Bagian 3

Alisha mengalihkan pandangannya, menyadari tatapan Eldar yang tidak biasa. Ada rasa lain yang entah apa, hingga membuatnya merasakan getaran hebat yang sudah lama tidak di rasakan.

Kenapa dia melihatku seperti itu? Alisha tidak tahu, jika Eldar adalah lelaki yang menolongnya kemarin malam.

Raut wajahnya sekarang, membuat Monik ikut melihat ke arah yang sama. Senyumnya merekah, saat melihat Eldar tengah memperhatikan Alisha yang pura-pura tidak perduli.

"Biasanya kan tukang somay, bakso yang menggoda. Nah, sekarang benar-benar lelaki Al."

"Kamu bicara apa Mon." Alisha mencoba tidak perduli meski sesekali maniknya melirik.

"Ahh tidak perlu malu padaku."

"Mon please. Aku sudah..." Alisha menarik nafas panjang. Setiap kali jalan berdua seperti sekarang. Keduanya selalu menutupi status pernikahannya masing-masing.

Pernikahan buruk Alisha yang menjadi pemicu keduanya saling menutupi status masing-masing. Seharusnya mereka bisa keluar berempat, tapi keadaan memaksa mereka untuk berbohong. Selain menjaga privasi, mereka juga tidak ingin di sebut istri tidak tahu diri.

"Lupakan saja soal pernikahan sialmu itu." Jawab Monik berbisik.

"Aku tidak nyaman. Sebaiknya cepat habiskan makanannya lalu pergi." Pinta Alisha merasa tahu diri atas statusnya. Meskipun hubungannya dengan Tama merenggang, tapi dia tidak membenarkan merespon lelaki lain walau hanya sebuah perkenalan.

"Tidak nyaman, gugup maksudmu." Alisha menatap tajam Monik.

"Menurutmu bagaimana Mon. Apa pantas? Aku sudah memiliki Suami." Bisik Alisha berdiri." Aku tunggu di depan." Imbuhnya berjalan keluar.

"Kenapa sih harus pura-pura kuat." Gumam Monik menyeruput sisa minumannya dan mengikuti Alisha.

Di meja Eldar. Tarikan nafas berhembus, saat maniknya melihat kepergian Alisha yang seolah tidak suka dengan tatapannya.

"Dia takut kau tatap seperti itu." Ucap Dean lirih.

"Aku hanya sedang mencari, apa yang spesial darinya hingga mataku ingin menghadap ke sana."

"Gadis itu cantik. Bukankah itu sudah jelas." Eldar menoleh, menatap tajam Dean sebab dia yakin jika Dean mengenalnya sangat baik.

Julukan kutub selatan Dean lontarkan karena sikap dingin Eldar yang sungguh keterlaluan. Memang benar jika Eldar memiliki segalanya dan tidak membutuhkan bantuan orang lain. Tapi, sangat tidak normal jika ada manusia semacam Eldar.

Rasa perdulinya sangat buruk dan berada di bawah rata-rata. Dean sering bertanya-tanya, apakah Eldar memiliki hati atau mungkin dia hidup tanpa hati.

"Hehe, aku baru ingat jika kau tidak pernah terpengaruh dengan itu sebab kau tidak punya hati." Eldar sangat terbiasa mendengar ejekan Dean untuknya. Dia berdiri dan memutuskan untuk pergi saja. Eldar tidak mendapatkan jawaban apapun. Dia menganggap jika pertemuannya dengan Alisha hanya kebetulan.

Sementara di luar. Alisha kesulitan untuk menyalakan mesin motornya. Monik berdiri di sampingnya tapi motor tidak juga bisa menyala.

"Sepertinya rusak Mon." Eluh Alisha.

"Terus bagaimana Al."

"Dia terlalu keras untuk naik mungkin." Cafe yang mereka kunjungi berada di dataran tinggi. Jalan di laluinya pun sangat ekstrim dan menanjak. Mungkin itu penyebab motor Alisha mogok seperti sekarang." Apa di sekitar sini ada bengkel?" Gumamnya memasang wajah binggung.

