Sesampainya dirumah Qaila langsung menuju ke dapur. Sedangkan Rayhan masuk kedalam kamar, entah apa yang dilakukan lelaki itu. Qai lebih memilih untuk segera menata apa yang telah ia beli tadi.
"Ya Tuhan..." Qai sampai nyebut sendiri setelah membuka pintu kulkas.
Dibagian freezer sama sekali tidak ada isinya. Sedangkan setelah Qai membuka pintu kulkas bagian bawah jelas matanya tercengang. Bagaimana tidak jika rupanya kulkas dibagian dalam sungguh perlu untuk dibersihkan terlebih dahulu.
Qaila langsung mengelurkan apapun yang ada di dalam kulkas, ia langsung segera membersihkan bagian dalam kulkas terlebih dahulu agar layak untuk dilihat.
"Kenapa dikeluarkan semua Qai?" tanya Rayhan heran.
"Berapa tahun kulkas nggak kakak bersihkan?" tanya Qai setelah melihat sekilas Rey yang masih fokus dengan ponselnya.
"Lupa aku." Jawab Rey dengan mata yang masih fokus pada ponselnya. Rey langsung beranjak lagi dari dapur menuju kamar.
"Lagi chat sama siapa sih. Fokus banget sama hapenya." Gerutu Qai. Entah kenapa tiba-tiba ia jadi merasa kesal sendiri jadinya.
Sekitar sepuluh menit berlalu baru Rey kembali lagi ke dapur. Ia langsung membuka kantong plastik. Melihat apa saja yang dibeli Qai tadi.
Setelah Qai selesai membersihkan kulkas dan memasang lagi rak-raknya. Qai langsung merebut plastik berisi beberapa ikan yang dipegang Rey.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, Qai langsung membawa kantong plastik ke wastafel untuk segera membersihkan ikan.
Rey sendiri dibuat kaget dengan sikap Qai yang terasa aneh. Ia terus menatap Qai yang terus fokus membersihkan beberapa ikan dengan bibir yang seperti dimanyunkan. Membuat Rey ingin sekali menarik bibir seksi yang menggoda jika terus dipandang.
"Biar aku yang teruskan Qai" Rey mulai berdiri di samping Qai.
"Nggak usah biar aku saja." Ucapan Qai bahkan terdengar jelas kalau ia sedang kesal.
"Kamu kenapa?" tanya Rey. Lelaki itu langsung memeluk Qai dari belakang.
"Aku lagi bersihin ikan kak. Awas." Usir Qai kesal.
Sejujurnya ia sendiri juga bingung kenapa tiba-tiba dirinya kesal sendiri hanya karena Rey fokus pada ponselnya tadi.
Qai langsung menghentikan aktifitas tangannya yang sedang membersihkan ikan. Jantungnya seketika terasa begitu cepat berdetak. Nafasnya juga seakan terasa berat saat Rey menciumi lehernya. Tangannya sudah masuk kedalam kaos yang Qai gunakan.
Memberikan sentuhan yang menimbulkan rasa yang mampu menggetarkan raga. Mata Qai langsung terpejam saat tangan Rey semakin liar. Menyentuhnya tanpa menyadari sedang apa Qai saat ini.
"Kak" rintih Qai.
Qai kini semakin bingung dengan dirinya sendiri. padahal baru semalam mereka saling menyatu. Saling berjanji untuk komitmen yang harus mereka bangun. Tapi kenapa secepat ini Qai merasa kesal dengan suaminya hanya karena hal kecil.
Rey langsung membalik tubuh Qai. Dengan lembut dan terasa penuh rasa, Rey mencecap bibir Qai perlahan. Tangan Rey sendiri menyusup dibagian belakang membelai punggung Qai. Berharap setelah ini rasa kesal Qai meredam.
Tangan Qai yang jelas masih bau amis akibat membersihkan ikan hanya bisa terdiam tanpa menyentuh tubuh Rey. Ia tidak mau jika nantinya Rey ikut bau amis akibat sentuhan tangannya.
Kedua mata Qai langsung terbuka begitu Rey mengakhiri aktifitas mereka. Matanya membalas tatapan Rey yang sepertinya tak ingin memutuskan pandangan mereka.
"Kamu kenapa Qai?" tanya Rey sambil mengusap bibir Qai yang semakin memerah.
"Aku nggak apa-apa."
"Entah hanya perasaan ku saja atau aku yang terbawa arus. Ucapan mu terdengar marah padaku sejak tadi."
"Kakak tadi chat dengan siapa?" tanya Qai.
Ia sudah pasrah jika Rey memandangnya seperti apa. Toh mereka sudah saling sepakat untuk saling terbuka dan saling percaya.
