Lian segera masuk keruangannya , dengan sangat gugup ia berusaha menenangkan dirinya, ia mengambil segelas air minum diatas mejanya, dan segera meminumnya sampai habis.
"Lian, kamu kenapa?" Lita yang tiba-tiba datang terkejut melihat wajah Lian yang dipenuhi oleh keringat, Lian menggelengkan kepalanya, berusaha meyakinkan Lita bahwa dia baik-baik saja.
"aku baik-baik saja kok" Lian menjawabnya dengan tersenyum.
Lita merasa ada yang ganjal dengan tingkah Lian yang tampak berbeda hari ini, Lian masih terlihat cemas, ia takut bila Zain akan memecatnya, karena ulahnya yang sudah lancang masuk ke ruangan Direktur tanpa izin.
Lita mulai mendekati Lian, ia memaksa Lian untuk bicara yang sebenarnya, lantas Lian mulai menceritakan apa yang sudah ia lihat dan ia dengar, Lian bercerita bahwa waktu itu ia tak sengaja masuk keruangan pak Zain, ia melihat dua insan yang sedang bermesraan dalam satu ruangan, yang tak lain adalah Zain dan seorang perempuan, dan Zain mencium bibir si perempuan itu.
Lita berusaha menenangkan teman sekantornya itu.
"aduh, gimana ini!" Lian masih tampak cemas, sesekali ia menyeka keringat yang ada di dahinya dengan lengan bajunya, sehingga membuat Lita berkerut kening.
"kamu kenapa sih Lian? gugup gitu?"
Lian terus menghela nafas panjangnya.
"aku...aku... melihat pak Zain bersama dengan seorang perempuan, didalam ruangannya" seru Lian terbata-bata.
"lantas, memangnya kenapa?" tanya Lita heran.
"mereka berciuman Lita!" Lian membulatkan matanya saat mengatakan itu pada Lita.
"hah ... berciuman, halah...itu sih sudah biasa, pak Zain memang suka gitu, playboy kelas kakap" jawab Lita berbisik pada telinga Lian.
Lian bergidik saat Lita mengatakan itu padanya.
*******
waktunya pulang jam kantor, Lian segera mengemasi berkas-berkas penting, dan bersiap-siap untuk pulang, ia berjalan menuju luar ruangannya, tiba-tiba ia bertemu Zain yang juga hendak pulang.
Dengan menundukkan kepalanya, Lian terus berlalu tanpa menatap wajah Zain, ia masih takut menghadapi Zain, Lian lewat didepan Zain dengan sangat ketakutan, ia takut kalau bosnya itu marah kepadanya.
"tunggu"
tiba-tiba suara berat itu memanggilnya, dan gadis lugu itupun terpaksa menghentikan langkahnya, Zain kemudian menghampiri gadis yang gemetaran itu.
"apa yang kau lihat tadi, tidak akan pernah kau alami, gadis jelek sepertimu, mana ada pria yang mau mendekati" ucap Zain sembari berlalu dan menertawakan Lian.
Lian hanya bisa terdiam saat Zain menghinanya, ia menghela nafas panjang, lantas ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
******
Sesampainya di rumah, Lian disambut oleh Halimah ibunya, dengan sedikit ragu Halimah menghampiri Lian yang sedang duduk di kursi menyandarkan kepalanya yang pusing.
"Lian...ibu mau bicara sama kamu" seru Halimah.
"ada apa Bu?" jawab Lian sembari membenarkan posisi duduknya.
"Minggu depan kau harus menikah" seru ibunya sembari menatap Lian penuh makna.
"ibu ngomong apa sih? Lian akan menikah?" tanya Lian tidak percaya, lantas Halimah menjelaskan tentang surat wasiat yang menyebutkan Lian harus menikah dengan cucu Almarhum kakek Surya, yang tak lain adalah kakeknya Zain.
Lian sangat terkejut tentang apa yang diucapkan Halimah kepadanya, menikah dengan seorang Direktur yang sudah menghinanya, itu adalah hal yang tersulit yang pernah Lian hadapi, lebih baik ia tak menikah dengan siapapun, daripada dia harus menikah dengan pria yang playboy seperti Zain, apalagi Zain sudah sangat menyakiti hatinya.
Mau tidak mau Lian harus menerima perjodohan ini, daripada dia harus mengecewakan ibunya.
******
Di kediaman Zain Abimanyu.
"Zain, kau sudah pulang!" sapa Rosa pada anak laki-lakinya itu.
"iya Mam... Zain mau keatas dulu, mau mandi" tukas Zain sembari melangkahkan kakinya menaiki tangga.
tiba-tiba Rosa memanggilnya.
