"Ayaz!" seru Yaren, pandangannya menatap Ayaz bak musuh, namun yang ditatap sayangnya tidak bergeming sedikitpun.
"Kamu harus tanggung jawab!" ucap Yaren, dirinya mengambil kunci motor Ayaz, sehingga pria itu dipastikan tidak akan bisa ke mana-mana tanpa dirinya.
Ayaz menaikkan satu alisnya, dirinya paling tidak suka dicegat.
"Aku ikut kamu!" ucap Yaren.
"Carilah kehidupan lebih baik, lo nggak bakalan bisa hidup sama gue!" ucap Ayaz, dirinya mengambil helm dan lalu memakainya, tidak perduli akan Yaren, padahal jelas sekali Yaren terusir dari rumah juga karenanya.
"Ayaz, lo harus tanggung jawab!" ucap Yaren penuh penekanan. Yaren sudah menanggalkan rasa hormatnya pada Ayaz.
"Tanggung jawab apa? Lo kan nggak hamil!" dengan cepat Ayaz menyambar kunci motor yang ada di tangan Yaren.
"Tapi lo udah buat gue diusir dari rumah!" kekeh Yaren.
"Itu urusan lo, yang penting kan pernikahan lo batal, dan gue udah balas budi kebaikan lo semalam." Ayaz benar-benar tidak perduli.
Pria itu bahkan sudah menghidupkan motornya, dan siap untuk pergi.
"Ayaz aku mohon, seenggaknya biarin aku bareng kamu sampai aku dapet kerjaan, please!" mohon Yaren.
Ayaz menghembuskan nafasnya pelan, sebenarnya dirinya juga paham semua yang terjadi karena tuduhannya tadi, namun selama ini dirinya bukan manusia yang bisa perduli akan sesama.
Saat melihat Yaren semalam yang dengan tanpa beban mengajaknya menikah lalu kemudian bercerai, dirinya merasa Yaren bukan seperti wanita menye-menye pada umumnya, pagi ini pikirannya teralihkan dan berubah, tanpa dirinya sadari langkah kakinya malah sudah sampai di halaman rumah Yaren.
Dirinya merasa perlu menyelamatkan Yaren, apalagi melihat pria tua yang akan menjadi suaminya Yaren, dirinya bahkan menganggap pernikahan Yaren adalah sebuah lelucon.
Berdebat, lalu dengan gilanya dia mengatakan bahwa Yaren tengah mengandung anaknya, sungguh pencapaian luar biasa untuk seorang Ayaz Diren.
"Gue bukan orang baik, kalau lo masih tetap mau ikut, gue nggak bisa jamin keselamatan lo!" ucap Ayaz.
Yaren sedikit tersentak, mana kala mendengar pernyataan Ayaz, pertemuan pertama mereka bahkan Ayaz sedang dikejar gerombolan orang yang memburunya dengan membawa senjata tajam, ya Tuhan pria seperti apa yang kini tengah dimintai tolong olehnya ini?
"Aku bisa jaga diriku sendiri, bawa aku, aku janji nggak akan nyusain kamu!" pinta Yaren penuh harap.
"Mending lo masuk dan ambil barang berharga lo, dari pada lo hidup sama gue lebih baik lo hidup sendiri, gue bukan orang baik!" Ayaz juga masih kekeh untuk tidak membawa Yaren dalam hidupnya.
Yaren nampak berpikir, di tangannya menggenggam ponsel miliknya, hanya itu, segala macam kartu-kartu dan fasilitas lainnya ia tinggalkan di rumah besar ini. Apa itu artinya dia akan hidup terluntang-lantung.
Tidak nanti saja dirinya pergi ke sini lagi untuk mengambil barang miliknya, setidaknya ada uang tunai yang masih tersisa sedikit di lemari kamarnya, lalu kartu identitas serta ijazah S2 untuk dirinya melamar kerja. Yah benar, kali ini dirinya harus meninggalkan rumah ini, untuk membuat Papanya sadar bahwa jangan sembarangan berucap mengatakan pergi.
"Gue cuma butuh nenangin diri, lagipula gue nggak bakalan dikasih masuk kalau sekarang, lo nggak liat itu penjaga." tanya Yaren sembari jarinya menunjuk para pengawal berbadan besar sedang berjaga.
Sebenarnya itu bukan masalah bagi Ayaz, dirinya tidak akan takut hanya dengan ancaman seperti itu, sungguh Ayaz masih bisa mengatasinya, namun dirinya tidak mau berurusan dengan keluarga Yaren, urusannya sudah sangat banyak, bahkan dirinya sedang menjadi buron dari kepolisian saat ini karena suatu hal.
"Ck!" Ayaz berdecak, menyusahkan saja pikirnya.
"Ya udah, ayok ikut gue!"
