"Haik... Alhamdulillah" Ucapku mengucap syukur. Sepiring nasi dengan lauk kecap sudah mendarat manis di perutku.
Perut terasa kenyang saat sudah makan seperti ini. Bersyukur nya lagi mbak Reni kalau ngambek gak terlalu lama jadi aku bisa ngutang dan beli makanan. Tepatnya sih beli nasi sama kecap doang. Kalau aku beli nasi sama lauk kemahalan ntar uang hasil ngutang nya langsung habis lagi.Lumayan kan buat makan esok hari lagi kalau hari ini aku gak dapat pekerjaan tambahan lagi.
Meskipun ini masih awal bulan nyatanya aku sudah tidak memegang uang sama sekali.Selain mengambil untuk bayar kosan. Semua uang dari gajiku sudah aku kirim ke kampung untuk menyicil bayar hutang pengobatan bapak dulu di kampung. Miris memang, bapak yang tidak terselamatkan tapi hutang keluargaku jadi bertumpuk. Jadi aku anak tertua yang harus bertanggungjawab.
Ya kali aku harus berkeliaran dijalan karena gak punya tempat tinggal. Kalau masalah makanku itu akan ku fikir belakangan. Biasanya aku akan mencari pekerjaan tambahan diluar dari jadwal pekerjaanku menjaga toko serba ada.
Kalau beruntung aku akan mendapatkan pekerjaan yang bagus dengan gaji yang lumayan. Tapi kalau lagi gak beruntung kayak gini terpaksa aku harus ngutang. Itupun kalau ada yang dihutangi kalau nggak ya terpaksa harus berpuasa.
Setelah selesai sarapan bergegas aku mengambil tas ku hendak berangkat kerja. Ternyata masih untung aku tadi dibangunin sama si Gendis resek. Coba aja kalau gak. Pasti aku bakal telat berangkat kerja.
"Sudah mau berangkat Bee... " Tanya mbak Reni.
Aku yang sedang mengunci pintu tak hanya mengangguk.
"Sudah sarapan kamu " Tanyanya lagi. Kali ini aku menghadap kearahnya.
"Sudah mbak"
"Pasti cuma sama nasi sama kecap doang" Tebaknya. Aku hanya tersenyum.
"Dari pada gak sama sekali mbak. Disyukuri saja" Jawabku.
"Mbak kan udah kasih kamu uang kenapa gak dibeliin lauk sekalian. Kalau makan nasi sama kecap doang mana ada gizinya. Kamu kan butuh tenaga banyak buat cari uang banyak" Ucap mbak Reni.
Mbak Reni ini orang yang paling baik sedunia. Dia yang paling tau kisah hidupku. Sebabnya keluargaku punya banyak hutang. Mbak Reni pula yang selalu kasih aku pinjaman kalau aku lagi butuh. Sebenarnya dia ngasih, tapi aku gak mau. Tetap saja saat aku punya uang aku pasti kembalikan. Saat dia menolak maka aku akan bilang tak akan minta bantuannya lagi.Maka setelahnya mbak Reni hanya pasrah.
"Mubadzir mbak, yang penting perut aku kenyang.Lumayan kan masih bisa dibuat makan sampai besok.Dah ayo berangkat ntar kesiangan lo kuliahnya"Jawabku cuek lalu merangkul perempuan itu keluar kos-kosan. Sebelum perempuan yang ku rangkul ini makin berceloteh.
Kalau aku bekerja maka mbak Reni adalah anak kuliahan. Sebenarnya usia kami sama hanya beda bulan saja tapi mbak Reni lebih beruntung. Dia anak orang kaya jadi bisa melanjutkan kuliahnya sedangkan aku harus banting tulang cari nafkah.
Ah.. sungguh aku tidak mengeluh dengan takdir yang Tuhan berikan kepadaku. Aku yakin akan ada jalan kebahagiaan setelah ini.
Sesampainya diluar kami jalan terpisah. Aku berjalan ke kanan sedang mbak Reni ke kiri. Inilah saat yang kutunggu-tunggu.
Coba tebak apa hayo....???
Tentu saja ketemu sama idolaku mas Abhi. Lewat depan rumahnya sambil godain duda keren.
"Mas Abhi.... " Teriakku saat telah sampai didepan rumahnya. Gak perduli ada atau tidak orangnya. Yang jelas pasti ada satu orang didepan rumah yang menungguku sambil meletakkan kedua tangannya dipinggang. Siapa lagi kalau bukan Gendis.
