Aku mengunci pintu kamarku supaya dua makhluk tidak punya hati itu enggak masuk ke kamarku.
"Ih, hari-hari yang buruk!" gumamku kesal.
Aku beranjak ke kamar tidur, merebahkan tubuhku di kasur yang sederhana nggak seempuk kasur adik tiriku yaitu Diana.
Sebenarnya, aku iri dengan mereka berdua yang bisa mendapatkan kasih sayang lebih oleh ayahku.
"Seandainya ibu masih disini, semuanya tidak seburuk ini!" gumamku sedih.
Aku tidak punya pilihan lain, aku harus tinggal disini sementara waktu. Sampai aku sukses dan akan balas dendam.
Sekian lamanya aku melamun menatap langit-lagit kamar, suara notifikasi menyadarkanku akan pesan singkat dari sahabatku, Cantika.
Aku melihat layar ponselku dan membuka pesan masuk dari Cantika, "Cherly, Apa kamu sedang kerja?" tanyanya.
Aku membalas pesannya, "Aku libur untuk beberapa hari," balasku.
Sebuah telepon masuk darinya, aku langsung mengangkat.
Cherly : "Halo!"
Cantika : "Halo! Apa kamu serius? Kamu benar-benar libur? Kalau begitu temani aku liburan yah? Bersiaplah sekarang juga!"
Cherly : "Apa? tunggu! Kenapa mendadak sekali, dan dimana kita akan liburan?"
Cantika : "Tidak jauh, hanya di luar kota kok. Ingat bawa baju ganti dan soal keluargamu, aku akan urus. Aku pintar bersandiwara di depan ibu tirimu, dijamin kau akan diizinkan. Bye ...."
"Yah, langsung dimatiin!" keluhku.
Dia mengajakku liburan, tapi bagus juga. Ibu tua itu tidak megizinkanku makan malam nanti.
Orang kaya mah bebas, enggak tau apa yang direncanain Cantika nanti untuk menenangkan ibu tiriku. Tapi, ini kesempatanku untuk happy-happy soalnya belakangan ini sial terus.
Akupun mengemasi barang-barang yang akan kubawa liburan dan menunggu kabar dari Cantika. Oh iya, aku hampir lupa dengan baju renang, siapa tau disana kita akan berenang, jadi harus di bawa.
Selang beberapa menit, suara ketukan pintu menyadarkanku. Tapi, aku merasa heran sebelumnya tidak ada seorangpun yang pernah mengetuk pintu kamarku, malahan selalu ditendang. Entah siapa yang datang aku menghampiri dan membuka pintu.
Hal yang tidak kusangka, ternyata yang mengetuk pintu itu adalah ibu tiriku yang disampingnya adalah sahabatku, aku mengernyitkan alisku dan Cantika memberiku kode supaya aku menjalani arus dramanya.
Ibu tiriku memperlakukanku dengan sangat baik dan membantuku mengemasi barang. Tentu saja dengan pengawasan Cantika, aku sungguh kagum dengan Cantika, yang membuat ibu tiriku tunduk kepadanya. Mungkin saja Cantika menjanjikan sesuatu kepada ibu tiriku.
Setelah semuanya selesai kami berpamitan. Melihat ekspresi adik tiriku yang sedang iri, tentu saja membuat penglihatanku kenyang.
Mobil yang kami pakai adalah mobil milik ayah Cantika, ayah Cantika cukup baik dengan segala hal, dia selalu memanjakan Cantika dan memberi apapun yang diminta Cantika. Jujur saja aku merasa iri, seandainya Aku punya ayah seperti ayah Cantika hidupku pasti tidak kesusahan.
Selama di perjalanan, kami selalu tertawa dan juga sering singgah untuk berfoto jika ada pemandangan indah. Aku juga sering mengomeli Cantika karna dia sering main-main saat menyetir.
Sesampainya kita berdua, aku melihat pemandangan pantai yang sangat indah dan sebuah rumah yang sangat bagus.
"Waahhh, indah sekali!" teriakku bagai anak kampungan.
"Kita akan menginap di vila ini!" ucap cantika tersenyum.
"Kamu memberi nama rumah ini Vila?" ucapku bak anak kampungan, "Nama yang bagus!" Lanjutku.
Cantika hanya tertawa mendengarku berbicara, langsung menjelaskan padaku dan berharap lain kali jangan mempermalukan diri sendiri.
Sebenarnya, ayahku cukup kaya, tapi dia tidak pernah mengajakku dan ibuku ke tempat seperti ini. Jadi makhlum jika aku terlihat sedikit kampungan.
Kami memasuki vila dan masuk ke kamar, kamarnya pun sangat indah. Sangat jauh berbeda dengan kamarku, aku meletakkan semua barangku di lemari.
