"Bugghh."
"Aaww!"
"Aasshh."
Yaren terduduk kala menabrak dada bidang Ayaz, dirinya hendak menuju ruang tamu saat sudah selesai mencuci piring bekas makan malamnya dengan Ayaz, namun ternyata Ayaz yang juga hendak ke dapur malah membuat mereka bertabrakan di lorong sempit antara dapur dan ruang tamu.
Rumah itu memang kecil kalau menurut ukurannya, ruang tamu bersebelahan dengan dapur, namun ada jalan seperti lorong yang hanya muat untuk dua orang memisahkan ruangan.
Kamar mandi ada di dekat dapur, dan itu adalah kamar mandi satu-satunya.
Sementara kamar tidur hanya satu, dan saat ini sedang Ayaz pikirkan nantinya Yaren akan tidur di mana, hendak menyuruh Yaren tidur di ruang tamu beralaskan sofa kayu namun dirinya tidak tega, namun mau bagaimana lagi, apa iya dirinya harus tidur satu kamar dengan Yaren.
"Sakit tau... Bukannya bantuin!" dengus Yaren kesal, karena Ayaz sama sekali tidak bergeming.
"Lo kan bisa bangkit sendiri!" ucap Ayaz tidak perduli.
Dengan sedikit tenaga ekstra Yaren mencoba bangkit, ia dongkol setengah mati dengan Ayaz, pria itu kira bokongnya tidak sakit setelah mendarat hebat di lantai, syukur-syukur tidak lecet.
"Kamu mau ngapain?" tanya Yaren kala Ayaz menunduk, wajah pria itu semakin mendekat ke arahnya.
Bisikan aneh mulai memasuki gendang telinganya, takut saja kalau Ayaz berbuat macam-macam.
"Eh!" Yaren mematahkan tuduhan aneh, kala tangan kekar itu memegang lengannya.
"Lo pikir gue mau ngapain emangnya?" tanya Ayaz penuh selidik.
"Enggak, enggak ngapa-ngapain, tadi kan kamu nyuruh aku bangkit sendiri, mana aku tau kamu bakalan nolongin." yah, Ayaz memang hanya mau membantu Yaren untuk berdiri, Yaren saja yang terlalu parno.
Ayaz kemudian berlalu pergi ke dapur, dirinya ingin mengisi air minum untuk di bawa ke kamar, nanti kalau kebiasaan tidak bisa tidurnya mulai menyerang, dirinya tidak perlu repot untuk bangkit mengambil air untuk minum obat tidur atau semacamnya.
"Kau mau ke mana?" tanya Yaren lagi, wanita itu sepertinya takut sekali Ayaz meninggalkannya sendirian, yah siapapun juga akan bertingkah sama mengingat ini adalah hutan, meski tinggal di rumah dengan aman, namun tetap saja ini di hutan.
Ayaz tidak menyahut, namun tindakannya membuat Yaren tau apa yang Ayaz mau.
"Ayaz jam berapa sekarang?" tanya Yaren, ponselnya mati, dan di rumah itu tidak ada jam dinding, jadi dirinya terpaksa menanyakan waktu pada Ayaz.
"Kenapa?" tanya Ayaz.
"Kenapa? Memangnya ada yang salah aku tanya waktu?" tanya balik Yaren.
"Memangnya kalau sekarang masih belum larut lo mau ke mana? Kalau lo mau pergi ini masih jam sembilan, gue bisa nganterin lo sampai ke persimpangan." ucap Ayaz.
Yaren tidak percaya, sekali lagi pria itu mengusirnya, apa orang ganteng memang seperti itu, suka semaunya, mentang-mentang saja aku tidak cantik, pikir Yaren.
"Kau ini..." kesal Yaren.
Ayaz sudah selesai dengan kegiatannya, dirinya membawa nampan berisikan teko kecil berisi air minum dan juga gelas untuk kemudian ia bawa ke kamar.
Sampai di kamar, Ayaz tampak berpikir, apa harus dirinya tidur dengan Yaren malam ini?
Ayaz keluar kamar, dirinya memanggil Yaren untuk masuk ke kamarnya.
"Ada apa?" Yaren tampak gugup. Ini kali pertama dirinya hanya berdua dengan seorang pria di kamar, meski Ayaz tidak mengunci pintu namun tetap saja canggung.