"Zain, setelah ini mami mau bicara sama kamu"
Zain menoleh pada Rosa, ia mengerti apa yang akan dibicarakan Rosa kepadanya, pasti tentang perjodohannya dengan gadis dalam wasiat Almarhum kakeknya.
"Zain malas Mam, kalau ngebahas perjodohan itu" ungkap Zain dengan nada kesal, lantas ia segera naik ke tangga menuju kamar tidurnya.
Setelah beberapa menit, Zain turun dan bergabung di meja makan.
"Zain... Minggu ini pernikahanmu akan segera dilaksanakan" seru Rosa serius, dan Zain benar-benar terkejut.
"Mam... apa pernikahan itu bisa dibatalin, aku nggak mau menikah dulu Mam!" sahut Zain.
"nggak bisa, hari pernikahanmu tidak bisa diundur, ini sudah wasiat dari kakek, kalau kamu tidak bisa memenuhi wasiat dari kakek, maka seluruh aset harta milik kakek akan dilelang dan tak akan dibagikan" ungkap Rosa.
"terus, aku harus menikah dengan gadis yang tidak aku kenal, bahkan wajahnya saja aku belum pernah melihatnya" protes Zain.
"Mami ngerti perasaanmu, tapi menurut Mami memang sebaiknya kamu lekas menikah, agar kebiasaanmu yang suka gonta-ganti pacar itu segera berakhir" tandas Rosa.
"tapi Mam...aku tidak tahu asal usul gadis itu, dari mana dia, anak siapa, terus dia sendiri seperti apa? masa aku harus menikah kucing dalam karung" Tutur Zain yang bersikeras menolak perjodohan ini.
"pokoknya mami nggak mau tahu, mami sudah mempersiapkan segalanya, kamu nggak bisa nolak" seru Rosa tegas.
tiba-tiba Brenda datang dan melihat adiknya kesal.
"kamu kenapa Zain? mukamu kayak kertas kusut gitu" seru Brenda memperhatikan Zain yang sedang merajuk, lantas Zain segera naik keatas.
"Zain kenapa sih Mam?" tanya Brenda sembari duduk disamping Rosa.
"Minggu depan Mami akan menikahkan adikmu dengan seorang gadis yang menurut Mami, ia gadis yang sangat tepat untuk Zain, lagipula perjodohan ini juga atas permintaan Almarhum kakek kalian" jelas Rosa.
"seorang gadis? kalau boleh tahu siapa dia Mam?" tanya Brenda sembari mengernyitkan keningnya.
"dia bukanlah gadis modern, dia gadis yang sangat sederhana, Berlian namanya, anaknya baik, penurut, Mami yakin dia akan merubah sikap Zain yang suka gonta-ganti pacar" tandas Rosa, dan Brenda menganggukkan kepalanya, pertanda ia menyetujui keputusan Rosa.
"kalau menurut Mami gadis itu, memang cocok untuk Zain, aku sih ikut aja apa kata Mami, karena aku tahu keputusan Mami tidak akan pernah salah" seru Brenda.
tiba-tiba Zoya datang menghampiri Rosa dan Brenda, Zoya adalah si bungsu dari tiga bersaudara, Brenda adalah kakak Zain dan Zoya.
"apa Mam? bang Zain mau dijodohin? ya ampun Mam, ini bukan zaman Siti Nurbaya kali" sahut Zoya yang juga tidak setuju Zain akan menikah.
"Zoya, ini sudah menjadi keputusan Mami, apalagi ini wasiat dari Almarhum kakek" jelas Rosa.
"tapi Zoya tidak suka dengan apapun yang berhubungan dengan perjodohan Mam, bang Zain pasti tidak tahu, dia bakal nikah sama siapa!" protes Zoya membela Zain.
"Mami sudah mengenal gadis itu, dia gadis yang baik, dan Mami yakin gadis itu akan membawa perubahan untuk Zain" ucap Rosa pada anak gadisnya itu.
"tetap saja Mam, pokoknya Zoya nggak setuju bang Zain harus menikah karena dijodohkan, titik" Zoya berlalu meninggalkan Brenda dan Rosa.
"Zoya... Zoya.... tunggu!" seru Brenda memanggil adiknya.
"sudah biarkan saja, Zoya masih belum dewasa untuk mengerti ini semua" ucap Rosa.
Brenda menggelengkan kepalanya pelan, melihat sikap adik bungsunya itu.
BERSAMBUNG
🔥🔥🔥🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Dedeh Dian
wah pasti berlian disiksa tuh sama suaminya
2022-10-19
0
Lina Zascia Amandia
Karya Kakak udh byk, sy ksh like dua bab dulu. Mksh Kak.... sukses Kak.... kita semua.
2022-08-09
0
Areum
makin seru 🥰
2022-02-22
1