"Assalamualaikum" salam seseorang sambil mengeraskan suaranya.
"Waalaikumsalam" jawab keduanya pelan.
Cup
Bukanya menjawab pertanyaan Qai. Rei malah mengecup Qai dan tersenyum. Dan langsung berlalu begitu saja meninggalkan Qai yang mematung heran.
Dari pada larut dengan rasa kesalnya dan keheranannya sendiri. akhirnya Qai memilih melanjutkan pekerjaannya.
Tak lama berselang. Rey masuk kedalam dapur lagi sambil menggeret mesin cuci yang masih terbungkus kardus.
"Kakak beli mesin cuci?"
"Iya. Kita akan terbantu jika ada mesin cuci" jawab Rei sambil membuka kardus mesin cuci.
Selama belum menikah Rey lebih sering mencuci sendiri pakaiannya. Baju yang ia kenakan langsung ia cuci saat akan mandi. Agar tidak menumpuk dan membebaninya.
Namun jika masih banyak pekerjaan dan rasa lelah melandanya. Sudah pasti Rey menggunakan jasa laundry. Mudah bukan.
Rey langsung melangkah mendekati Qai saat ia telah meletakkan mesin cuci yang pas pada tempat biasanya ia mencuci baju dan berwudhu.
"Jangan cemburu lagi sama mesin cuci" bisik Rey. Dengan usil ia mengigit daun telinga Qai pelan.
"Jangan kepedean ya kak. Siapa juga yang cemburu."
"Kalau nggak cemburu apa terus tadi namanya. Ngambek karena aku fokus sama ponsel ku. Dan mengira aku chat sama perempuan lain" tebak Rey semakin membuat Qai salah tingkah. Bingung harus membela diri dengan cara apa.
"Ih pokoknya aku nggak cemburu. Lagi pula salah kakak juga kenapa nggak bilang dulu kalau mau beli mesin cuci. Biar aku gak berfikir yang tidak-tidak."
Sepertinya Qai kurang maksimal dalam hal membela dirinya saat ini. Karna Rey semakin tersenyum menatap Qai yang salah tingkah.
"Mau masaka apa kita sekarang?"
Rey yang tidak tega melihat Qai yang bingung sendiri akhirnya memilih mengganti topik pembicaraan mereka. Meneresku memberekan sayuran yang masih tergeletak diatas meja.
Mereka pun langsung masak untuk makan siang dan makan malam mereka nanti. Setelah usai mereka langsung membersihkan diri bergantian dan langsung merebahkan diri diatas ranjang setelah menunaikan kewajiban mereka.
"Lusa aku sudah masuk kerja. Hanya tinggal besok aku liburnya. Sudah mencatat apa saja yang mau kamu beli Qai?" tanya Rey.
Ia merubah posisi tidurnya dari terlentang menjadi miring menghadap Qai. Tangannya mengusap pucuk kepala Qai. Rambutnya masih terasa lembab.
"Belum aku catat kak. Tapi sepertinya akan banyak yang ingin aku beli. Boleh kan?"
"Boleh. Selama masih bisa kebeli. Oh iya setiap awal bulan kita punya tanggungan cicilan rumah. Jadi uang cicilan rumah langsung aku potong dari gajiku saja ya."
Qai mengangguk. "Kakak punya uang tabungan segitu banyak, kenapa nggak dibayar Cast saja?"
"Aku pikir dengan mencicil aku akan bisa menabung untuk keperluan tak terduga dan untuk menikahi intan saat itu."
"Jadi nama dia intan?" tanya Qai. Ia ikut merubah posisi tidurnya menjadi miring menatap lekat lelaki dengan tatapannya sedikit meredup.
Entah kenapa dadanya tiba-tiba terasa nyeri saat mendengar Rey menyebut nama perempuan lain. Nama seseorang yang membuat Rey akhirnya menerima perjodohan keluarga mereka dan akhirnya kini mereka menikah.
Rey mengangguk. "Tapi sekarang aku tidak ingin memikirkan hal itu lagi. Maaf..." lirih Rey. Ia kembali menatap Qai lagi.
"Untuk apa?"
"Aku nggak berniat membawa nama perempuan lain dalam rumah kita."
Bersambung...
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya sayang kesayangan 🥰 kasih like dan komennya 💋 tab favorit juga ya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Markoneng
Jangan sebut merk dor Rey, panggila aja DiA 😁
2022-05-11
1
Juwandi
semangat up kak,Diary Kayla mampir
2022-04-09
1
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
Qai...kl uda cinta y gk gk pa2 ...gk usah gengsi...saling jujur aja...aq dukung kok...🤭🤭
2022-02-20
1