Di bioskop

Suasana malam hari dengan lampu yang di matikan menambah kesan horor saat kami mulai memasuki ruang bioskop. Ada beberapa orang yang sudah masuk dan duduk disana, mungkin dengan pasangan mereka. Bobi memberikan tiket kepada penjaga tiket lalu kami pergi masuk. Aku dan Sandy kebagian tempat duduk nomor D10 dan D11 di barisan ke empat tidak terlalu depan tapi juga tidak di tengah. Sedangkan Lia dan Bobi di nomor kursi C10 dan C11

di depan kami.

Di barisan tempat kami duduk tidak ada orang lagi selain kami berdua, begitupun di barisan Lia dan Bobi. Entah mereka yang tidak mau karena ingin mojok atau Bobi membeli nomer tiket ini agar bisa romantis-romantisan atau ingin menambah kesan horornya saja.

Film pun akan di mulai, aku sedikit risih dengan kelakuan Sandy kepadaku. Dia terus-terusan memancingku agar dapat balasan dariku. Lampu pun mulai di padamkan menambah kesan horor. Sandy menyenderkan kepala di bahuku, dia memanjakan diri sambil *******-***** jari-jariku.

"Film akan di mulai, sand." Aku mengkode nya agar dia melepaskan genggamannya dariku. Tapi ia tidak mengindahkannya, pada akhirnya akupun membiarkannya.

"Nih laki-laki bikin bete saja," pekikku dalam hati.

"dret...dret...!" Hp ku berbunyi sepertinya ada pesan masuk. Memang Hp sengaja aku silent agar tidak berisik.

"Sebentar ada pesan masuk," kataku pada Sandy yang asyik *******-***** tanganku.

[ Masa aktif kartu anda akan berakhir di tanggal....]

"Duh dari Telkomsel lagi," gumamku.

"Dari siapa?" Tanya Sandy.

"Oh ini, ibuku katanya kalau pulang bawa makanan," jawabku.

"Maunya di bawakan apa?" tanya nya lagi. Aku sedikit lega karena dia sudah tidak memegang tanganku lagi, kini kami mulai ke pembicaraan.

"Entah semua di keluargaku beda-beda kesukaannya," jawabku pura-pura tidak peduli.

"Jangan begitu sayang, katakan saja pengennya apa biar nanti kita pulang beli makanan." Sandy menawarkan, aku tersenyum karena rayuanku berhasil.

"Aku tidak tahu, ibuku suka nya Martabak bangka atau kue pukis yang manis itu loh, adikku ingin di belikan sate kambing pak Tarno, sedang bpakku apa aja sih dia mah...," aku memberhentikan perkataanku menunggu respon nya.

"Bapakmu kenapa, apa yang dia suka biar aku belikan sekalian." tawar nya.

"Ah diamah apa aja di makan ngikut ibu sama adikku, bapak akna senang kalau di belikkan rokok, biasah bapak-bapak mah gitu." Jawabku, Sandy pun langsung memegang tanganku.

"Oh itu, nanti kita beli sekalian yah di toko yang masih buka sekalian dengan kopinya," Sandy meremas kembali tanganku.

"Oke, nanti kita pergi ke alun-alun yang menyediakan jajanan malam, disana juga ada grosiran sembako yang masih buka kok," tawarku.

"Siap, tapi emang ada malam-malam begini toko sembako masih buka, aku sering ke sana tapi tidak pernah aku lihat," Sandy mengerutkan dahinya mengingat-ingat apakah ada tooko sembako disana.

"Ada kok, itu loh yang di depannya warung seafood kan di belakangnya toko sembako. Tapi memang ridak di buka semua hanya sebagian saja,pas di tempat pembayaran hanya di buka satu pintu saja untuk kasir nya saja." aku menjelaskan pada Sandy yang seketika membulatkan kedua matanya dan meinggikan kedua halisnya tanda mengerti.

"Oh yang itu, aku kira cuman tempat pembayaran saja. Ternyata itu juga toko, baru tahu aku." Jawab Sandy.

