantu anda." ujar Rahayu sambil melambaikan tangannya.
Faiz merasa ada yang aneh,dua kakak beradik itu sama sekali tidak nampak akrab,sifat dan kelakuannya pun sangat jauh berbeda.
Setelah sampai di rumahnya,Faiz segera membereskan keperluannya,serta memasukan pakaiannya ke dalam lemari plastik yang sudah di sediakan.
Tidak lama,kembali terdengar ketukan pintu dari luar.
Faiz segera membukakan pintu,ia terpaksa mengangkat bibirnya membentuk sebuah senyuman,saat melihat seseorang yang berdiri di hadapannya.
" Maaf Pak dokter,bapak menyuruh ku mengantarkan makanan,anda pasti belum makan malam kan?" Ucap gadis itu dengan wajah genitnya.
Tanpa permisi Gadis itu langsung menerobos dan masuk,lalu ia duduk di kursi ruang tengah.
" Biar aku bantu siapkan pak Dokter." ucapnya lagi,seraya membuka kotak makan yang di bawanya.
" Tidak perlu,simpan saja di dapur,saya akan memakannya nanti." Faiz di buat risih oleh perlakuan Rahayu padanya.
" Baiklah." Gadis itu kembali keluar,ia sedikit kecewa atas sikap cuek Faiz padanya.
" Tolong sampaikan pada Mentari,agar besok dia bisa datang ke sini lebih awal." pesan Faiz padanya.
Namun Rahayu seolah tidak mendengarnya,dan pergi begitu saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Menjelang pagi,sayup sayup kicauan anak burung terdengar saling bersahutan seolah meminta asupan makanan dari sang induk,begitupun dengan ayam ayam yang berkeliaran di pekarangan rumah,mengais rezeki yang sudah allah tentukan untuk makhluk hidup dengan caranya masing masing.
Gadis cantik itu sudah siap untuk melakukan tugas barunya,menjadi seorang perawat memang sudah menjadi cita citanya sejak kecil,namun melihat kemampuan dan keterbatasan biaya serta tidak ada dukungan dari keluarga sangat tidak memungkinkan untuknya bisa meraih apa yang ia mimpikan,setidaknya menjadi pembantu seorang dokter bisa membuatnya lebih baik,daripada harus tinggal di rumah hanya menjadi bulan bulanan ibu dan kakak tirinya.
"Kamu mau kemana ?" tanya Rahayu,sambil memperhatikan penampilan Mentari,dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.
" Tari mau ke tempat Pak Dokter." jawab Mentari.
" Beres kan dulu kamarku dan siapkan makanan." titahnya.
" Tapi kak,Tari harus segera pergi,ini hari pertama Tari kerja."
" Kerja? sombong sekali kamu." balas Rahayu sambil mendorong tubuh Mentari.
" Ada apa ini?" Ibu Sri keluar dari kamarnya.
" Dia berani membantahku Bu,mentang mentang sudah bekerja."
" Bekerja apa? kamu itu hanya pembantu seorang dokter relawan,tidak akan menghasilkan uang,sana !! lebih baik kamu kerjakan tugas mu dulu di rumah ini,setelah selesai baru ibu akan mengizinkan mu untukk pergi." titah Bu Sri,terpaksa Mentaripun mengangguk dan menurutinya.
" Tari,kamu belum berangkat?" tanya pak Hasim saat menemuinya di dapur.
" Belum pak." jawab Mentari ,seperti biasa ia selalu membuatkan kopi untuk ayahnya di setiap pagi.
Iapun telah selesai menyiapkan makanan untuk sarapan,ia lalu bergegas ke kamarnya hendak bersiap siap.
" Kamu tidak makan dulu." tanya pak Hasim lagi.
"Sudah telat pak, Tari mau bungkus makanannya saja." ujar Mentari seraya meraih kotak makan miliknya dan mulai memasukan beberapa makanan untuk di bawanya.
" Siapa yang mengizinkan mu untuk membawa makanan." suara Ibu dari ambang pintu terdengar menggema.
" Bu,biarkan saja, apa salahnya jika dia mengambil makanan,dia sendiri kan yang memasaknya." bela Bapak.
" Tidak bisa,selama ini kami selalu mengalah,dan membagi semua yang kami miliki,bahkan kasih sayang Bapak pada Ayu menjadi terbagi karena kehadirannya." racau Bu Sri,ini memang bukan kali pertamanya suami istri itu adu mulut karena Mentari.
