Bab 2 - Menjadi Gelandangan

Tubuh Kanaya terhuyung sampai membentur tembok di belakangnya. Semua yang dikatakan Aliando memang benar. Seluruh harta kekayaan peninggalan orang tua Kanaya, saham perusahaan, perusahaan, dan semua asetnya sudah menjadi milik Aliando.

Paman Zhou membacakan surat perintah pengusiran yang dibawa pengacara Aliando dan beberapa pria berbadan besar. Seluruh pelayan yang tinggal di rumah itu hanya diberi waktu setengah jam untuk membereskan barang-barang pribadi mereka dan keluar dari rumah.

Dibawah ancaman para pria berbadan besar itu, satu persatu pelayan rumah Kanaya termasuk Paman Zhou melangkah meninggalkan rumah yang sudah mereka tinggali beberapa tahun ini.

“Gimana? Sudah tahu sekarang? Kau tidak lebih dari sampah di jalanan, Kanaya. Tanpa kekayaan orang tuamu, kau bukan apa-apa. Hanya sampah!” ejek Aliando semakin keras tertawa.

“Sekarang dia terlihat cocok dengan pakaiannya yang kuno itu. Miskin dan jelek. Lengkap semuanya. Hahahaha …!” Aliya menunjuk-nunjuk ke arah Kanaya sambil terus tertawa.

Kanaya menatap tajam kearah Aliando dan Aliya yang masih tertawa-tawa melihat wanita itu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Manik matanya melirik kursi meja rias di sebelahnya. Kanaya nekat ketika akal sehatnya sudah tidak menguasai tubuhnya lagi. Dengan sekali tarikan, Kanaya berhasil menarik kursi meja rias itu lalu melemparkannya ke arah Aliando.

“KYA!” pekik Aliya melihat benda padat itu melayang ke arahnya.

BRAK!

Aliando berhasil menangkis kursi meja rias itu hingga jatuh membentur lemari. Tapi tangannya terluka hingga mengeluarkan darah. Kanaya merasa sedikit takut ketika melihat perbuatannya barusan. Dia sadar kalau hampir saja membunuh seseorang karena emosinya yang tidak terkendali.

“Kurang ajar!” bentak Aliando emosi.

Pria tampan bertubuh proporsional itu segera bangkit dari atas tempat tidurnya dan mendekati Kanaya dengan cepat. Salah satu tangannya yang tidak terluka langsung mencengkeram leher gemuk Kanaya. Aliando ingin mencekik Kanaya sampai mati. Dia tidak peduli lagi dengan kebaikan hati Kanaya padanya selama ini.

“Ack …,” suara Kanaya sedang tercekik terdengar memilukan. Dia berusaha melepaskan tangan Aliando dari lehernya, tapi pria itu semakin keras menekannya ke dinding. Kanaya mencoba menggapai ke depan, ingin memukul wajah Aliando tapi dia tidak bisa meraihnya.

“Lepaskan dia, Al!” pekik Aliya sebelum terjadi sesuatu yang akan membuat mereka dipenjara.

“Dia berani melempar kursi padaku! Aku harus melaporkannya ke polisi! Cepat telpon polisi!” pekik Aliando pada Aliya.

“Jangan laporkan dia. Kantor polisi lebih nyaman untuknya. Lebih baik dia mati di jalanan, Al,” pinta Aliya manja. Wanita itu tersenyum smirk saat melihat Kanaya nyaris mati tercekik.

Aliando melepaskan tangannya dari leher Kanaya yang langsung meluncur jatuh dan terbatuk-batuk. Kanaya berusaha meraih oksigen sebanyak-banyaknya sampai tubuhnya naik turun dengan nafas tersengal-sengal. Belum sempat Kanaya bisa bernafas dengan baik, Aliando menyeret tubuh wanita itu keluar dari kamarnya.

Bukan hanya lengan Kanaya, Aliando dengan kejamnya menarik rambut wanita itu agar mau bergerak sesuai kemauannya. Aliando terus menyeret Kanaya sampai keluar dari apartemennya. Dengan kasar Aliando mencampakkan tubuh Kanaya keluar hingga jatuh terjerembab.

“Pergi kau! Jangan coba-coba menunjukkan wajahmu yang jelek itu di hadapanku!” seru Aliando mengusir Kanaya dengan kejam.

“Nih, barang-barangmu. Kamu nggak perlu kartu kredit lagi kan? Apalagi kartu debit. Masih mending aku nggak mengambil semua uang di dompetmu,” ujar Aliya yang menyusul Aliando. Aliya melemparkan tas dan ponsel Kanaya ke tubuh wanita itu sebelum berbalik memeluk Aliando.

“Kita lanjutin lagi ya, sayang. Tadi aku belum keluar,” ucap Aliya sensual sambil mencium Aliando.

“Iya, sayang. Kamu udah basah banget tadi. Gara-gara gelandangan tidak tahu diri ini, kita harus mulai dari awal lagi,” sahut Aliando mencebik kesal ke arah Kanaya.

“Aku masih sanggup, Al. Ayo lanjut lagi,” ucap Aliya lalu mendorong tubuh Aliando kembali ke dalam apartemen pria itu.

BRAK!

