Petualangan Cinta Honey Dan Abhizar
Namaku Honey umur 19 tahun, aku baru lulus SMA. Aku bekerja di sebuah cafe yang cukup ternama di kota ini. Banyak orang - orang penting dalam maupun luar kota yang sering datang kemari untuk membicarakan soal bisnis,atau hanya sekedar bersantai, termasuk artis-artis,dan juga selebgram datang untuk sekedar menghibur diri atau hanya sekedar melepas rasa penat mereka bersama teman-temannya. Pemandangan di cafe tempatku bekerja sangatlah indah bernuansakan asri walaupun terletak di tengah kota. Dengan lahan yang cukup luas, dan ide yang cemerlang dari owner untuk menyulap sebuah cafe dengan konsep bernuansakan modern asri.
"Beruntung sekali aku bisa bekerja disini dengan gaji yang lumayan diatas rata-rata UMR juga, berkat si Anton yang dulu aku dekati,kini aku bisa bekerja disini." Gumamku dalam hati sambil menikmati pemandangan di kala itu di jam makan siang.
"Honey, bisa kita bicara sebentar?" seorang pria menyapaku dan mengajakku untuk berbicara empat mata dengannya.
"Deni, ada apa?" tanyaku.
"Aku ingin bicara sebentar saja. Please," ucapnya sambil memelas memohon agar aku meng iyakan ajakkannya. Deni adalah laki-laki yang sudah pernah aku putuskan seminggu yang lalu. Dia tidak menerima di putuskan karena itu dia terus mengejarku.
"Aku gak ada waktu, aku harus bekerja. Maaf," aku pun melangkah ingin pergi meninggalkannya. Tapi Deni mencegahku dengan menarik tanganku.
"Aku mohon Honey maafkan aku," Laki-laki itu memelas agar mau mendengarkannya.
"Maafkan aku, sudah cukup semuanya. Kita sudah tidak bisa lagi bersama. maaf ya Den," aku pun pergi meninggalkannya.
Memang sebenarnya laki-laki yang bernama Deni itu tidaklah salah, aku hanya sudah bosen dan mencari-cari kesalahannya. Dengan beralaskan bahwa seolah-olah dia berkhianat. Padahal aku tahu bahwa orang yang pernah Deni antar adalah sepupunya. Lagi pula uang nya sudah cukup puas aku gunakan.
****
"Aku pulang," aku mencium tangan kedua orang tuaku dan menyapa adikku Ririn yang sedang belajar.
"Belajar yang benar jangan malu-maluin," aku mengusap kepala adikku dan mengacak-acak rambutnha hingga adikku kesal.
"Ih, diamlah kakak ini. Rambutku di acak-acak jadi kusut kan. Bu, kak Honey nih gangguin adek belajar!" Adikku berteriak mengadu pada ibuku.
Aku berlari ke kamar dan segera mengunci pintu agar adiku tidak bisa mengejarku.
"Kakak, jangan ganggu adeknya belajar." Terdengar suara lembut ibuku memperingati. Aku segera menyimpan semua barang-barang yang aku bawa tadi bekerja. Lalu bersiap-siap untuk mandi,karena badan rasanya tidak enak sudah sangat lengket. Aku keluar kamar sambil membawa peralatan mandiku, kulihat adekku yang masih bete dengan tatapan yang seakan ingin menghardikku.
"Nak, jangan begitu sama adikmu, adikmu itu lagi belajar sebentar lagi dia mau ujian biarkan dia fokus dengan belajarnya," ibuku memberitahuku dengan lemah lembut.
"Tau tuh kak Honey gangguin aja adeknya,kalau adek gk lulus ujian nanti gimana, mau tanggung jawab?" pekik adikku mencela.
"Biarin aja, biar gak usah tinggal disini lagi. Udah kakak biayain bikin kecewa kaka sama ibu juga bapak. Huh," balasku.
"Ibu..., kak Honey jahat banget ngomongnya," adikku lagi-lagi mengadu.
"Udah ah jangan bertengkar lagi, kalian ini adek sama kakak gak ada akur-akurnya. Han udah sana mandi bersihkan diri," ibu menyuruhku mandi dengan lirikan matanya ke arah kamar mandi. Akupun membalas dengan senyum lalu pergi membersihkan diri.
"Kamu juga Rin, jangan seperti itu sama kakakmu. Dia kan bekerja keras untuk membiayai sekolah kamu, harus bisa menghormati kakakmu jangan ngomong teriak-teriak seperti apa saja." Ku dengar pelan dari balik kamar mandi ibu sedang menceramahi adikku Ririn.
****
"Han," Begitulah panggilan sayangku dirumah.
"Iya bu," kataku sembari meletakkan handuk di kasur untuk berganti pakaian.
"Ish kamu ini, sudah besar masih saja tidak malu bertelanjang di depan ibu, jangan meletakkan handuk dikasur nanti kasurnya basah kamu tidurnya kedinginan," gumam ibu sambil mengambil handukku.
Akupun berganti pakaian sedangkan ibuku merapihkan pakaian kerjaku yang aku simpan tadi di atas kasur, tidak digantungkan Lalu merapihkan tempat tidurku.
"Biar aku saja bu, jangan beresin kamarku." Aku melarang ibuku membereskan kamarku karena aku tidak ingin merepotkannya. Sudah cukup dengan ibu selalu menyiapkan bekal makan untukku,mengurus bapak dan adikku. Karena itu aku tidak ingin menambah berat kerjanya, setidaknya aku bisa membereskan sendiri tempatku.