"Motornya kenapa Kak." Tanya si juru parkir tiba-tiba muncul begitu saja.

"Aku tidak tahu. Mesinnya tidak bisa hidup." Alisha kembali menatap gelagat tidak sopan dari si juru parkir. Namun apa daya, dia membutuhkan seseorang yang mungkin tahu soal mesin.

"Coba ku periksa." Segera saja Alisha turun dari motor dan si juru parkir juga cepat-cepat naik menggantikan posisi Alisha, agar bisa menyentuh sedikit lengannya seperti sekarang.

Alisha merasakan sentuhan itu, meskipun dia masih berfikiran positif pada si juru parkir yang terlihat masih muda.

"Wah ini sih parah Kak." Ucapnya menoleh dengan manik fokus pada dada ranum milik Alisha.

"Ya sudah biar ku bawa ke bengkel." Alisha sadar akan tatapan nakal itu dan berusaha mengambil lagi motornya.

"Aku bantu dorong Kak. Bengkelnya jauh." Tatapan si juru parkir semakin memuakkan. Alisha merasa di telanjangi dengan sorot mata nanar yang di perlihatkan si juru parkir.

"Aku bisa. Sebaiknya kamu turun."

"Aku tidak tega." Alisha tersenyum aneh dengan raut wajah gugup." Biar ku bantu mendorong ke bengkel." Tawarnya memaksa.

"Tidak perlu, terimakasih."

"Kakak pemalu sekali." Satu colekan berhasil menyentuh lengan Alisha sehingga membuatnya memundurkan tubuhnya.

"Hei yang sopan!!" Protes Monik.

"Aku ingin membantu serius." Si juru parkir yang menggila, tidak memperhatikan sekitar, seolah tatapannya fokus pada Alisha. Itu semua karena obat-obatan terlarang yang di konsumsi. Tingkat kewarasannya menghilang hingga dia bisa melecehkan Alisha seperti sekarang.

"Turun kataku." Pinta Alisha mulai kesal. Suaranya yang terlalu lembut membuat si juru parkir tidak merasa takut.

"Oke aku turun." Si juru parkir turun meski masih berdiri di samping motor.

Dengan segala keberanian, Alisha mendekat untuk mengambil motornya dan pergi. Tapi tangan si juru parkir tiba-tiba kembali menyentuh sehingga otomatis Alisha terpekik, kehilangan keseimbangan dan tidak jatuh. Sebab ternyata punggungnya membentur dada bidang Eldar yang kembali merasa perduli.

Dengan gerakan sedikit kasar, Eldar mendorong punggung Alisha agar menjauh dari dadanya hingga membuat Alisha berdiri tegak seraya melongok melihat Eldar berjalan melewatinya.

"Ada masalah." Tanyanya pada si juru parkir. Tatapannya tajam, dingin seperti bongkahan es yang panjang nan runcing.

"Aku hanya ingin membantunya." Jawab di juru parkir santai namun tatapannya masih fokus pada Alisha.

"Aku tidak mau, bisakah kau menjauh." Sahut Alisha dengan suara bergetar. Rasa kaget yang di timbulkan bertambah karena hadirnya Eldar.

"Bengkel sangat jauh jadi aku ingin membantumu."

"Dia tidak ingin! Apa kau tuli!!" Sahut Eldar kasar.

"Hei santai, kenapa kau jadi ikut emosi."

"Sebaiknya kau pergi." Dean yang hafal dengan tatapan Eldar, langsung memberikan peringatan. Dia takut jika kutub Selatan meledak dan melukai si juru parkir.

"Tidak asyik! Dasar sok jual mahal!!" Umpat nya terpaksa pergi meski sesekali dia masih menoleh ke Alisha bahkan melambai.

Eldar menoleh ke Alisha yang masih ketakutan namun matanya memicing ketika dia menyadari mata Alisha yang terlihat sembab.

Dia selalu saja terlibat masalah.. Batin Eldar.

"Terimakasih." Ucap Alisha.

"Sama-sama Nona. Motormu kenapa?" Tanya Dean ramah.

"Mungkin rusak. Mesinnya tidak bisa hidup." Tanpa bertanya, Eldar memeriksa motor Alisha.