Pintu apartemen tertutup dengan keras dan Kanaya masih bisa mendengar ******* menjijikkan yang keluar dari mulut Aliya. Kanaya meraih ponselnya dan hampir melemparkan benda berharga satu-satunya itu ke pintu apartemen Aliando. Tapi dia mengurungkan niatnya. Ponselnya tidak akan berguna kalau hancur.

Kanaya meraih tas selempangnya lalu memasukkan dompet dan ponselnya kembali dalam sana. Sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya, Kanaya mencoba bangkit dari lantai. Dia kembali terjatuh saat kakinya yang gemetar tidak bisa menahan berat tubuhnya.

BRUK!

Isak tangis penuh kesedihan, kemarahan, dan kebencian terdengar dari mulut Kanaya saat dirinya kembali terjerembab ke lantai. Kedua tangan Kanaya terkepal keras memukul-mukul lantai di bawahnya. Kanaya menangisi kebodohannya karena percaya pada seorang pria brengsek yang tidak tahu malu seperti Aliando.

Cintanya pada Aliando telah membutakan matanya dari perselingkuhan yang selama ini dilakukan pria itu dengan Aliya. Seharusnya Kanaya sudah curiga sejak dia memergoki Aliando dan Aliya keluar dari sebuah hotel. Kanaya dengan bodohnya percaya kalau mereka baru saja menemui client perusahaan.

Tiba-tiba Kanaya tersadar kalau ini bukan saatnya untuk bersedih. Di rumah keluarganya saat ini bukan hanya Paman Zhou yang tinggal disana. Masih ada beberapa pelayan, tukang kebun, dan juga security. Kalau mereka semua diusir dari rumah itu, kemana mereka akan pergi. Rata-rata dari mereka sudah bekerja puluhan tahun pada keluarga Kanaya.

“Aku harus cepat pulang. Paman Zhou dan yang lainnya membutuhkanku,” gumam Kanaya.

Sekali lagi wanita itu mencoba untuk berdiri sambil berpegangan pada dinding yang dingin. Dia mengusap air matanya sambil bersandar pada dinding lalu merapikan penampilannya yang sedikit berantakan. Tertatih-tatih Kanaya berjalan mendekati lift lalu menekan tombol lift itu.

Saat pintu lift terbuka, Kanaya hanya bisa menunduk dari pandangan orang-orang yang menatapnya sekilas. Kanaya memasuki lift yang sudah kosong setelah orang-orang yang tadi berada di dalam lift, sudah keluar semua. Pintu lift menutup dengan cepat dan membawa Kanaya turun ke basement apartemen.

Segera setelah pintu lift terbuka di basement, Kanaya bergegas keluar dan mendekati motornya. Wanita itu segera mengendarai motornya pulang ke rumah. Dia sedikit memacu motornya agar bisa segera sampai dan bertemu dengan Paman Zhou.

Setelah Kanaya tiba di rumahnya, tidak ada seorang pun yang terlihat di depan rumah itu. Suasana di halaman dan di dalam rumah juga sangat sepi. Kanaya menekan bel pintu berkali-kali untuk memanggil siapapun yang masih tersisa, tapi tidak ada satupun yang membukakan pintu untuknya.

“Dimana mereka?” gumam Kanaya bingung.

Wanita itu segera meraih ponselnya di dalam tas dan mencoba menghubungi Paman Zhou. Saat menunggu panggilannya dijawab, Kanaya melihat beberapa orang berpakaian hitam berlari ke arahnya. Salah satu pria itu menunjuk-nunjuk ke arah Kanaya dan berteriak keras kepada rekan-rekannya.

“Cepat tangkap dia!”

Kanaya menoleh ke belakang dan tidak melihat siapapun di belakangnya membuat wanita itu menyadari kalau dirinya yang sedang dikejar. Tanpa pikir panjang, Kanaya langsung menstarter motornya lagi. Sialnya, motornya tidak mau menyala meskipun Kanaya sudah berkali-kali menekan tombol starternya.

Melihat jarak pengejarnya sudah semakin dekat, Kanaya kembali menstarter motor maticnya. Kali ini motornya mau menyala. Buru-buru Kanaya melarikan motor itu dengan kecepatan tinggi menjauh dari orang-orang yang mengejarnya. Karena panik, Kanaya terus melirik ke belakang dan tidak memperhatikan arah motornya.

Tiba-tiba …

CKIITT!

BRAK!

Motor yang dikendarai Kanaya menabrak sebuah mobil mewah yang melaju dari arah berlawanan. Tubuh Kanaya terlempar dari motornya dan jatuh terguling di aspal. Beruntung wanita itu masih mengenakan helm mahal di kepalanya hingga tidak mengalami cidera kepala. Kanaya mengaduh dan meringis kesakitan seraya memegangi sikunya yang terluka.

Segera saja para pengejar Kanaya mengelilingi tubuh wanita itu. Salah satu dari mereka hampir menyentuh Kanaya ketika suara bariton seorang pria menghentikan mereka.

“Berhenti! Cepat menjauh,” titah seorang pria dewasa dari dalam mobil yang barusan ditabrak Kanaya.

Terpopuler

Comments

🐦⏤͟͟͞R•Nury☕ 𝐙⃝🦜

🐦⏤͟͟͞R•Nury☕ 𝐙⃝🦜

Sangat tragis ya Kanaya....di butakan cinta akhirnya semua hilang,semangt Kanaya hayo bangkit balas mereka semua

2022-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!