" Pak ,Bu kalian tidak perlu bertengkar seperti ini,Maaf Tari selalu merepotkan kalian." ujar Mentari,iapun langsung pergi dengan mata yang mulai berkaca kaca.
" Assalamu'alaikum.." sapa Mentari,ia langsung masuk karena pintu rumah yang di tempati Faiz terbuka.
Gadis itu berjalan,dengan mengendap endap,ia tidak ingin menganggu sang empunya rumah.
Faiz yang baru selesai membersihkan diri membuka pintu kamarnya karena mendengar suara seseorang,dengan pakaian santai dan rambut yang masih menyisakan tetesan air.
" Kenapa baru datang?" tanya Faiz saat melihat Mentari berdiri di hadapannya.
" Maaf Pak dokter,saya kesiangan." jawab Mentari.
" Kesiangan? mulai sekarang kamu harus terbiasa bangun pagi." ujar Faiz seraya membuka koper koper miliknya.
" Iya dok."balas Mentari ,merasa tidak enak.
" Bantu aku membereskan ini semua." ucap Faiz seraya mengeluarkan barang barang medisnya.
Merekapun mulai membereskan ruangan untuk memulai praktek kedokterannya,membersihkan dan menata semua keperluan yang akan menunjang proses pemeriksaan.
Hingga semua barang barang tertata rapi sesuai kegunaannya di tempat yang telah di siapkan.
Tak terasa hari sudah menjelang siang,cacing cacing di dalam perut mulai mengemis meminta sedekah.
Mentari terkekeh sambil memegang perutnya yang tidak bisa di ajak kompromi.
" Kau lapar?" tanya Faiz
"Sedikit." jawab Mentari malu malu.
" Sedikit ataupun banyak yang namanya lapar tetap saja." ujar Faiz.
" Sebenarnya aku juga belum makan dari pagi ,dimana kita bisa menemukan tempat yang menjual makanan?" tanya Faiz lagi.
" Jaraknya cukup jauh dok,kita perlu memakai kendaran."
" Ya sudah,kalo begitu kamu bisa menemaniku kan,kebetulan masih ada beberapa barang yang aku butuhkan." ajak Faiz,dan gadis itupun mengangguk.
Mereka lalu keluar,mencari seseorang yang biasa mengojekan motornya.
" Bang,bisa antar kami ke pasar?" ujar Mentari pada tetangga yang berprofesi sebagai tukang ojek.
" Maaf Tari, kalo berdua tidak bisa,kita tunggu teman yang lainnya dulu mau gak?" ucap tukang ojek itu.
" Hmmm,,begini saja bang,bagaimana kalo saya pinjam dulu motornya,nanti saya ganti uang bensin plus ongkosnya." tawar Faiz,seketika tukang ojek itupun mengangguk setuju.
" Waahhh,kalo begitu sih saya setuju,sering sering saja ya dok." tukang ojek itupun langsung menyerahkan kunci motor trail miliknya pada Faiz.
Faiz mulai menyalakan motornya,lalu ia menyuruh Mentari untuk segera naik di belakang.Gadis itu masih bergeming nampak ragu.
" Ayo,kau tidak usah takut,aku sudah biasa mengendarai motor seperti ini." ujar Faiz. Dan akhirnya Mentaripun menurutinya.
Jalanan terjal dan berliku membuatnya sedikit kesusahan,walaupun memakai motor yang memang di khususkan untuk melewati jalur semacam itu.
" Pak dokter yakin bisa mengendarainya?" tanya Mentari,sedikit mendekatkan bibirnya di telinga Faiz.
" Aku bisa mengendarainya,tapi sepertinya aku belum terbiasa dengan jalanan seperti ini." Sahut Faiz sedikit meninggikan suaranya.
" Hati hati pak Dokter,jika jatuh bisa sakit."
" Aku tau,tidak usah banyak bicara,berdoa saja." sahut Faiz, menimpali ucapan polos dari mulut Mentari.
Dan akhirnya merekapun sampai di tempat tujuan dengan selamat.
...****************...
guys inget ya,,jgn lupa vote like dan komennya....😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ananda gita Gita
mentari
2022-08-04
1
Siti Nurjanah
mulai sekarang
2022-03-06
1
Siti Nurjanah
mentari
2022-03-06
1