Dean yang melihat itu langsung terheran-heran. Melihat si kutub selatan mencair dan perduli pada seseorang. Eldar meraih ponselnya untuk menghubungi bengkel langganan.

"Rusak El." Tanya Dean.

"Hm sepertinya olinya kering." Alisha menarik nafas panjang, menyadari jika sudah sejak lama Tama tidak mengservis motornya.

"Kapan terakhir kau mengganti oli." Dean melongok tidak percaya saat mulut Eldar melontarkan pertanyaan.

"Aku tidak tahu."

"Apa maksudmu dengan tidak tahu?" Tanya Eldar ketus.

"Em itu.."

"Biasanya Ayahnya yang membawanya ke bengkel tapi sekarang Ayahnya sibuk sehingga tidak sempat." Sahut Monik menjelaskan dengan sebuah bumbu kebohongan.

Eldar tidak berekspresi, menunggu kedatangan montir yang sudah di telfonnya. Beberapa saat menunggu, sebuah mobil pickup tiba dengan dua montir yang turun dari sana.

"Ini turun mesin Tuan, Rusaknya parah sekali." Ucap si montir menjelaskan.

Alisha dan Monik saling melihat. Keduanya tidak bisa berkomentar karena sejak tadi si montir berbincang dengan Eldar dan Dean.

"Aku uang darimana Mon." Ucap Alisha berbisik.

"Masalah uang gampang tapi aku tidak mau mendorong jika bengkelnya jauh."

"Kau mau enaknya saja!" Umpat Alisha mengingat kejadian semalam." Aku kemarin mendorong motor ini sampai lelah." Imbuhnya melirik malas ke arah Monik.

"Kapan sih."

"Kemarin malam." Tiba-tiba saja, Alisha teringat dengan lelaki yang menolongnya semalam. Postur tubuhnya hampir mirip Eldar sebab memang Eldar yang sudah menolongnya.

Lelaki yang baik..

"Motormu harus di bawa ke bengkel." Alisha sadar dari lamunannya seraya melihat motornya di naikkan ke mobil pickup.

"Bengkel mana?" Tanya Alisha.

"Kau bisa membaca tulisan yang ada di mobil itu." Jawab Eldar dingin.

Alisha tersenyum aneh dan membaca nama bengkel yang tertulis di samping mobil.

"Kak tunggu." Teriak Alisha menghentikan langkah montir yang akan masuk ke dalam mobil.

"Ada apa Nona?"

"Minta kartu namanya." Ucap Alisha ramah dan entah kenapa Eldar merasa tidak suka sehingga dia menghampiri keduanya dan menjadi penengah.

"Pergi saja." Pinta Eldar. Si montir mengangguk patuh dan pergi.

"Aku tidak akan tahu alamat bengkelnya." Gumam Alisha tanpa melihat wajah Eldar.

"Tulis nomermu, nanti ku hubungi jika sudah selesai." Eldar menyodorkan ponselnya namun Alisha tidak langsung mengambilnya.

"Aku minta alamat bengkelnya saja."

"Tulis atau motor mu hilang." Ancam Eldar memaksa. Dean tersenyum menatap fenomena yang terjadi sekali seumur hidup.

"Untuk apa kau meminta nomer ku?" Tanya Alisha pelan.

"Untuk mengabari jika motormu sudah selesai. Itu sudah jelas bukan." Alisha mengerutkan keningnya mendengar nada bicara Eldar yang kasar.

"Kenapa tidak alamat bengkelnya saja."

"Terserah jika kau mau motormu hilang." Dengan cepat Alisha mengambil ponsel Eldar dan mengetikan nomernya di sana.

"Kalau mau mengabari chat saja. Em Ayahku sangat galak dan tidak memperbolehkan aku..." Ucapan Alisha terhenti ketika Eldar mengambil ponselnya lagi.

"Aku tidak akan menghubungi jika bukan karena terpaksa." Sahut Eldar cepat.

"Em begitu.. Baik." Ucapan lembut yang di lontarkan Alisha, membelai rongga telinga Eldar dan mencairkan es di otaknya.

