kost an Lia

Matahari sudah mulai meninggi ditandakan dengan semakin panas nya hawa dari jendela. Aku masih menyelimuti diriku dengan selimut di kasur, ku bukakan sedikit mataku. Disana Lia sedang berdandan bersiap-siap untuk pergi kerja ke kantor.

"Kamu kerja?" tanyaku yang masih berselimutkan.

"Iya, kamu udah bangun Han.?" tanya nya balik.

"Hmm, belum masih ngantuk" aku kembali menutup mataku.

"Ya udah aku berangkat dulu kerja. Nanti kamu beresin tempat ruangan ini, lalu kuncinya di titip aja di ibu kost. Eh kamu pulang apa nginep di sini lagi?" Lia sembari membereskan tas yang akan ia bawa ke kantor.

"Belum tahu, nanti kalau aku pulang aku Whatsap." Kataku.

" Ya udah,ngambil rokok yah satu bungkus dan juga memakan sate 5 tusuk buat sarapan, gila kamu Han bisa sebanyak ini dapat pacarku aja si Bobi belum tentu sanggup." Lia sudah siap-siap pergi lalu pamit kerja.

Dari ke tiga teman satu genk ku dulu, cuman Lia yang sampai saat ini dekat dan masih berkomunikasi. Mungkin karena memang kita bukan dari keluarga berada, jadi seolah kita seperti satu nasib.

Aku kembali menutup diri dengan selimut lalu menyalakan AC ke angka 15°, sedikit dingin jika di ruangan yang kecil. Tapi aku suka, bukan aku tidak mau memasang AC di rumah, tapi tempatku tinggal memang sudah cukup dingin dengan pekarangan yang lumayan luas. Hawa sejuk yang di dibawakan oleh angin karena masih ada pohon-pohon buah rindang yang menempati pekarangan rumahku. Diantaranya di belakang rumah ada 4 pohon durian, 2 pohon dukuh, 4 pohon rambutan ditambah dengan 2 pohon mangga aromanis yang berbuah besar dan lumayan lebat buahnya jika musim berbuah yang terdapat di depan pekarangan rumahku disertai pot - pot bunga yang lebat seperti bunga mawar, kumis kucing, bunga kertas, dan lainnya layaknya taman bunga kecil.

Di belakang dapur ibu juga menanam kebutuhan bumbu masak seperti sereh, cabai besar dan kecil,tomat, jahe,kunyit, bawang daun dan merah. Cukup untuk memenuhi kebutuhan bumbu saat mau memasak masakan yang agak ribet. Tak jarang pula tetangga mampir hanya sekedar meminta bumbu yang tinggal memetik atau mencabutnya di belakang. Tak heran jika ada teman bapak yang sedang bermain atau keluarga ibu yang berkunjung dari desa ke rumah kami jadi betah,males pulang.

"Kring...kring...kring," Hp ku berbunyi.

"Halo," ku tunggu jawaban tapi tidak ada yang menjawab. Lumayan lama ku tunggu hingga akhirnya teloonnya terputus.

"Siapa sih, iseng sekali." Aku menatap ke layar ponselku tidak terdapat nama disana hanya bertuliskan nomer telpon. Sepertinya telpon rumah,akupun kembali tidur karena dirasa belum puas karena malam hari aku dan Lia tidur pas waktu mau subuh.

"Lia kuat sekali bisa kembali kerja,kalau aku sudah meliburkan diri deh. Kalau nggak, bisa-bisa tidur di tempat kerja," fikirku sambil kembali tidur meneruskan mimpiku yang cukup indah.

***

"Kak tolong pesanan saya ini bagaimana,"

"Aku juga belum mana minumanku,"

"mbak gimana kok bisa salah ngasih pesanan saya, saya kan gak pesan makanan ini loh,"

Para costumer di cafe tempatku bekerja berkerumun protes tentang pelayanan yang aku beri.

"Bukk...," Aku menabrak costumer dan menumpahkan makanan yang mengenai baju putihnya.