Dengan segera dan senyuman manis Yaren naik ke atas motor Ayaz, seketika Ayaz merasakan debaran jantungnya berpacu lebih cepat, ini gila! Selama ini dirinya terlalu fokus untuk menjalani hidup kotornya hingga tidak pernah merasakan bagaimana manisnya saat ada ketertarikan pada wanita.
Melajukan motornya, Ayaz membawa Yaren ke tempat tinggalnya, tempat yang sangat tersembunyi, bahkan di tengah hutan.
"Tunggu-tunggu, kita mau ke mana ini? Kenapa masuk hutan?" tanya Yaren panik, bagaimana tidak, mereka memasuki kawasan hutan yang menyeramkan, pohon-pohon besar menjulang tinggi nan rimbun mengelilingi menyapa kedatangan mereka, Yaren bahkan tidak tau dirinya berada di mana. Ayaz masih asing baginya, dia tidak mengenal Ayaz dengan baik, sifatnya dan wataknya Yaren masih mencoba menebak-nebak, dan lagi pun Ayaz sudah mengatakan bahwa dia bukanlah orang baik, Yaren takut sekali Ayaz akan berbuat macam-macam padanya, ini hutan, siapa yang akan menolongnya jika terjadi sesuatu?
Tidak ada jawaban, Ayaz masih saja melajukan motornya, hingga lima belas menit berlalu Ayaz menghentikan motornya.
Yaren menganga tidak percaya kala dirinya tengah berdiri di halaman sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu, begitu rapi, Yaren sempat takjub akan apa yang ditemuinya.
Rumah di tengah-tengah hutan, sungguh keindahan yang tersembunyi.
"Ayaz, apa ini?" tanya Yaren, wajahnya masih menunjukkan kekaguman, sejenak dirinya lupa akan kesakitan yang dideritanya.
"Masuklah!" titah Ayaz.
Yaren masuk, rumah ini cukup bagus meski kecil dan sederhana, sepertinya sangat terawat, apa Ayaz tinggal di sini pikir Yaren.
"Kau tinggal di sini?" tanya Yaren.
Ceklek, pintu di kunci oleh Ayaz, Yaren tersentak, mengapa harus di kunci pikirnya. Yaren semakin waspada.
"Duduklah, gue mau mandi!" ucap Ayaz tak berniat menjawab pertanyaan Yaren.
Dih menyebalkan, gue tanya berapa kali nggak ada yang dijawab.
Yaren duduk di sebuah kursi kayu, bolehkan dirinya membuka jendela, namun urung ia lakukan karena walau bagaimana pun ini adalah rumah orang.
Sepuluh menit berlalu, Ayaz yang sudah selesai mandi terlihat segar dengan celana pendek santai rumahan dan tanpa mengenakan baju, hal itu membuat Yaren memalingkan muka.
"Bisa nggak sih pakai baju lo dulu sebelum ke sini, gue nggak biasa dengan pemandangan yang kek gitu!" ujar Yaren.
"Ini rumah gue, jadi ya terserah gue lah!" ucap santai Ayaz.
Lima menit berlalu, Yaren mengintip, Ayaz masih tidak bergeming, masih bertelanjang dada seperti tadi, Yaren memberanikan diri untuk terlihat biasa saja.
"Ayaz, menurutmu gimana?" tanya Yaren.
"Apa?" tanya Ayaz.
"Orang tuaku?" tanya Yaren, dirinya ingin sedikit mencurahkan isi hatinya pada Ayaz yang saat ini menjadi satu-satunya teman baginya, padahal itu menurut Yaren saja, sementara Ayaz sama sekali tidak menganggap Yaren.
"Bukan urusanku!" singkat Ayaz.
"Aku tidak menyangka Papa akan ngusir aku kayak gini." sesal Yaren. Ah Papa, Yaren kembali teringat akan sosok itu.
"Padahal kan masih bisa dibicarakan baik-baik, apalagi sebenarnya aku tidak hamil!" lanjut Yaren.
Ayaz tidak perduli, tadi saat di dapur dirinya sudah menghubungi orang kepercayaannya untuk mengantarkan segala keperluan untuknya selama di rumah hutannya, jadi ia ikut duduk di kursi bersama Yaren yah hanya untuk menunggu kedatangan orangnya, bukan dengan sengaja mau menemani Yaren.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Nurma sari Sari
heeemm....kok maksain ikut sama orang yg gk dikenal sama sekali, awal pertemuannya aja sdh jelas dikejar2 sama orang2 bersenjata tajam. hidup seperti GK punya teman aja, walaupun GK punya sahabat paling GK teman yg memang kita kenal, sdh dibawa masuk hutan baru mikirnya takut kalau Ayaz penjahat. BODOH....!!!!
2022-10-13
0
Shellia Vya
Makin penasaran ini,apakah Ayaz benar2 penjahat atau dijebak seseorang hingga dia disangka penjahat?
2022-06-29
0
Zaitun
apa ayas mafia tau orka
2022-05-20
0