Eldar kembali menatap Alisha lekat, mencari-cari apa yang membuat wanita di hadapannya sanggup mengalihkan perhatiannya.

Sikap Eldar sekarang tentu membuat Alisha tidak nyaman dan takut. Dia menyangka jika Eldar sejenis dengan lelaki yang sering di temuinya.

"Ingat untuk tidak menghubungiku sembarangan." Eldar menarik nafas panjang. Tersadar dari lamunannya yang mungkin membuat wanita di hadapannya salah faham.

"Hm. Lain kali jaga cara berpakaian mu agar tidak mengundang mata lelaki." Sontak Alisha melebarkan matanya mendengar itu sebab ada alasan dia melakukannya.

Mungkin dengan berpakaian seperti sekarang, Mas Tama akan memperhatikanku untuk menegur..

"Aku tidak salah dengar." Protes Alisha.

"Tidak! Kecuali kau tuli!" Dean segera menghampiri keduanya untuk menjadi penengah.

Gila benar-benar gila!! Kenapa si kutub selatan malah mengumpat seperti itu setelah menolongnya..

"Mana ponselmu."

"Untuk apa?" Tanya Eldar sadar akan ucapan kasarnya tadi.

"Menghapus nomerku. Aku tidak butuh bantuanmu jika kau berkata sembarangan seperti itu." Meskipun Alisha tengah marah, tapi nada suaranya masih terdengar lembut.

"Dia wanita El, astaga." Sahut Dean jadi penengah.

"Aku hanya ingin memberikan solusi agar dia tidak jadi pusat perhatian."

"Aku melakukan itu ada alasannya. Tidak perlu kamu mengumpat seperti itu." Monik meraih lengan Alisha untuk meredam amarahnya sebab dia tahu alasan kenapa Alisha memutuskan untuk berpenampilan seperti sekarang meski rasanya cara itu tidak berguna.

"Dia benar jadi kamu tidak perlu marah." Bisik Monik sudah pernah menyuruh Alisha untuk berhenti memakai baju ketat.

"Dia menyebutku tuli hiks." Alisha memang sudah terluka hatinya sehingga dia malah menangis seperti sekarang. Menyadari kenyataan jika Tama tidak pernah melihat ke arahnya meski dia keluar tanpa baju sekalipun.

Monik tersenyum aneh, sementara Eldar merasa bersalah atas ucapannya tadi.

"Maafkan teman saya Nona. Dia sedikit dingin dan keras jadi selalu berkata tanpa berfikir." Ucap Dean seraya menyentuh pundak Eldar dengan pundaknya.

"Semua lelaki benar-benar jahat dan tidak punya hati seperti kau!!" Tunjuk Alisha kasar.

"Dia memang tidak punya hati." Sahut Dean menimpali.

"Aku minta maaf."

"Tidak! Aku yang salah. Hubungi jika motorku sudah selesai dan segera hapus nomerku. Permisi." Alisha pergi, di ikuti oleh Monik.

"Kau aneh sekali El." Eldar tidak merespon dan masih menatap Alisha yang berdiri di pinggir jalan.

"Aku juga merasa aneh. Mataku tidak bisa beralih pada gadis itu." Gumam Eldar masih mencari jawaban dari keanehan yang terjadi." Dia yang semalam ku tolong. Aku sudah sempat akan berbelok tapi tanganku menyuruhku untuk tetap lurus dan menolongnya. Aku bahkan harus bolak-balik untuk membelikannya bensin, bukankah itu aneh?" Eldar menoleh ketika melihat Alisha sudah naik taksi pesanannya.

"Sudah jelas jika kau jatuh cinta pada pandangan pertama. Astaga selamat ya." Dean menjabat tangan Eldar yang tidak bergeming karena fikirannya kembali fokus pada Alisha.

Apa aku memang sudah jatuh cinta?

~Bersambung

Terus dukung cerita ini biar aku semangat nulisnya..

Terimakasih 🥰🥰

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

memang terlihat aneh jika jatuh cinta😆

2022-02-19

2

Unie Rya

Unie Rya

Lanjut Kak 🥳

2022-02-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!