"Ah,maaf aku tidak sengaja. Ada apa denganku,maaf sekali," aku beberapa kali meminta maaf.

"Kamu gimana sih Han, kerja yang bener dong," Rian memarahiku bukan malah membantuku. Aku segera mengambil kain lap yang terletak di bahu kiriku dna mengelapkan air dari makanan tadi uang menempel di baju lelaki itu. Tiba-tiba tanganku di pegang keras oleh lelaki itu, aku mencoba menengadakan wajahku agar melihat wajah lelaki itu. Sentuhannya sama seperti lelaki sebelumnya yang terkena tumpahan jus jeruk kemarin, ku coba memberanikan diri dan..."Gubrak...!"

Aku terjun bebas ke lantai dengan posisi tengkurap. Bangunku dikagetkan karena berciuman dengan lantai kamar Lia.

"Aww sakit! dasar lantai kurang ajar," pekikku dalam hati. Kali ini aku benar-benar sudah bangun dan tidak bisa tidur lagi.

Aku membereskan bekas kekacauan semalam, sampai kembali rapi cukup memakan waktuku. Lia memang anak manja wakau dari keluarga sederhana dia sangatlah manja, mungkin karena dia anak satu-satunya karena itu dia di manja, hingga sudah besar pun dia tidak bisa beres-beres. Beda denganku yang dari awal memang sudah di siplin di biasakan hidup mandiri dan tidak rewel dengan segala sesuatu minta pada ibu atau bapak. Setelah dirasa semua bersih dan beres aku lanjut membersihkan diri untuk mandi,sekalian aku bersihkan kamar mandi karena kamar mandi Lia sangat kotor. Aku temukan softex yang masih berdarah di kamar mandi tanpa ia bersihkan dahulu lalu di buang ke tempat sampah. Hampir aku mau muntah dan marah menemukan itu.

"Kalau ibuku menemukan ini bekas ku, bisa-bisa habis dimarahi,ih jorok banget si Lia." Umpatku tali tetap membersihkannya. Jika orang tua dulu menemukan anaknya seperti ini bekas haid nya di taroh dimana saja apalagi masih ada darah-darahnya, mereka selalu bilang "(Suka di jilati mbak kun... jadi harus di bersihkan di buang di tempat sampah dalam ke adaan bersih)".

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, perutku keronconga. Sebelum pulang aku makan dulu lalu jalan-jalan sebentar dan pulang. Ku hangatkan semua makanan yang aku dapat dari traktiran Sandy semalam, lalu ku ambil sate kambing 5 tusuk karena semalam beli 30 tusuk dimakan Lia 5 tusuk saat sarapan dan aku 5 tusuk jadi masih ada sisa 20 tusuk lagi.

Akupun mulai sarapan saat dirasa semua sudah hangat, ku ambil nasi karena tadi saat beres2 kamar Lia aku sembari menanak nasi 1 gelas untuk sarapan saja. Sekalian ku simpan martabak untuk di hangatkan lewat saringan atas magicom yang cukup hanya untuk 2 gelas nasi saja.

Kring...kring...kring...

"Halo," sapa ku ketika telpon ku angkat.

"Hallo... halo..pakai assalamu'alaikum loh nak," suara ibuku terdengar di dalam telpon menusuk kuoingku secara sopan.

"Eh, ibu...hehehe," jawabku karena memang aku salah dan tidak tahu kalau yang menelpon ibu karena tidak mengecek terlebih dahulu siapa yang menelpon.

"Jangan di biasakan loh nak. Han, kapan kamu pulang," tanya ibu.

"Besok malam paling bu, emang kenapa bu?" tanyaku.

"Bukan begitu,besok ibu udah mulai bantu-bantu masak loh. Acara maulid nya di majukan jadi 2 hari lagi," jelas ibu.

"Lah, kok bisa bu! aku kan kemarin.baru ganti sif sama temen kerja masa aku harus minta libur sih bu, bukannya 5 hari lagi yah?" Aku hampir tersedak sate yang aku makan, buru-buru aku minum untuk melancarkan sate yang masuk ke tenggorokanku ke dalam perut.

