Bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh murid berhambur keluar kelas. Fery, Doni dan Dito sudah lebih dulu keluar kelas. Sementara Deka masih membereskan buku-bukunya dengan gerak lamban. Sebab sedang menimbang apakah akan ikut teman-temannya atau jalan dengan Tania.
“Deka, ayo!” ajak Fery.
Deka menutup resleting tasnya. Lalu digendongkan ke pundaknya. Ia berlari menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu.
“Lo ikut ‘kan, Ka?” tanya Dito.
“Tapi gue udah janji sama Tania.”
“Tania lagi. Tania terooos.” Doni mencebikkan bibirnya.
“Ga asik, lo!” cibir Fery.
“Gini aja deh. Gue anter Tania pulang dulu. Habis itu gue langsung ke rumah Dito,” cetus Deka.
“Ya udah. Tapi, lo jangan lama-lama!” kata Dito.
“Ok. Siap! Gue ke Tania dulu ya.” Deka berlalu meninggalkan teman-temannya.
Berlari-lari kecil, Deka menghampiri Tania yang sudah menunggunya di depan kelas. Sementara teman-temannya pergi ke tempat parkir. Mengambil motor lalu bertolak ke rumah Dito.
“Ke rumahku ‘kan, Beb?” Tania menggelayutkan tangannya manja di lengan Deka.
“Iya, dong.” Deka mencubit mesra dagu lancip Tania.
Sepasang muda mudi itu beranjak menuju tempat parkir. Hari ini Deka membawa mobil milik mamahnya.
Deka membuka pintu mobil untuk Tania. Setelah Tania duduk manis di dalam mobil, ia turut masuk ke dalam mobil lewat pintu kemudi.
Mobil pun melaju di bawah terik matahari yang sedang panas-panasnya, menuju rumah Tania. Kekasih Deka itu tinggal di daerah perumahan sederhana. Bukan perumahan elit seperti hunian keluarga Deka.
Papa dan mama Tania adalah seorang pekerja. Tania sendiri adalah seorang anak tunggal. Saat orangtuanya bekerja, Tania lebih sering sendirian di rumah. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Tania tidak menginap, pulang ketika siang atau sore, saat pekerjaan membereskan rumah sudah selesai.
Sekitar lima belas menit mobil yang dikendarai Deka sampai di depan rumah bercat jingga. Mereka turun dari mobil, lalu masuk ke rumah.
Tania menggenggam tangan Deka dan manariknya masuk ke kamar. Tania menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
“Beb, sini!” seru Tania menepuk kasur memberi isyarat agar Deka yang masih berdiri mematung, segera menghampirinya.
“Aku gak dikasih minum dulu, Beb? Haus tau.” Deka melangkah lalu duduk di tepi ranjang.
“Ya udah, aku ambil minum dulu.” Bangun dari posisinya, Tania beranjak ke dapur. Kurang dari sepuluh menit, Tania sudah kembali membawa sebotol air putih dingin, sebuah gelas dan toples berisi camilan.
“Nih, minumnya,” kata Tania.
Deka segera menyambar gelas dan diisikan air dari dalam botol. Lalu meneguknya hingga habis satu gelas.
Tania melangkah menuju lemari pakaiannya. Mengambil sesuatu dari dalam tumpukan baju yang ternyata adalah kepingan kaset VCD .
“Beb, kita nonton ini, yuk!” ajak Tania seraya memperlihatkan dua keping kaset VCD.
“Sejak kapan kamu jadi suka nonton ini, Tan?!” Deka berdiri dan merampas kaset VCD bergambar tak senonoh yang dipastikan adalah kaset film anu-anu.
“Emang kenapa? Kayak lo ga pernah nonton beginian aja!”
“Gue cowok, Tan. Cowok udah biasa nonton kayak gitu. Tapi lo cewek, ga baik nonton kayak gitu!”
“Alah, cowok cewek sama aja!”
“Jadi ini yang udah bikin kamu berubah, Tania!”
“Berubah gimana maksud kamu?”
“Kamu ga seperti Tania yang dulu aku kenal. Kamu agresif sekarang.”
“Bukannya cowok lebih seneng ya, kalau ceweknya agresif ?!”
Deka mengernyitkan kening menatap kekasihnya. Dulu, Tania tidak seperti ini. Tak pernah mau mengajaknya datang ke rumah saat orangtuanya tidak ada. “Ga boleh. Di rumahku sepi ga ada orang, nanti yang ketiganya setan.” Bagitu yang sering diucapkan Tania.
Tania menghambur memeluk tubuh Deka. “Kamu sayang aku ga sih?” tanyanya.
Tidak mungkin rasanya Deka menolak pesona gadis yang sangat dicintainya itu.
“Aku sayang kamu, Tan.” Deka membelai rambut Tania yang tengah memeluknya.
Tania melepaskan pelukan. Menatap Deka sejenak, lalu mendekatkan wajahnya. Dan keduanya kembali saling menautkan bibir.
Hasrat menggiring mereka menuju tempat tidur. Mereka kembali terlena dalam buaian ganasnya asmara.
Deka terperanjat bangun dalam kewarasan. Sebelum kobaran api gairah benar-benar membakar dan me-lumatkannya.
“Ini ga benar, Tania!” Deka menjauhkan tubuhnya dari Tania.
“Kenapa? Kamu ga suka? Kamu ga sayang aku?” protes Tania.
“Kita ga boleh melakukannya, Tan!” Deka membetulkan pakaiannya.