"Kamu ini sudah makan belum, ayo makan dulu." Perintah ibuku.
"Bapak sama adek udah makan,bu?" tanyaku sambil menyisir dan mengeringkan rambutku.
"Sudah dari tadi mereka sudah makan malam. Tinggal kamu sama ibu, ayo kita makan ibu sudah lapar!" Perintah ibu mengajakku untuk cepat makan malam.
Memang ibu selalu menungguku untuk makan saat malam hari, tidak peduli jam berapa aku pulang kerja ibu selalu menunggu untuk bisa makan bersamaku. Pernah aku bertanya "kenapa selalu menungguku,ibu bisa makan sama bapak dan adek gak perlu menungguku makan malam." Jawaban ibu karena "ibu ingin menemani anak pertama ibu makan." Selalu itu jawabnya. Ibu sangatlah menyayangiku, bukan karena aku menjadi tulang punggung keluarga. Tapi memang ibu sangat menyayangiku, tak pernah sekalipun ibu membentakku dengan keras, kalau dia jengkel padaku dia hanya menasehatiku dan menangis di kamar.
Akupun keluar untuk makan. Kulihat adikku Ririn sudah masuk kamar. Biasanya jam sembilan malam dia sudah harus masuk kamar,karena sekarang mau ujian mungkin, jadi dia belajar lebih lama dan baru masuk kamar di jam 10 malam.
Bapak seperti biasa sedang menonton acara ceramah di tv. Memang bapak suka sekali dengan ceramah - ceramah dari ustad dan ustadzah di tv. Ketika ada acara - acara ke agamaan di tempat ku bapak selalu ikut andil tenaga maupun dana. Sekitar 5 hari lagi akan ada acara maulid nabi besar salallahu'alaihi wassalam di tempatku. Aku menyumbang sedikit dana untuk acara memasak warga untuk di bagikan kembali ke warga lainnya.
Sedang bapak kebagian mengundang seorang kiyai penting yang katanya terpandang. Menurut pak kiyai, beliau bernama kiyai Asrori,begitulah panggilannya.
"Pak, sudah makan?" tanyaku pada bapak yang sedang asyik menonton.
"Sudah tadi, kamu mau makan sama ibu?" tanya nya balik.
"Iya, bapak mau makan lagi. yuk makan lagi," ajakku yang membukakan tudung saji. Disana terdapat makanan sederhana yang menurutkan makanan ternikmat. Tersedia oseng cumi, cah kangkung dan juga sambel goreng tak lupa lalapan timun. Walaupun di cafe aku sering makan makanan luar tapi aku lebih suka masakan ibu. Ibu orang sunda karena itu di tiap masakan tidak lupa sambel goreng ataupun sambel dadak di tambah lalapan.
Aku dan ibu makan dengan lahap, terasa sangat nikmat dan kenyang sekali.
"Untung tadi aku tidak makan dulu di cafe, kalau makan bisa-bisa pecah nih perut." Fikirku yang walaupun sudah makan selalu memaksakan makan demi menemani ibuku makan.
Setelah selesai makan akupun menghampiri bapak di ruang keluarga. Rumah kami sangatlah sederhana hanya terdapat 3 kamar berjajar, kamar pertama aku yang nempati,kamar kedua adiku ririn, dan kamar ketiga dekat dapur kamar ibuku sedang bapak kadang tidur di kursi.
"Nonton apa pak serius sekali" tanyaku yang melihat bapak sangat serius menonton.
"Ini ceramah ustad nuri," jawabnya sambil terkepul asap rokok dari bibirnya.
"Eh, nanti kamu libur kan pas acara maulid nabi?" tanya bapak.
"Iya sepertinya libur kerja karena kebetulan jatah hari liburku,kenapa pak?" Tanyaku.
"Itu, kan ibumu mau bantu masak. Nanti kamu disini bantu bapak membereskan semuanya sekaligus bantu siapin kamar untuk anak pak kiyai tidur." Sambil mengambil korek untuk menghidupkan rokoknya yang mati.
"Loh, memangnya pak kiyai mau nginep disini?" tanyaku heran.
"Bukan pak kiyai nya, tapi anaknya. Karena kata kepala desa disuruh nginep dirumah kita. Rumah kita yang paling aman, begitu. Sebenarnya banyak yang bersedia menampung anak pak kiyai,cuman bapak yang terpilih. Padahal bapak tidak menawarkan diri," dengan bangganya bapak berbicara.
Aku hanya tersenyum dengan sikap bapak.
"Terus nanti pak kiyai nya tidur dimana? masa anaknya saja," akupun bangun untuk pergi tidur.
"Bagaimana,nanti kamu jadi bantu bapak kan?" bapak bertanya kembali memastikan.
"Iya, iya, sebenarnya Honey ada janji sama temen. Tapi demi bapak sama ibu, Honey bisa batalin acara joney sama temen." jawabku pada bapak yang disambut dengan anggukkannya. Akupun pamit tidur karena sudah jam 11 malam ibupun sudah masuk kamar untuk tidur.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Nur Aendah
mampir ka
2022-06-07
0
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
mampir kk
2022-05-19
0
🅑α🅗🅐gια∂ι🅛αмαяαη∂я🅔
semangat
2022-05-19
0