"Iya, memang kalau siang hari mereka buka toko sembako saja," aku menambahkan.

Film pun sudah di mulai, ketegangan di pembukaan film membuat sedikit diriku kaget dan menggridik bulu roma. Sandy pun sama, ia mengencangkan genggaman tangannya padaku sedikit membuatku kesakitan. Tapi sedikit lega karena dengan begitu ia tidak akan macam-macam selama film berlangsung.

****

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 01:35 saat tadi selesai menonton pukul 1 pas dilanjut belanja makanan di alun-alun memakan waktu setengah jam lebih sedikit.

"Kamu serius tidak aku antar pulang, biar aku antar saja sampai depan rumah" tanya Sandy.

"Aku pulang bareng dengan Lia saja, kebetulan jalan menuju rumah Lia dan aku satu arah." Aku memberi alasan.

"Tidak apa-apa walau tidak satu arah, aku antar kamu pulang, yah." Sandy berisi keras menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang.

"Udah gak usah, biar aku aja bareng dengan Honey pulang, aku juga gak ada temen ngobrol di mobil," kata Lia membantuku.

"Iya lagi pula kamu kan besok katanya mau keluar kota untuk survei tempat dengan klien," rayuku. Sandy sedikit terdiam seakan dia mencari alasan agar bisa membawaku dan megantarkanku pulang.

"Duh, ribet deh kamu Sand. Udah biar Honey bareng aku aja, di jamin gak akan ada yang ganggu dia kok. Ditambah kan ada Bobi yang mengantar kami pulang jadikan aman." Lia menarik tanganku agar aku bisa dekat dengannya.

"Ya udah kalau gitu, aku ambilkan tas Honey di mobil," jawab nya pasrah. Akupun mengikutinya untuk membantu mengambil barangku yang lumayan banyak bekas belanjaan tadi dari Sandy. Lia ingin mengikuti membantu, tapi aku memberikan tanda supaya dia tidak ikut dan mujurnya Lia mengerti dan memilih diam menunggu dengan Bobi.

Sandy mengambilkan barangku dan memberikan kepadaku sebagian.

"Jangan marah yah, aku tidak enak kalau harus menolak temanku Lia," aku merayu karena melihat wajah Sandy yang bete akan penolakanku untuk diantarkannya.

"Tidak apa-apa kalau emang itu maumu," jawabnya singkat.

"Jangan marah dong, kamu marah ya?" tanyaku sambil membereskan belanjaan yang berjatuhan di kursi mobil.

Sandy masuk ke dalam mobil dan menutup pintu mobilnya, dia melancarkan aksinya menciumiku dengan nafsu yang tersisa seolah tidak ingin menyia nyiakan kesempatan yang tadi sempat hilang saat di bioskop. Aku tidak melawan dan tidak membalas,ku biarkan Sandy menikmati bibirku. Tangan Sandy mulai berpindah mendekati buah dadaku, tapi aku buru-buru menghentikannya.

"Jangan, aku tidak suka." Jawabku singkat dengan tatapan yang kecewa.

"Kenapa, sekali saja. Ya," rayunya yang masih di selimuti nafsu. Akupun tetap menolaknya tapi membiarkan dia melepaskan nafsunya dengan menciumkku, itung-itung sebagai tanda terima kasih karena telah membelanjakanku.

***

"Duh, lama deh." Cetus Lia menggerutu.

"Hehehe, maaf." jawabku sambil menoleh ka arah Sandy yang kini nafsunya sudah terpuaskan.

Akupun pamit pada Sandy dan berpisah di alun-alun. Lia duduk di kursi belakang menemani Bobi menyetir agar tidak mengantuk selama di perjalanan.

"Gila, belanjaanmu Han!" Lia menggeleng-gelengkan kepala tanda heran entah takjub. Aku hanya membalasnya dengan senyum. Kami pun membersihkan diri lalu berbincang-bincang sampai hampir subuh lalu tidur. Hingga aku terbangun karmar lia begitu kacau berantakan, tapi aku kembali tidur karena rasa kantukku yang tak bisa di ajak kompromi.