“Maaf, aku harus pulang, Tan!" Deka meraih tasnya. Tanpa menunggu jawaban, ia segera berlalu meninggalkan Tania. Mengabaikan suara Tania yang berteriak memanggilnya.
Setelah kejadian itu. Deka selalu berusaha menjaga dirinya saat bersama Tania. Jangan sampai terperosok dalam hal yang akan menghancurkan masa depan. Jangan sampai papa menggantungnya hidup-hidup. Begitu tekadnya.
*****
Sebulan kemudian.
Sejak pagi, Deka merasa semua mata menatapnya. Bahkan sempat terdengar bisik-bisik beberapa siswi seperti tengah membicarakan dirinya dan Tania.
Deka yang merasa penasaran, menyuruh Fery untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Ka, gue ga nyangka lo sampai sejauh itu sama Tania,” tukas Fery yang baru saja mencari tahu tentang desas-desus yang terjadi.
“Hah, apa? Gue ga ngerti maksud lo!" sahut Deka.
“Anak-anak pada ngomongin lo dan Tania, katanya Tania hamil.”
“Tania hamil??” Terkaget-kaget Deka mendengar berita itu.
“Kata anak-anak, kemarin Tania pingsan pas pelajaran olahraga. Terus dibawa ke puskesmas dan kata pihak puskesmas, Tania hamil.”
“Ini beritanya beneran atau cuma gosip?”
“Ye, mene ke tehe. Gua ‘kan denger dari anak-anak. Makanya gue tanya lo. Apa bener Tania hamil? Dan lo yang .... “ Fery menggantungkan kalimatnya.
Deka terdiam. Kabar kehamilan Tania sungguh menyesakkan dada. Meskipun kebenaran berita itu belum dapat dipastikan. Namun, benar atau tidak berita itu, sama-sama menyakitkan untuknya.
Dipergunjingkan untuk sebuah aib yang tak pernah dilakukannya tentu memerihkan hati. Namun, jika gunjingan itu benar, jika Tania memang benar hamil, sungguh lebih sangat memedihkan lagi. Sebab Deka merasa tak pernah melakukannya.
Deka bangun dari duduknya. Ia merasa harus bertemu dengan Tania dan menanyakan semuanya. Tak mau berprasangka yang tidak-tidak, ia memutuskan untuk berpikiran positif. Berita itu pasti dusta semata. Begitu keyakinannya.
Yang dirasakan Deka, justru ia sangat mengkhawatirkan Tania. Gosip tersebut pasti membuat kekasihnya terluka.
“Lo mau ke mana, Ka?” tanya Fery saat Deka bangun dari duduknya.
“Gue mau ke Tania.”
“Lebih baik lo di sini aja. Tania juga ga ada. Hari ini dia ga masuk.” Fery mencekal lengan Deka. Membuat Deka kembali duduk di kursi panjang sebuah warung di perkampungan belakang sekolah. Warung tempat nongkrong bersama teman-temannya.
“Lo kata siapa Tania ga masuk?”
“Sebelum nemuin lo, gue ‘kan tadi nyari Tania. Maksudnya mau bawa Tania ke sini biar ketemu sama lo." Fery menjeda ucapannya menatap Deka." Tapi kata teman-temannya, Tania ga masuk hari ini," lanjutnya.
Deka bergeming sejenak. Kemudian ia berpikir untuk menelepon Tania. Ia merogoh kantong celananya hendak meraih BlackBerry untuk menghubungi Tania. Belum sempat menelepon, Dito dan Doni datang menghampiri.
“Kita nyariin ke mana-mana. Eh, kalian udah ada di sini,” kata Dito.
“Ka, sori ya kalau gue nanyain ini. Yang anak-anak omongin itu bener atau ga sih?” lontar Doni to the point.
“Buset, Don. Jujur banget sih lo nanya nya. Ga ada sopan-sopannya,” tegur Fery.
“Hehehehe. Iya, sori. Soalnya gue kaget. Sumpah.” Doni mengacungkan dua jarinya.
“Semoga itu ga benar ya, Bro.” Dito menepuk bahu Deka.
“Enggak lah. Mana berani gue kayak gitu. Bakalan digantung gue sama bokap kalau sampai kayak gitu,” bantah Deka.
Baru saja Deka menyelesaikan kalimatnya. Terdengar suara seseorang memanggil namanya.
“Deka ... lo dipanggil Pak Anwar.”
Oh, ya ampun. Pak Anwar guru BK, ada apa memanggilnya??
.
.
.
Mohon dukungannya ya sahabat semua. Jangan lupa Like, komen, hadiah dan vote. Kalau hari ini banyak yang vote. Aku akan up lagi, dobel up nih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
NAHH, TRNYATA OH TERNYATA,, UNTUNG DEKA BLM CELUPIN ULAR KASUR DN SEMBURKN BISANYA, BRRTI TANIA MMG SENGAJA INGIN JERAT DEKA AGAR BISA TANGGUNG JAWAB KHAMILANNYA
2023-11-07
2
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
untung deka pinterr jdi ga kena apesnya
2023-02-20
2
Ummi Alfa
Berarti kalau iya Tania hamil dia melakukannya dengan orang lain dong! tapi siapa?
Lagian Rania bukannya sekolah yg bener malah nonton yg kaya gitu ndak pantes apalagi dia seorang perempuan.
Gini nih pergaulan anak yg kurang perhatian orang tua dan ndak dibekali ilmu agama.
2022-08-05
1