Ketika Mentari sedang ketakutan, Dio masuk ke dalam ruang ganti dan melihat jika Bosnya sedang menindas seorang gadis kecil.
"Bos taksinya sudah di depan!"
Suara Dio membuat Arfan menarik kepalanya dari hadapan Mentari.
Mentari merasa sedikit lega, paling tidak dia tidak dalam kondisi ketakutan seperti tadi.
"Ikut aku!" perintah Arfan kepada Mentari.
Arfan mamasukkan barang-barang Mentari ke dalam bagasi mobil, kemudian menyuruh Mentari masuk ke dalam taksi.
"Masuk!"
Mentari memandangi Arfan dengan raut muka sedih, namun Arfan tetap terlihat datar tanpa ekspresi.
Mentari patuh masuk ke dalam taksi dan duduk di kursi penumpang dengan anteng.
"Tolong antarkan dia ke hotel pak, pastikan dia selamat sampai tujuan!"
"Baik Tuan," jawab si Supir taksi.
Mobilpun melaju, Mentari masih memandangi Arfan dengan sendu. Entah kapan dia bisa bertemu dengan pemuda itu lagi. Air mata Mentari mulai jatuh ketika dia berbalik ke belakang memandangi Arfan melalui kaca mobil bagian belakang, Arfan yang masih berdiri sambil menelfon seseorang tidak memandangnya sama sekali.
Jatuh cinta terkadang memang menyakitkan jika cinta kita bertepuk sebelah tangan.
Mentari sampai di hotel dan langsung menuju ke kamar dimana Siska menginap, Siska
bersama dua orang lainnya sudah sampai sejak sore tadi.
"Ya ampun Tar, kamu lama banget sih. Kita sampai kering nungguin kamu tahu nggak!" Keluh Siska begitu melihat Mentari datang dengan wajah kusut.
"Maafkan aku Sis," jawab Mentari memelas.
"Ok deh nggak apa-apa Tari sayang, dah mandi dulu sana! Setelah ini kita akan bahas materi sebentar sebelum beristirahat mengumpulkan energi untuk besok."
Seminar ini dilakukan secara berkelompok, di dalam kelompok Mentari ada empat orang, selain Mentari dan Siska ada dua orang cowok yang lain yaitu Ilyas dan Azka yang merupakan kakak tingkat mereka di kampus.
Saat ini mereka sedang berkumpul di kamar Siska dan Mentari untuk berdiskusi mengenai materi seminar, sedangkan kamar mereka berdua ada di sebelah.
Mentari keluar dari kamar mandi dengan kondisi yang jauh lebih segar.
"Bagaimana kalau kita mulai saja diskusinya?" usul Siska yang disetujui oleh semua temannya.
Mereka berdiskusi cukup lama, seminar kali ini harus mereka persiapkan dengan baik karena akan kedatangan mahasiswa dan Dosen dari fakultas lain di Universitas Z.
****
Mentari dan teman-temannya sudah berada di ruangan seminar sejak pagi, mereka sudah bersiap dengan sangat matang hanya tinggal menunggu acara dimulai.
Satu persatu para peserta seminar berdatangan. Tepat pukul Sembilan pagi acara dimulai. Di kursi peserta tampak Arfan duduk di kursinya dengan tenang, saking banyaknya peserta yang hadir, Mentari tidak menyadari jika pemuda yang disukainya berada di tengah-tengahnya kali ini.
Ilyas adalah orang pertama yang memaparkan materi seminarnya, dilanjutkan dengan teman-temannya yang lain. Sedangkan Mentari mendapatkan giliran terakhir, sejak kedatangan Arfan tadi dia terus memperhatikan Mentari.
Dia memandanginya lekat, bahkan bayangan kejadian kemarin membuatnya tersenyum simpul.
Mentari memaparkan materinya dengan sangat lancar dan lantang, terlihat sekali jika gadis itu memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang cukup luas menurut Arfan sehingga mampu menguasai audiens dengan mudah.
Sesi tanya jawab pun dimulai, kelompok Mentari dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para peserta dengan sangat baik. Terutama Mentari yang berhasil menjawab banyak pertanyaan yang bisa dibilang cukup sulit dari para peserta.
Arfan menahan diri untuk tidak bertanya karena dia tidak mau keberadaannya disini disadari oleh Mentari yang kemarin sempat ia tindas.
Acara seminar ditutup ketika jam makan siang, setelah melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim dan makan siang bersama, mereka berempat sepakat untuk pulang hari ini juga karena esok hari tugas yang lain masih menunggu, meskipun sebenarnya mereka sedang liburan semesteran.
"Mentari kecil?" sapa Arfan ketika melihat Mentari sedang membawa barang-barangnya menuju mobil.
"Kau kenapa ada disini?" tanya Mentari heran.
"Kesinikan barangmu biar aku bawakan!" ucap Arfan tanpa menjawab pertanyaan Mentari.
Mentari masih bingung dengan sikap orang di depannya yang tiba-tiba berubah menjadi baik.
"Tidak perlu, nanti merepotkan." Sanggah Mentari.
Siska yang melihat interaksi keduanya, menyikut lengan Mentari mencoba meminta penjelasan dengan tatapan matanya. Mentari berbisik di telinga Siska.
"Dia temanku, kau jangan khawatir."