Bersambung...

Episodes
1 Perkenalan
2 Di Cafe
3 Gaetan baru
4 Di bioskop
5 kost an Lia
6 pandangan pertama
7 Menikah
8 Resmi
9 Ikut mas Abhi
10 Apartemen mas Abhi
11 Kamar mandi
12 Ketemuan dengan Lia
13 Hampir saja
14 Pov Abhizar I
15 pov Abhizar II
16 Lelaki bejadd
17 penjelasan
18 Menuju rumah nenek
19 Tak jadi kerumah nenek
20 Perjanjian
21 Siapa dia
22 Di sekitar apartemen
23 Keponakan mas Abhi
24 Andi
25 Klien
26 Kesal
27 Saran Lia
28 Andi dan kamar mandi
29 Mas Abhi pergi Andi datang
30 Diner dengan Lia
31 Cinta tak harus memiliki
32 Cinta tak harus memiliki
33 Kantor Suamiku
34 belanja dengan mas Abhi
35 Di kantor
36 Gerogi
37 Ke pondok
38 di pondok II
39 Mimpi lagi
40 Nenek besar pulang
41 Sarapan
42 Cincin pernikahan hilang
43 Ketahuan !
44 Apartemen Andi
45 Kebenaran Aisyah
46 Ungkapan I
47 Melepas rasa
48 jalan-jalan
49 Berc**b*
50 Kerumah orang tua Honey
51 Ke kampung halamanku
52 Di London
53 Hendra
54 Jumpa
55 POV Hendra
56 Hendra Nyebelin...!!
57 Aku yang nakal
58 kedatangan Aisyah
59 Jatuh
60 Aisyah...!
61 Mood Honey
62 Kertas berharga
63 Andi, hampir saja...
64 Usai
65 Nego
66 Antara Andi, Abhizar, dan Aisyah I
67 Antara Abhi, Andi, dan Aisyah II
68 Rasa
69 Bakso
70 Hamil
71 Suprise
72 Bersama Ibu
73 Kangen
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Perkenalan
2
Di Cafe
3
Gaetan baru
4
Di bioskop
5
kost an Lia
6
pandangan pertama
7
Menikah
8
Resmi
9
Ikut mas Abhi
10
Apartemen mas Abhi
11
Kamar mandi
12
Ketemuan dengan Lia
13
Hampir saja
14
Pov Abhizar I
15
pov Abhizar II
16
Lelaki bejadd
17
penjelasan
18
Menuju rumah nenek
19
Tak jadi kerumah nenek
20
Perjanjian
21
Siapa dia
22
Di sekitar apartemen
23
Keponakan mas Abhi
24
Andi
25
Klien
26
Kesal
27
Saran Lia
28
Andi dan kamar mandi
29
Mas Abhi pergi Andi datang
30
Diner dengan Lia
31
Cinta tak harus memiliki
32
Cinta tak harus memiliki
33
Kantor Suamiku
34
belanja dengan mas Abhi
35
Di kantor
36
Gerogi
37
Ke pondok
38
di pondok II
39
Mimpi lagi
40
Nenek besar pulang
41
Sarapan
42
Cincin pernikahan hilang
43
Ketahuan !
44
Apartemen Andi
45
Kebenaran Aisyah
46
Ungkapan I
47
Melepas rasa
48
jalan-jalan
49
Berc**b*
50
Kerumah orang tua Honey
51
Ke kampung halamanku
52
Di London
53
Hendra
54
Jumpa
55
POV Hendra
56
Hendra Nyebelin...!!
57
Aku yang nakal
58
kedatangan Aisyah
59
Jatuh
60
Aisyah...!
61
Mood Honey
62
Kertas berharga
63
Andi, hampir saja...
64
Usai
65
Nego
66
Antara Andi, Abhizar, dan Aisyah I
67
Antara Abhi, Andi, dan Aisyah II
68
Rasa
69
Bakso
70
Hamil
71
Suprise
72
Bersama Ibu
73
Kangen

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!