Qai terus menatap wajah Rey yang sudah terlelap terbawa arus indahnya mimpi. Lelaki yang telah menyentuh raganya ini langsung terbuai mimpi setelah mereka melakukan hal menyenangkan sebagai pengantar tidur siang mereka.
Tangan Qai menyentuh perlahan seluruh wajah Rey yang nampak manis dipandang. Senyum Qai langsung menghiasi wajahnya saat tangannya berhenti tepat pada bibir Suaminya.
Membayangkan lagi bagaimana panasnya pertempuran mereka setengah jam yang lalu. Membuat Qai tidak melunturkan senyum diwajahnya yang ayu.
"Apa secepat ini perasaan ku? Walau aku belum yakin. Tapi aku benar-benar nggak mau kehilangan mu kak" gumam Qai. Setelahnya, Qai langsung ikut terlelap sambil memeluk Rey dengan erat.
Tidur siang keduanya begitu sangat lelap dengan tetap saling memeluk. Entah bagaimana bisa tubuh mereka seperti enggan bergerak. Seperti sudah nyaman bersentuh kulit dalam pelukan.
Rey mulai mengerjapkan matanya. Ia langsung tersenyum melihat Qai yang masih lelap memeluknya.
"Astaghfirullah..." pekik Rey setelah melihat jam pada dinding kamar mereka.
"Kenapa kak?" tanya Qai yang spontan bangun karena terkejut mendengarkan suara pekikan Rey yang tiba-tiba menggema di telinganya.
"Sudah jam lima Qai"
"Apa!" pekik Qai spontan melihat jam dinding.
Mereka tanpa sadar beranjak dari tempat tidur dengan tubuh yang tanpa sehelai benang. Lari cepat-cepatan masuk kedalam kamar mandi.
"Kyaaa... hemp..." teriakan Qai langsung dibungkam oleh Rey.
"Jangan teriak-teriak Qai. Takut didengar orang nanti dikira kamu aku apain."
"Lagian kakak ngapain nggak pake baju kaya gini?" tanya Qai tanpa menyadari diri sendiri.
"Memangnya kamu pakai baju?" tanya Rey. Tangannya menarik pucuk gunung yang masih berwarna merah muda.
"Aaa..." Qai jadi teriak lagi saat sadar dirinya tak beda jauh dengan Rey.
Sebelum pintu kamar mandi ditutup oleh Qai. Rey dengan sigap menuyusul sang istri masuk kedalam kamar mandi.
Hanya karena mandi bersama mereka harus berdebat sebentar. Namun akhirnya keduanya mandi bersama.
Qai dan Rey tertawa terbahak-bahak setelah menunaikan kewajiban mereka. Keduanya mengingat bagaimana mereka tadi mandi bersama seperti orang lomba Agustusan. Siapa cepat dia yang jelas menang.
"Lain kali kita harus mandi bersama dengan benar Qai" ucap Rey setelah tawa keduanya mereda.
"Mandi dengan benar yang seperti apa maksudnya kak?" tanya Qai yang tiba-tiba blank.
"Nanti juga kamu tahu. Duduk didepan yuk?"
Sambil menunggu waktu magrib. Qai dan Rey duduk diteras rumah mereka. Disana ada sebuah motor terparkir. Kendaraan yang digunakan Rey selama pergi bekerja.
"Gersang banget sih kak."
"Iya juga ya."
"Kapan-kapan boleh aku tambahi tanaman kak?"
"Lakukan sesuka mu."
Qai langsung mengangguk. Ia langsung beranjak dari kursinya.
"Mau kemana?"
"Kakak mau aku buatkan air hangat?" tawar Qai.
"Boleh."
"Mau kopi atau teh kak?"
"Su*su." Jawab Rey menggoda.
"Tapi tadi kan aku nggak beli su*su kak."
"Ada kok."
"Kakak tarok dimana?" tanya Qai dengan wajah seriusnya.
"Itu..." jawab Rey sambil menunjuk da*da Qai menggunakan dagunya.
Spontan kedua tangan Qai menyilang didepan dadanya. "Mau magrib masih sempatnya kak mesum."
"Ya kan tadi nawarin."
"Tapi pilihanya kopi apa teh kak."
"Teh saja. Jangan banyak-banyak gulanya ya."
"Kalau nggak manis gimana kak?"
"Kan ada kamu."
Spontan Qai memukul lengan Rey yang ternyata usil menggombalinya. "Aku ke dapur."
.
.
.
"Keluar yuk." Ajak Rey setelah mereka menyelesaikan makan malam.
"Kemana kak?"
"Kemana saja. Mumpung malam minggu ini."
"Ayolah."
Mereka pun langsung berganti pakaian. Rei menggunakan celana jeans selutut dengan kaos oblong. Sedangkan Qai memakai celana Jeans panjang dan kaos panjang. Rambutnya ia ikat kuda dan memakai make up tipis-tipis agar wajahnya semakin merona.