Mendengar penjelasan Mentari, membuat Siska merasa lega. Hanya saja dia tidak pernah bertemu sebelumnya dengan teman Mentari yang satu ini.
Arfan tidak mau mendengarkan penolakan Mentari, dia malah membawa koper Mentari begitu saja dan membuat Mentari harus mengejarnya.
"Sinikan barangku, aku mau pulang!"
Arfan tidak mendengarkan perkataan Mentari, malah dia menaikan koper milik Mentari ke dalam mobilnya.
"Hei apa yang kau lakukan, teman-temanku sedang menungguku."
Mentari melihat Siska yang melambaikan tangan ke arah dirinya, menyuruhnya agar cepat.
"Kau tunggu disini!"
Arfan mendekati mobil teman-teman Mentari, berbicara kepada mereka dan kembali ke mobilnya. Dalam hal ini yang sangat tidak rela adalah Ilyas, karena dalam seminar kali ini dia tidak bisa bersama dengan Mentari.
"Lho kenapa teman-temanku malah jalan duluan?" Mentari cemberut merasa ditinggal oleh teman-temannya.
"Ayo naik!" perintah Arfan.
Mentari berpikir sejenak tidak mungkin dia menolak sedangkan barang-barangnya ada di mobil Arfan ditambah teman-temannya yang sudah pulang terlebih dahulu.
"Mau naik tidak?" ucap Arfan dari dalam mobil karena Mentari masih diam ditempat.
Mentari pada akhirnya naik ke mobil Arfan, duduk, diam dan kesal. Mentari menyilangkan kedua tangannya di dada, memilih membuang mukanya ke arah jendela mobil Arfan.
Arfan pun melakukan hal yang sama sepanjang perjalanan dia hanya diam.
Perjalanan yang cukup jauh membuat Mentari merasa bosan dan mengantuk, pada akhirnya dia tertidur. Arfan sesekali memandang gadis kecil disebalahnya.
"Cantik...," gumam Arfan.
"Apa sih yang aku pikirkan, apa otakku sedang kemasukan air?" Arfan mengeleng-gelengkan kepalanya sendiri karena tidak percaya jika dirinya tertarik dengan Mentari kecil, sebuah hal yang sejak dulu tidak pernah dirasakannya.
Perlahan hujan menyapa mereka di tengah perjalanan, suara petir yang menyambar sebuah kayu besar di depan mereka membuat Mentari terbangun. Beruntung Arfan dengan sigap mengerem laju mobilnya sehingga tidak tertimpa pohon yang tumbang.
Mentari beristighfar berkali-kali, dia tampak pucat dan ketakutan.
"Jangan takut kita akan putar balik, jalan ini tidak mungkin kita lewati karena tertutup pohon yang tumbang."
Mentari yang masih ketakutan tidak menjawab apapun, dia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia juga berdo'a semoga teman-temannya baik-baik saja dalam perjalanan.
Setelah dirinya sedikit tenang, Mentari menghubungi Siska melalui sambungan telefon dan beruntung Siska dan yang lainnya sudah berada di sebuah hotel sekarang karena tidak mungkin melanjutkan perjalanan dengan kondisi cuaca yang tiba-tiba menjadi sangat buruk, khawatir terjadi sesuatu di jalan sehingga mereka memutuskan untuk menunda perjalanan hingga esok hari.
"Mentari kecil kita tidak mungkin meneruskan perjalanan kali ini!"
"Seharusnya kau tidak menghalangiku tadi untuk pulang bersama dengan teman-temanku, kau malah membuatku terjebak disini," Mentari merasa marah dengan Arfan dan sedikit menyalahkannya.
"Kita cari penginapan di dekat sini!"
"Tidak...aku tidak mau, kau pasti mau mencari kesempatan kan?" tolak Mentari sambil menutupi dada dengan kedua tangannya.
"Kamu pikir aku tertarik dengan gadis kecil sepertimu?"
"Terserah kau saja, aku mau turun!"
"Masih hujan nanti kau sakit!" cegah Arfan.
"Aku suka hujan dari pada disini,"
Mentari turun dari dalam mobil, membiarkan hujan menyapu wajahnya dan membasahi seluruh tubuhnya. Kali ini mereka sedang berada di depan sebuah penginapan, namun Mentari enggan untuk masuk malah bermain hujan-hujanan di pelataran penginapan itu.
Arfan masih berada di dalam mobil memperhatikan langkah kecil Mentari yang bergerak kesana kemari, begitu lucu gadis kecil itu menurut Arfan.
Arfan pada akhirnya menuruti kata hatinya untuk ikut turun dan bermain hujan bersama Mentari kecil.
Arfan sudah lama tidak merasakan sebahagia ini hanya dengan bermain di bawah hujan, membuat tubuhnya basah oleh hujan, hal sederhana yang membuat dirinya bisa tertawa begitu lepas.
Petir kembali menyapa mereka meskipun tidak menyambar pohon seperti di jalan tadi, karena kaget Mentari melompat ke arah Arfan dan menyilangkan kakinya mengapit pinggang Arfan, dengan cekatan Arfan menangkap tubuh kecil dan ramping Mentari membawa ke pelukannya.
"Aku takut petir!" ucap Mentari.
"Kau akan baik-baik saja tenanglah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments