Sang Mantan Cassanova
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh sahabat semuanya. Alhamdulillah bertemu lagi di karya ketigaku. Mohon dukungannya untuk selalu memberi Like, komen, hadiah dan vote.
Spin of dari novel kedua Gadis Berkerudung Merah. Kisah tentang Babang Tamvan berboxer Doraemon, Bang Deka.
Lima bab awal kita flashback ke masa SMA Bang Deka, ya. Kita harus tahu kisah apa yang melatarbelakangi seorang Deka menjadi cassanova.
Ok, deh langsung kita simak ceritanya. Cek It out.
.
.
.
.
Belasan Tahun Silam
Di dalam sebuah kamar, sepasang muda mudi tengah sibuk dalam kegiatan liar penuh hasrat. Api asmara yang berkobar menyala, bukan tidak mungkin akan membakar habis keduanya dalam aktivitas terlarang tersebut.
Remaja pria tampan dan berkulit putih itu terus membenamkan wajahnya pada dada si gadis. Tangan dan bibirnya aktif bermain-main di sana. Hal terlarang yang baru pertama kali remaja pria itu lakukan.
Suara le-nguhan sang gadis membuat si pria kian bersemangat untuk menjelajahi setiap inci tubuh mulus si gadis.
Hingga kemudian
Tiuuut ...
Peeesss ...
“Deka, kamu kentut?!” tukas sang gadis.
Seperti lazimnya ketika mendengar suara kentut, apalagi sampai tercium bau, pasti kita langsung melemparkan tanya, mencari tahu siapa pelakunya.
“Eh, iya.” Remaja pria bernama Deka itu mendongakkan wajah, menjawab pertanyaan sang gadis. Tanpa beban, ia mengakui dirinya adalah pelaku tindak pelepasan udara dari bokong yang disebabkan penumpukan gas dalam perut yang minta dilepaskan segera.
Dalam hitungan detik, aroma kentut yang baunya jahanam tak terkira menguar manja membelai indra penciuman keduanya. Kamar yang semula dipenuhi aroma hasrat cinta, seketika berubah menjadi aroma gas busuk yang memuakkan hidung.
“Kamu itu merusak suasana!” sungut si gadis dengan suara bindeng sebab berbicara dengan menekan hidung dengan kedua jari -- jempol dan telunjuk.
Gadis itu menekuk wajahnya kesal, lalu mendorong tubuh Deka yang tengah menindihnya.
“Maaf, Tania. Menjaga kesehatan itu lebih utama dari menjaga kesopanan. Ga boleh nahan kentut, berat ga akan sanggup. Nahan kentut itu ga semudah nahan laper dan haus. Nahan kentut itu sama beratnya dengan nahan rindu,” papar Deka panjang lebar seraya menggaruk kepalanya yang berketombe.
Gadis bernama Tania itu beringsut turun lalu meraih beha dan kausnya yang teronggok di lantai. Tania hanya mengenakan hotpants sementara tubuh bagian atasnya tak ada sehelai benang pun yang menutupi.
Tania segera memakai beha dan kausnya dengan raut wajah kesal. Perasaan kesal karena kegiatan yang mereka lakukan tadi baru setengah jalan. Belum mencapai puncak yang ia harapkan. Namun, hasratnya seketika menguap berbarengan dengan meledaknya uap gas busuk dari pencernaan Deka.
Begitu pun dengan Deka, ia meraih kaus dalam dan kemeja putih sekolahnya. Sementara celana panjang abu-abu masih dikenakannya, belum terlucuti.
Deka segera memakai pakaiannya. Setelahnya ia menghampiri Tania kekasihnya yang duduk di tepi ranjang sembari melipat tangan di dada dan bibir yang dimanyunkan lima senti.
“Aku pulang ya, Beb.” Deka berjongkok di hadapan Tania. Tangan Deka mencakup wajah Tania. Mengecup kening, pipi kanan dan pipi kiri.
Tania masih berada dalam mode manyun. Deka mendekatkan wajahnya, ingin mencium bibir sang kekasih seperti yang sering dilakukannya. Namun, Tania mendorongnya.
“Pulang sana! Aku lagi kesel ga usah pake kiss kiss segala!" hardik Tania.
“Maaf ya, Beb. Lain kali akan dikondisikan. Berusaha sekuat tenaga untuk meredam kentutku.” Deka berdiri, lalu mengacak rambut puncak kepala Tania. “Aku pulang, Sayang. Udah sore. Sebentar lagi mama papamu pulang," ujarnya.
Meraih tas sekolahnya, Deka membuka pintu kamar Tania lalu mengayun langkah keluar. Jantungnya masih berdebar hebat, mengingat hal yang baru pertama dilakukannya bersama Tania. Beruntung kentut menyelamatkan Deka dari kobaran hasrat terlarang yang mungkin saja akan ******* habis dirinya.
Deka naik ke atas motor, menyalakan lalu melajukannya. Membelah jalan raya beraspal.
******
“Pah, Deka sebentar lagi lulus SMA. Mau kuliah di mana Deka nantinya?” Bu Dewi dan Pak Satya, tengah duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi.
