Di Cafe

***

"Honey Han...bangun shalat subuh," terdengar suara ibu dan pintu di ketuk dari luar.

"Hmmm," jawabku dan memalingkan badan ke arah berlawanan dengan pintu untuk menghindari suara.

"Han, bangun nak. Sebentar lagi bapak pulang dari mesjid loh." Sontak aku membukakan mataku lalu bangun, seketika mataku terbuka otomatis mendengar kata Bapak. Bapak memang keras kalau soal ibadah, dia terapkan sejak dini kepada anak-anaknya. Apalagi anak-anak bapak semuanya perempuan,tentu saja harus bisa.

Aku bangun lalu membukakan pintu kamar, padahal pintu kamar tidak dikunci. Tapi ibu tidak biasa maupun adiku atau bapak tidak berani maen masuk kamar,semua ada aturannya.

"Bangun Han, bapakmu sebentar lagi pulang dari mesjid nanti liat kamu masih tiduran gimana." Ibu membuka mukena yang ia kenakan setelah selesai shalat dan dzikir.

"Hmm, malas bu dingin," jawabku.

"Ngaco kamu ini, sudah siang loh ini dingin gimana. Adikmu saja sudah mandi lalu shalat," perintah ibu lalu pergi untuk beres-beres rumah.

Akupun pergi ke kamar mandi untuk cuci muka lalu mengambil air wudhu.

****

"Assalamu"alaikum, bu nanti malam gak usah nunggu aku yah. Malam ini aku gak pulang,mau nginep dirumah temen," akupun menghidupkan motor lalu memanaskannya.

"Nginep dirumah temen siapa?" tanya ibu.

"Di rumah Lia, bu."Jawabku lalu menarik gas motor matic ku melaju meninggalkan ibu dengan raut wajah penuh cemas,kulihat lewat kaca spion motorku. Memang ketika jam sift kerjaku lebih awal, aku selaku tidak pulang kerjmah dikarenakan pasti macet parah. Jadi sering kali di jam siftku lebih awal, aku selalu menginap dirumah teman-teman kerjaku ataupun Lia.

Perjalanan dari rumah ke tempat kerjaku cukup lama, sekitar 1 jam kurang, kadang kalau macet bisa sampai 2 jam. Apalagi kalau jam pulang kerjaku jam 5 atau jam 6, bisa sampai jam 9 nyampe rumah.

Akupun sampai di tempat kerjaku, hari ini kebetulan sekali aku kebagian sift pagi jadi bisa pulang sore jam 5. Aku berencana untuk double date dengan Lia sahabat kecilku, aku dan Lia satu sekolah SMA. Kami satu genk dulu, sebenarnya personil genk kita berjumlah 4 orang, tapi karena yang dua sudah dapat jodoh dan kebetulan suaminya ditugaskan kerja di luar kota jadi mereka sebagai istri harus ikut kemanapun suami tinggal. Karena itu sengaja aku tidak pulang, selain macet juga aku ada sasaran baru yang sedang aku incar istilah gaulnya PDKT.

[ Gimana nanti malam,jadi? ]

Hp ku bergetar dan berisi pesan dari Lia.

[ Harus dong... ] jawabku.

[ Kamu sama si Deni? ] tanya Lia.

[ Lalu nanti aku sama Bobi nunggu di tempat biasa ya, ]

[ bukan, ada gaetan baru, hehehe.]

[ ya... ] balasku.

[ Dasar playgirl cap terong...] balas Lia.

[ Hello... gw sukanya duit bukan terong -_-...] jawabku.

[ hahahaha... ya udah aku tunggu di tempat biasa ]

Akupun pergi ke ruang ganti untuk menyimpan tas ku di loker karyawan.

"Hey, baru sampai?" Rekan kerjaku Rian menyapa.

"Iya,aku kira kesiangan," jawabku.

"Hari ini kita paling pagi, dapat bonus lagi dong, hehehe." Kata Rian lalu memasukkan kartu karyawan ke tempat absen.

Memang di cafe tempat kerjaku bagi karyawan yang setiap hari datang awal, akan ada reward pas gajian nanti. Entah itu bonus duit, atau jatah libur dapet dua hari penuh, karena itu saat gajian nanti dapat langsung libur selama 2 hari tanpa mengurangi libur biasanya yang sudah di jadwalkan.

"Kamu sudah sarapan," Tanya Rian sambil menyodorkan sandwich yang ia bawa dari kost an nya.

"Aku sudah makan dirumah, but thanks ya." Aku menolaknya secara halus,karen memang sudah sarapan dirumah.

Rian adalah rekan kerjaku, saat aku melamar kerja dia sudah satu minggu lebih dulu bekerja di cafe ini. Saat itu cafe ini sedang membutuhkan karyawan karena baru di buka. Sekarang banyak para pekerja yang ingin masuk kesini termasuk anak-anak muda dengan berbagai tujuan. Ada yang bertujuan untuk pengalaman, ada juga yang bertujuan untuk menggaet para cowok-cowok tajir yang datang ke cafe ini. Tak sedikit rekan kerja wanita lainnya dapat pacar bahkan jodoh lelaki tajir melintir di sini. Sebenarnya itulah alasanku bekerja disini dan alhamdulillah nya keterima. Tak heran tak sedikit laki-laki yang aku gaet disini,hehehe.

Rian adalah salah satunya, teman kerjaku ini sama sepertiku bukan dari orang kaya. Tapi Rian juga termasuk pemuda yang tidak macam-macam, dia rajin dan juga penurut. Yang aku suka dari Rian adalah taat ibadah nya, tiap waktu solat masuk dia bergegas ke mushola yang ada di atas dan shalat disana.

Beruntung yang punya cafe disini juga orang islam dan sangat menomor satukan ibadah. Karena itulah di lantai atas Cafe di sebelah sisi kiri dekat dengan alam di buat sebuah mushola kecil untuk shalat. Sampai saat ini, aku tidak tahu pemilik cafe ini siapa. Karena tidak pernah sekalipun sejak cafe ini di bangun datang untuk sekedar mengunjungi, paling hanya perwakilan saja, itupun aku tidak pernah melihat orangnya.

****

"Han, tolong bantu Rian di atas, di sendiri disana mengurus para pengunjung," perintah manager.

"Baik," akupun bergegas menyusul ke atas sambim membawa buku pesanan.

"Bbukk...!" Pena dan buku note kecilku jatuh.

"Aduh, mohon maaf. Maafkan saya," Aku mencoba membersihkan jus jeruk yang tumpah di kaos putih laki-laki itu.

"Aduh, bagaimana ini. Maafkan saya, saya tidak sengaja menabrak maaf saya tidak hati-hati," aku terus meminta maaf tanpa melihat ke wajahnya. Bagaimana aku tak berani menatap tamu karena kesalahan yang aku perbuat.

"Tidak apa-apa, sudah biar saya saja yang membersihkan, anda lanjut bekerja saja." jawab laki-laki itu dengan suara yang halus dan bahasa yang lembut. Laki-laki itu memegang tanganku dapat ku rasakan, tangannya sangat halus seperti tangan-tangan orang kaya yang hanya memegang uang kerjaannya, tapi aku tidak berani melihat nya. Karena tidak sopan rasanya kalau aku melihat wajahnya.

"Astaghfirullah, maaf" dia melepaskan tanganku seraya berucap istighfar beberapa kali.

"Ada apa ini!" seorang perempuan mendekatiku dan membentakku.

"Apa yang kamu lakukan kepada bosku, kau tahu harga bajunya berapa?" Pekik wanita itu memarahiku, aku menerima bentakannya tanpa perlawanan karena memang aku salah, aku pasrah saja dengan menundukkan kepala seraya beberapa kali meminta maaf, apalagi saat ku dengar harga bajunya.

"Sudah, tidak apa-apa. Kita sudah selesai meeting, sekarang kita ke bawah, pak tolong bayar semuanya ya." laki-laki itu mengajak rekannya pergi.

"Tapi, baju anda bagaimana?" tanya wanita yang membentakku tadi.

"Duh ni cewek, cepet pergi kenapa sih. Bikin pusing saja," gumamku dalam hati.

"Udah gak apa-apa, bisa di cuci kok," jawab lelaki itu.

"Tapi kita kan setelah ini mau menemui lurah," jawab lagi perempuan itu.

" Sudah tidak apa-apa nanti saya ganti baju, saya bawa baju kok," kata lelaki itu.

Lalu merekapun pergi meninggqlkanku berdiri mematung dengan menundukkan kepala sedari tadi.

"Duh, pegel nya. Aku kembali mengangkat wajahku dan sesekali memijat leherku karena menunduk terus dari tadi.