Bersambung..

Episodes
1 Perkenalan
2 Di Cafe
3 Gaetan baru
4 Di bioskop
5 kost an Lia
6 pandangan pertama
7 Menikah
8 Resmi
9 Ikut mas Abhi
10 Apartemen mas Abhi
11 Kamar mandi
12 Ketemuan dengan Lia
13 Hampir saja
14 Pov Abhizar I
15 pov Abhizar II
16 Lelaki bejadd
17 penjelasan
18 Menuju rumah nenek
19 Tak jadi kerumah nenek
20 Perjanjian
21 Siapa dia
22 Di sekitar apartemen
23 Keponakan mas Abhi
24 Andi
25 Klien
26 Kesal
27 Saran Lia
28 Andi dan kamar mandi
29 Mas Abhi pergi Andi datang
30 Diner dengan Lia
31 Cinta tak harus memiliki
32 Cinta tak harus memiliki
33 Kantor Suamiku
34 belanja dengan mas Abhi
35 Di kantor
36 Gerogi
37 Ke pondok
38 di pondok II
39 Mimpi lagi
40 Nenek besar pulang
41 Sarapan
42 Cincin pernikahan hilang
43 Ketahuan !
44 Apartemen Andi
45 Kebenaran Aisyah
46 Ungkapan I
47 Melepas rasa
48 jalan-jalan
49 Berc**b*
50 Kerumah orang tua Honey
51 Ke kampung halamanku
52 Di London
53 Hendra
54 Jumpa
55 POV Hendra
56 Hendra Nyebelin...!!
57 Aku yang nakal
58 kedatangan Aisyah
59 Jatuh
60 Aisyah...!
61 Mood Honey
62 Kertas berharga
63 Andi, hampir saja...
64 Usai
65 Nego
66 Antara Andi, Abhizar, dan Aisyah I
67 Antara Abhi, Andi, dan Aisyah II
68 Rasa
69 Bakso
70 Hamil
71 Suprise
72 Bersama Ibu
73 Kangen
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Perkenalan
2
Di Cafe
3
Gaetan baru
4
Di bioskop
5
kost an Lia
6
pandangan pertama
7
Menikah
8
Resmi
9
Ikut mas Abhi
10
Apartemen mas Abhi
11
Kamar mandi
12
Ketemuan dengan Lia
13
Hampir saja
14
Pov Abhizar I
15
pov Abhizar II
16
Lelaki bejadd
17
penjelasan
18
Menuju rumah nenek
19
Tak jadi kerumah nenek
20
Perjanjian
21
Siapa dia
22
Di sekitar apartemen
23
Keponakan mas Abhi
24
Andi
25
Klien
26
Kesal
27
Saran Lia
28
Andi dan kamar mandi
29
Mas Abhi pergi Andi datang
30
Diner dengan Lia
31
Cinta tak harus memiliki
32
Cinta tak harus memiliki
33
Kantor Suamiku
34
belanja dengan mas Abhi
35
Di kantor
36
Gerogi
37
Ke pondok
38
di pondok II
39
Mimpi lagi
40
Nenek besar pulang
41
Sarapan
42
Cincin pernikahan hilang
43
Ketahuan !
44
Apartemen Andi
45
Kebenaran Aisyah
46
Ungkapan I
47
Melepas rasa
48
jalan-jalan
49
Berc**b*
50
Kerumah orang tua Honey
51
Ke kampung halamanku
52
Di London
53
Hendra
54
Jumpa
55
POV Hendra
56
Hendra Nyebelin...!!
57
Aku yang nakal
58
kedatangan Aisyah
59
Jatuh
60
Aisyah...!
61
Mood Honey
62
Kertas berharga
63
Andi, hampir saja...
64
Usai
65
Nego
66
Antara Andi, Abhizar, dan Aisyah I
67
Antara Abhi, Andi, dan Aisyah II
68
Rasa
69
Bakso
70
Hamil
71
Suprise
72
Bersama Ibu
73
Kangen

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!