Ceh... emang gue pikirin.
Kan aku cuma manggil nama mas Abhi doang.
"Papa ada gak anak cantik" Tanyaku sambil melongok didepan gerbang. Bukannya menjawab Gendis malah memancarkan aura permusuhannya.
Emang sengaja aku manas-manasin si kecil. Mau balas dendam soal tadi pagi sih. Jahat gak sih aku? Biarin salah sendiri cari masalah sama Binar. Ini aja bekas gigitannya masih ada.
"Ga ada" Jawabnya jutek.
Asli ngegemesin banget nih anak. Kalau dia gak galak pasti udah aku ciumin.
"Bunda gak dibukain gerbang nih" Godaku lagi. Padahal aslinya aku udah hampir telat. Tapi gak afdhol aja kalau gak bikin masalah sama Gendis.
"Kata papa gak boleh bukain pintu sembarangan. Takut penjahat yang datang"
Ingin ku tertawa mendengarnya. Bocah sekecil Gendis bisa menjawab dengan benar. Pintar juga rupanya anak ini. Pantas saja banyak banget ide buat ngerjain aku.
"Tapi ini yang datang kan calon bunda nya Gendis" Aku masih kekeh ngerjain nih anak. Pengen lihat sekali saja Gendis nangis. Tapi kok pertahanan nih anak kuat banget yah.
"Mama nya Gendis gak jelek kayak kamu"
Aku makin terkekeh.
Ya jelas beda lah. Kalian orang berada sedangkan aku orang miskin. Aku gak marah sama sekali dengan ucapan Gendis. Pasalnya aku yang sengaja godain dia.
Tiba-tiba dari dalam rumah seorang wanita paruh baya datang dengan tergopoh-gopoh.
"Haduh non Binar ini kebiasaan gangguin non Gendis. Kalau udah gini nanti simbok yang repot. Hus... sana non Binar berangkat sana? " Usir mbok Sumi pengasuh serta Asisten rumah tangga dirumah ini.
Aku cukup mengenal mbok Sumi karena sebelumnya mbok Sumi bekerja dirumah pemilik Kosan ku. Mbok Sumi juga pasti tau sifat usil ku ini.
"Siap mbok Sumi, nitip Gendis ya mbok. Assalamu'alaikum anaknya bunda" Masih saja aku menjahili Gendis.
Lihatlah Gendis semakin manyun sedangkan mbok Sumi hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuanku.
Rasanya puas banget setelah mengganggu Gendis. Meskipun menyebalkan Gendis seperti obat yang membuat semangat ku bertambah.
Kini aku bisa berangkat bekerja dengan bahagia. Kalau biasanya orang yang menyukai pria yang mempunyai anak akan sok-sokan baik didepan anaknya maka berbeda dengan aku. Aku seakan selalu menantang Gendis berperang. Masa aku yang selalu dikerjain selalu diam saja. Asal gak pakai kekerasan aja.
"Gendis sayang... bunda berangkat kerja dulu ya" Teriakku sebagai jurus terakhir sebelum tubuh ku benar-benar meninggalkan rumah Gendis.
Jujur aku tak pernah berharap bahwa mas Abhi akan menyukai ku. Awalnya aku memang ngefens sama mas Abhi karena ketampanannya. Anggap aja mas Abhi adalah artis dan aku adalah idolanya. Sama dengan perempuan lain di kosan yang mengidolakan mas Abhi. Tapi gak tau kenapa Gendis hanya musuhan sama aku.
Baru beberapa langkah tubuh belakangku menabrak sesuatu. Maklum ya saat ini aku sedang berjalan mundur.
Segera aku membalikkan badan dan menatap sosok yang sedang menatapku dengan tajam.
Ceh... tatapannya itu lho galak-galak tapi bikin meleleh.
"Jangan pernah kamu ganggu putriku lagi" Ucapnya datar dan aku hanya bisa menelan ludah.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Lisa Aulia
ternyata hidup bee kasihan ya....tp itu mas Abhi kok jutek gitu sih....pantas sih bee sadar diri...
2023-01-31
0
Maulana ya_Rohman
lama² juga bakalan gak mau kehilangan Bee
2022-12-28
0
Mujiningsih
jangan galak² mas abhi nanti bucin endingnya😆😆
2022-03-06
1