Tak lama Rian pun datang menghampiri.

"Ada apa, tadi kamu dimarahi,Han?" tanya Rian yang terlihat khawatir.

"Udah tidak apa-apa hanya kesalahan kecil kok," lalu aku membersihan sisa minuman yang masih tertempel di lantai dibantu dengan Rian.

Bersambung...

Episodes
1 Perkenalan
2 Di Cafe
3 Gaetan baru
4 Di bioskop
5 kost an Lia
6 pandangan pertama
7 Menikah
8 Resmi
9 Ikut mas Abhi
10 Apartemen mas Abhi
11 Kamar mandi
12 Ketemuan dengan Lia
13 Hampir saja
14 Pov Abhizar I
15 pov Abhizar II
16 Lelaki bejadd
17 penjelasan
18 Menuju rumah nenek
19 Tak jadi kerumah nenek
20 Perjanjian
21 Siapa dia
22 Di sekitar apartemen
23 Keponakan mas Abhi
24 Andi
25 Klien
26 Kesal
27 Saran Lia
28 Andi dan kamar mandi
29 Mas Abhi pergi Andi datang
30 Diner dengan Lia
31 Cinta tak harus memiliki
32 Cinta tak harus memiliki
33 Kantor Suamiku
34 belanja dengan mas Abhi
35 Di kantor
36 Gerogi
37 Ke pondok
38 di pondok II
39 Mimpi lagi
40 Nenek besar pulang
41 Sarapan
42 Cincin pernikahan hilang
43 Ketahuan !
44 Apartemen Andi
45 Kebenaran Aisyah
46 Ungkapan I
47 Melepas rasa
48 jalan-jalan
49 Berc**b*
50 Kerumah orang tua Honey
51 Ke kampung halamanku
52 Di London
53 Hendra
54 Jumpa
55 POV Hendra
56 Hendra Nyebelin...!!
57 Aku yang nakal
58 kedatangan Aisyah
59 Jatuh
60 Aisyah...!
61 Mood Honey
62 Kertas berharga
63 Andi, hampir saja...
64 Usai
65 Nego
66 Antara Andi, Abhizar, dan Aisyah I
67 Antara Abhi, Andi, dan Aisyah II
68 Rasa
69 Bakso
70 Hamil
71 Suprise
72 Bersama Ibu
73 Kangen
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Perkenalan
2
Di Cafe
3
Gaetan baru
4
Di bioskop
5
kost an Lia
6
pandangan pertama
7
Menikah
8
Resmi
9
Ikut mas Abhi
10
Apartemen mas Abhi
11
Kamar mandi
12
Ketemuan dengan Lia
13
Hampir saja
14
Pov Abhizar I
15
pov Abhizar II
16
Lelaki bejadd
17
penjelasan
18
Menuju rumah nenek
19
Tak jadi kerumah nenek
20
Perjanjian
21
Siapa dia
22
Di sekitar apartemen
23
Keponakan mas Abhi
24
Andi
25
Klien
26
Kesal
27
Saran Lia
28
Andi dan kamar mandi
29
Mas Abhi pergi Andi datang
30
Diner dengan Lia
31
Cinta tak harus memiliki
32
Cinta tak harus memiliki
33
Kantor Suamiku
34
belanja dengan mas Abhi
35
Di kantor
36
Gerogi
37
Ke pondok
38
di pondok II
39
Mimpi lagi
40
Nenek besar pulang
41
Sarapan
42
Cincin pernikahan hilang
43
Ketahuan !
44
Apartemen Andi
45
Kebenaran Aisyah
46
Ungkapan I
47
Melepas rasa
48
jalan-jalan
49
Berc**b*
50
Kerumah orang tua Honey
51
Ke kampung halamanku
52
Di London
53
Hendra
54
Jumpa
55
POV Hendra
56
Hendra Nyebelin...!!
57
Aku yang nakal
58
kedatangan Aisyah
59
Jatuh
60
Aisyah...!
61
Mood Honey
62
Kertas berharga
63
Andi, hampir saja...
64
Usai
65
Nego
66
Antara Andi, Abhizar, dan Aisyah I
67
Antara Abhi, Andi, dan Aisyah II
68
Rasa
69
Bakso
70
Hamil
71
Suprise
72
Bersama Ibu
73
Kangen

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!