"Aku lupa belum beli helm untuk mu Qai." Ucap Rey saat mereka akan keluar dari gerbang.
"Jalan sekalian kita beli helm kak."
"Benar juga."
Setelah membeli pelindung kepala untuk keamanan mereka selama mengendarai motor. Rey langsung melaju melihat keindahan kota pada malam hari.
Lampu-lampu jalanan dengan hiasan sedemikian rupa mampu memanjakan mata saat melintasinya. Qai sangat senang karena baru kali ini ia kencan dengan mengendari roda dua.
Karena mantan pacarnya anak orang kaya raya. Jadi mana mungkin ia dulu kencan mengendari motor seperti saat ini.
Tangan Qai langsung melingkar erat pada tubuh Rey. Ia menghirup aroma wangi dari punggu lelaki yang fokus mengendarai motor metiknya.
"Ingin makan apa Qai?" tanya Rey tiba-tiba.
"Kakak ingin apa?"
Memang suka ribet kalau urusan seperti ini melibatkan perempuan. Ditanya bukanya dijawab malah balik tanya.
"Aku ikut kamu maunya apa."
"Kalau begitu terserah kakak."
Bukan ini jawaban yang diinginkan Rey. Ia langsung menepikan kendaraan yang membawa mereka berkeliling.
"Aku mau kamu yang pilih Qai."
"Tapi aku nggak ingin apapun kak."
"Jadi?"
"Ya nggak usah beli apa-apa kak. Kita cukup muter-muter lalu pulang."
Karena malas berdebat perihal yang tidak keduanya inginkan. Kini Rey langsung melajukan motor matiknya itu. Keliling kota tanpa tujuan jelas.
"Kak kita beli es boba dulu yuk. Aku haus."
Dan akhirnya perempuan yang sudah menjelma menjadi istri Rayhan Abraham ini meminta sesuatu untuk dibeli.
.
.
.
Sesampainya dirumah, mereka langsung membersihkan diri. Keduanya pun langsung merebahkan diri mereka diatas ranjang.
"Sepertinya kita harus beli ranjang baru Qai."
"Untuk apa kak?"
"Untuk kita pakai tidurlah. untuk apa lagi."
"Terus ranjang ini mau dikemanain?"
"Di taro di kamar samping. Kita beli yang baru yang lebih lebar."
"Menurutku ini masih sangat layak kita pakai kak. Jadi nggak usah beli lagi."
"Biar mempermudah kita Qai."
"Maksudnya?" heran sekarang Qai dengan kalimat yang keluar dari bibir Rey.
Rey langsung menindih Qai tanpa diduga. "Agar pergerakan kita saat seperti ini lebih leluasa." Ucap Rey yang langsung memagut bi*bir Qai yang membuatnya candu tanpa disadari.
Dan malam ini mereka melakukan lagi hubungan yang lazim dilakukan pasangan pengantin yang masih hangat-hangatnya. Memadu dengan rasa mau, saling membalas perbuatan satu sama lainnya.
Qai sendiri pun entah kenapa merasa menerima dengan senang hati perlakukan yang diberikan Rey saat ini padanya.
Meski tanpa mengenal lebih dalam satu sama lainnya. Belum memahami karakter masing-masing. Sepertinya keduanya mengabaikan itu semua.
Karena menikmati apa yang mereka lakukan saat ini adalah hal yang lebih utama. Berharap dengan keintiman hubungan keduanya dapat segera menumbuhkan rasa yang seharusnya ada didalam istana yang baru mereka bangun saat ini.
Qai memandang lagi wajah Rey yang terlelap. Setelah usai melakukan pergerakan peluh, mereka sempat saling memeluk dan saling berbincang sebelum akhirnya Rey terlelap lebih dulu.
"Entah apa niat hati kita saat ini. Entah karena nafsu belaka yang perlu disalurkan atau karena sebuah hubungan dan harapan agar kita memiliki rasa. Tapi harus aku akui, aku benar-benar kau buat nyaman kak."
Bersambung...
Butuh visual nggak ini. sukanya visual Indonesia atau luar negeri. Atau ada yang mau rekomendasi Monggo 😊 kalau nggak kita hallu masing-masing aja gimana? aku nggak punya gambaran tokoh soalnya 😂
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya sayang kesayangan 🥰 kasih like dan komennya 💋 tab favorit juga ya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Markoneng
semoga rasa itu lekas tumbuh subur dihati kalian 😊
2022-05-11
1
Lee
Sdahq fvorit kak semangat yaa
mmpir jg ktmptq
2022-03-08
0
Duwi Hariani
pokoknya yg bening thor buat cuci mta😁🤣
2022-02-22
1