Setelah meletakkan semuanya, kami berbaring karena kelelahan, Cantika memecah hening.
"Sore nanti kita ke pantai yuk, melihat-lihat," ucap cantika menoleh ke arahku.
"Okeee." Singkatku.
Kami tidur siang bersama, hingga suara telepon masuk dari handphoneku membangunkanku. Aku membuka mataku perlahan melihat di layar handphone ku, "Makhluk tidak punya hati!" Tentu saja itu telepon dari ibu tiriku.
Aku mengangkatnya dan mendengar nada lembut ibu tiriku.
Liliana : "Halo!" Suara lembut.
Cherly : "Hmmm?"
Liliana : "Katakan sama sahabatmu jangan lupa memberi mama oleh-oleh limited edition," katanya.
Aku langsung mematikan telponnya, ternyata yang di janjikan cantika adalah oleh-oleh limited edition. Makanya orang tua itu jadi penurut.
Dasar Ratu drama.
Sudah jam 15.00, aku membangunkan Cantika yang tertidur lelap. Menggoyangkan badan cantika dan memanggil namanya.
Cantika membuka mata perlahan dan memandangiku dengan pandangan kosong, dia langsung memelukku. Aku heran dengan tingkah lakunya, dia bergumam "Aku merindukanmu Alex!" Dia memelukku dengan erat.
"Cantika apa-apan sih! ternyata kamu masih tidur?" Aku mengomeli orang yang sedang tidur, sungguh sebuah kebodohan.
Apa-apaan dia? Siapa Alex? Apakah pacarnya? Sejak kapan mereka pacaran? Kok, Cantika tidak memberitahuku! berbagai macam pertanyaan muncul di kepalaku, Cantika yang sering curhat kepadaku kenapa bisa merahasiakan hal seperti ini.
Aku tidak lagi mengganggu tidur Cantika. Aku ganti baju dan bersiap-siap. Berlari keluar vila dengan dress warna merah bermotif bunga mawar sambil membuka ikat rambutku. Aku menikmati indahnya pemandangan, sambil berjalan-jalan di sekitar vila. Angin yang begitu lembut menyentuh kulitku dan membuat rambut teruraiku menjadi bergoyang-goyang.
"Sungguh pemandangan yang indah!" gumamku.
Aku membalikkan badanku dan melihat sosok lelaki yang berdiri memandangiku di salah satu vila dekat vila tempatku, lelaki dengan setelan jas berwarna hitam yang melekat indah di tubuhnya dan itu membuat penampilannya sangat rapi.
Aku melihat sekeliling dan tidak ada seseorang selain aku, lelaki itu benar-benar memandangiku.
"Dia benar-benar melihat ke arahku!" gumamku kebingungan.
Aku menunduk dan mempercepat langkah kakiku menuju vila tempatku. Dia masih memandangiku, sesekali aku melihat ke arahnya dan masih melihatku. Aku begitu gugup baru pertama kalinya ada seorang lelaki yang memperhatikanku.
"Penampilanku natural aku bahkan tidak dandan, bagaimana dia bisa tertarik melihatku?" Pikirku.
Aku membuka pintu vila dengan tergesa-gesa, hampir membuat jantungku copot. Aku masuk dan berlari ke kamar, Cantika terbengong melihat kepanikanku dan langsung bertanya,
"Ada apa?" ucapnya.
"Ohhh, tidak! aku ...." Aku tidak melanjutkan kata-kataku karna gugup.
"Kamu darimana saja? Ayo bergegas ke pantai!" Cantika mengambil baju di lemari.
"Aku ... aku lelah!" ucapku gugup.
"Hah? Kitakan udah tidur siang! Cherly kamu jangan berpikir kita kesini hanya untuk tidur. Kita harus merasakan semua yang ada disini!" jelas cantika tegas.
"Siapa suruh kamu baru bangun!" batinku kesal.
Sebenarnya, aku mau ke pantai. Tapi, mengingat laki-laki tadi yang menatapku aku jadi merasa takut, mungkin ini pertama kalinya aku di pandang.
Iih menyebalkan.
Aku Cherly Aurora dan ini kisahku
*~BERSAMBUNG~*
Hiii ... Terima Kasih telah membaca.
Jangan lupa,
Like,
Favorite,
Komen,
Rating,
Vote, vote, vote dan vote.
Tunggu bab selanjutnya yah...
See you in the next Chapter ....
😇😇😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Carmelia Sake
Aku suka jalan ceritanya thor
2020-06-04
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
ada bbrp typo yah Thor
2020-06-03
0
𝙳𝚑𝚢
semangat ya❤️
2020-05-30
0