“Papa inginnya anak-anak kita melanjutkan kuliah di luar negeri, Mah. Agar nanti bisa diandalkan untuk mengurus perusahaan papa.”
“Kalau Deka kuliah di luar negeri, mama nanti kesepian dong, Pah. Dewa‘kan lagi mondok, ga ada di rumah ini. Sepi dong rumahnya,” keluh Bu Dewi.
“Nanti Dewa ga usah dilanjutkan mondoknya. Biar dia sekolah umum aja di sini,” putus Pak Satya.
Pak Satya dan Bu Dewi hanya memiliki dua orang anak laki-laki. Si sulung adalah Radeka Bastian yang duduk di kelas 3 SMA. Sementara adiknya Syadewa Argian duduk di kelas 3 MTS di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Lebak, Banten.
Pak Satya dan Bu Dewi sendiri sempat bercerai saat Deka duduk di bangku SD. Baru satu tahun ini mereka memutuskan untuk rujuk demi kedua anak mereka.
“Deka, sini!” seru Pak Satya saat melihat Deka turun dari kamarnya.
Deka patuh menghampiri orangtuanya dan ikut duduk bersama mereka.
“Deka, kamu sebentar lagi ujian. Belajar yang benar. Jangan pacaran aja!" kata Pak Satya.
Deka mengangguk.”Iya, Pah.”
“Ngomong-ngomong soal pacaran kamu harus hati-hati ya. Pacaran boleh tapi jangan kebablasan. Kamu tahu ‘kan si Adam anaknya Bu Joko?” lontar Bu Dewi.
“Tau, Adam temen SMP Deka ‘kan?” sahut Deka.
“Iya, yang itu. Kata Bu Joko, si Adam dikeluarkan dari sekolah karena menghamili pacarnya. Pacarnya itu anaknya Bu Rohimah, namanya ... aduh lupa siapa ya namanya.“ Bu Dewi berpikir sejenak mengingat nama orang yang dimaksud. “Oh iya, namanya Inul,” ujarnya.
“Ainun, Mah. Bukan Inul,” ralat Deka.
“Iya, tapi kalau di rumah dipanggilnya Inul.”
“Lah kalau Adam menghamili Inul mah ga papa dong, Mah,” kelakar Pak Satya.
“Ih, Papa. Bukan Adam dan Inul yang itu!" sanggah Bu Dewi.
“Kalau anak papa sampai begitu ... menghamili anak gadis orang, bakal papa GANTUNG!" tegas Pak Satya.
Deka tersentak dengan ucapan papahnya. Ia teringat dengan apa yang telah dilakukannya bersama Tania sore tadi. Untung saja yang mereka melakukan belum sampai kebablasan.
Deka yang merasa resah dengan dirinya sendiri berpamitan untuk kembali ke kamar. “Mah, Pah, Deka balik ke kamar ya, “ pamitnya.
“Deka, sebentar lagi kamu ujian. Kamu harus mulai mencari perguruan tinggi yang sesuai minat kamu. Papa ingin kamu kuliah di luar negeri!"
“Iya, Pah. Soal itu nanti dibicarakan lagi.” Deka berdiri lalu beranjak menuju kamarnya. Ia bahkan melupakan tujuannya turun ke lantai satu untuk mengambil minum.
Sampai di kamar, Deka menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Angannya melayang pada sosok gadis cantik yang menjadi cinta pertama sekaligus pacar pertamanya. Tania.
Deka dan Tania menjalin kasih sejak pertengahan kelas satu SMA. Hampir dua tahun mereka berpacaran. Hingga saat pernaikan ke kelas tiga, tiba-tiba Tania memutuskannya. Alasannya sepele, karena Deka membatalkan janjinya untuk mengajak Tania nonton bioskop dan memilih untuk bermain futsal bersama teman-temannya.
Selepas dari Tania, beberapa kali Deka menjalin hubungan pacaran dengan gadis teman sekolahnya. Sebut saja misalnya Mawar, Melati, Puspa, Anggrek, Dahlia, Tulip, Yeni, Eka. (Duh Yeni Eka ga usah dimasukin daftar! Nanti Shahrukh Khan marah jadi ga bisa kuch kuch hota hai lagi 😁)
Dari sederet nama wanita lainnya, tak ada satu pun yang langgeng seperti hubungannya dengan Tania. Hubungan Deka dengan gadis lainnya paling lama bertahan dalam hitungan minggu saja. Ada yang hanya hitungan jam, hari, bahkan ada pula yang dalam hitungan detik sudah putus.
"Teh Yeni, maukah kau menjadi pacarku?" tanya Deka.
Teh Yeni mengangguk dengan wajah tertunduk merona malu, lalu sedetik kemudian menggeleng. "Enggak jadi deh, aku udah punya Shahrukh Khan!" tegasnya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BETUL ITU DEKA..
2023-11-07
0
Zaly God
asyemm...kentut 😅😅😅
2023-07-20
1
S Aisyah S
ini yg itungan detiknya 😅
2023-05-01
0