"Gue kasih lo dua pilihan, lo mau tidur di kamar bareng gue, apa tidur misah tapi di ruang tamu, di kursi kayu itu?" tanya Ayaz langsung tanpa basa-basi.
"Hah!" kaget Yaren, jelas saja dirinya akan memilih pilihan yang ke dua, memangnya Ayaz kira dirinya cewek apaan.
"Biar aku tidur sendiri aja di ruang tamu!" jawab Yaren.
"Oke, nggak masalah, tapi perlu lo tau, bantal cuma dua, jadi oke gue kasih satu buat lo, dan selimut cuma satu, sayangnya gue nggak bisa ngasih ke lo." ungkap Ayaz.
"Apa?" pekik Yaren, namun dua detik kemudian dia menetralkan pemikirannya, tidak masalah yang penting dirinya punya tempat untuk berteduh.
"Oke, aku nggak papa!" yakin Yaren.
"Ini bantalnya, silakan..." ucap Ayaz dengan nada pengusiran lagi.
Cih, menyebalkan...
"Jangan mengumpat, kamarnya nggak dikunci kalo lo berubah pikiran!" sindir Ayaz.
"Hah gimana dia tau kalau aku ngatain dia?" gumam Yaren pelan.
Ayaz geleng-geleng kepala dengan kelakuan Yaren, dasar wanita pikirnya.
Kedua anak manusia itu memulai ritual tidurnya masing-masing, Yaren nampak sulit tidur karena pakaian yang dirinya kenakan, wanita itu masih memakai kebaya putih tulang dan rok batik Kartini yang tadi dirinya kenakan untuk acara akad dan itu sangat membuatnya tidak nyaman, hendak membangunkan Ayaz untuk meminjam baju namun Yaren tidak berani, mendatangi pria ke kamar bukanlah sifatnya.
Biarlah, besok pagi baru aku pinjem bajunya, tahan Yaren, tahan...
Suara jangkrik menemani malam Yaren, dan ada berbagai suara burung yang terdengar berbeda-beda, Yaren tidak pernah mendengar itu sebelumnya, dirinya dari lahir sampai setua ini hidup dalam keramaian, waktu sekolah pun dirinya enggan mengikuti acara Pramuka, dirinya bukan juga anak gunung, jadi suara seperti itu masih asing di telinganya.
Suasana semakin mencekam, malam beranjak naik membuat bulu kuduk Yaren merinding, Yaren tidak busa menampik kalau dirinya sangat ketakutan.
Diliriknya pintu kamar Ayaz yang terbuka, Ayaz bahkan tidak mengunci pintunya kali saja Yaren berubah pikiran.
Apa aku tidur sama dia aja yah?
Bagaimanapun ini adalah pengalaman pertama Yaren, wanita itu bangkit dan mencoba menetralkan perasaannya, teringat akan film horor yang sempat dirinya tonton, sebenarnya Yaren bukan tipe orang yang penakut, namun dihadapkan dengan kondisi demikian, sungguh lain saja rasanya.
Bagi Yaren, Ayaz benar-benar tega, seharunya kan Ayaz menahannya tadi, meminta mereka untuk tidur bersama dan Yaren akan mengatakan untuk jangan macam-macam.
Namun Ayaz tidak melakukan, pria itu adalah pria yang sangat tidak pengertian.
Aku harus gimana, harus apa?
Yaren merebahkan tubuhnya lagi di kursi, pegal sekali karena itu adalah kursi kayu yang tidak ada empuk-empuknya sama sekali. Sekali lagi, Ayaz benar-benar tega.
Balik kiri, balik kanan, terlentang, entah sudah berapa kali Yaren mengubah posisinya untuk menemukan posisi tidur yang nyaman, namun nihil kenyamanan hanya milik kasur empuknya di kamarnya sana.
Yaren mulai frustasi, dirinya bahkan tidak tau sudah pukul berapa malam ini? rasa takut juga membuatnya tidak bisa berbuat apa dan ke mana-mana, satu tujuannya jika ia ingin meninggalkan tempat ini ya hanya kamar Ayaz. Selain itu dirinya juga tidak yakin kakinya berani melangkah.
"Dasar Ayaz tega!" gumamnya sembari mengepalkan tangan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Shellia Vya
Udh lah gak usah gengsi Yaren 🤭
2022-06-29
0
Naira Aprilia
i
2022-06-10
2
💮Aroe🌸
stay cool, ayaz😂
2022-03-11
2