Lara mengetuk pintu kamar tersebut sebelum masuk ke dalam. Karena tidak ada jawaban, Lara memutuskan untuk menerobos masuk saja. Ia sangat yakin, kalau tidak ada kesalahan yang ia lakukan karena dia sudah resmi menjadi istri Alex Moritz.
“Kak Alex,” sapa Lara. Ia menutup pintu kamar sebelum melangkah masuk. Lara sangat kaget melihat kamar mewah yang tersaji di hadapannya. Bahkan luas kamar itu sama dengan luasnya rumah yang selama ini ia tempati.
Kasur berukuran besar. Sofa. Karpet. Jendela besar. Dan yang pasti, ada televisi berukuran 60 inch yang bisa memanjakan pemilik kamar ketika malam keluar. Belum lagi prabot mewah yang melengkapi kamar tersebut. Jika tidak menikah dengan Alex. Seumur hidup Lara tidak akan pernah menginjakkan kakinya di kamar mewah seperti ini.
“Apa ini kamarku dan Kak Alex?” Mengingat malam ini akan menjadi malam pertamanya bersama Alex, membuat Lara tersipu malu. Wajahnya memerah dengan hati yang berbunga-bunga. Luka memar yang sempat terasa nyeri sudah hilang entah kemana.
Walau memang tempat tidurnya terlihat polos tanpa ada hiasan kelopak mawar, tetapi Lara sudah cukup bahagia bisa tidur di dalam kamar bagus ini. Lara melanjutkan langkah kakinya. Tidak lupa ia melepas sepatu pengantin agar karpet yang ia injak tidak kotor. Lara tidak sabar mencoba tempat tidur yang kelihatannya sangat nyaman dan membuat siapa saja yang tidur di atasnya seperti melayang.
“Tempat tidurnya bagus sekali. Apa ini tempat tidur yang selama ini digunakan Kak Alex sebagai tempat istirahat?” gumam Lara. Ia mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sayangnya, belum sempat menikmati kenyamanan tempat tidur itu, pintu kamar mandi sudah terbuka. Alex keluar dengan celana pendeknya dan handuk di tangan. Sambil berjalan, pria itu mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Kak Alex. Kak Alex baru selesai mandi?” tanya Lara dengan hati bahagia. Karena Alex tidak memakai baju, Lara bisa melihat jelas tubuh kekar pria itu. Ia menjadi tidak sabar untuk menyentuhnya.
Alex tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan Lara. Pria itu melempar handuknya di keranjang pakaian kotor sebelum meraih ponselnya yang tergeletak di atas sofa.
“Kenapa Kak Alex diam saja?” gumam Lara di dalam hati.
“Bajumu ada di sana.” Tunjuk Alex ke arah koper yang ada di sudut lemari. Pria itu mengalihkan pandangannya ke ponsel tanpa peduli dengan Lara.
“Baju?” Lara mengeryit. Ia melihat koper miliknya yang ada di sudut lemari. Lara segera memeriksa isi di dalamnya. Bibirnya tersenyum melihat semua barang-barang miliknya ada di dalam koper tersebut. Namun, tidak lama kemudian senyumnya luntur. Lara merasa malu jika harus memakai pakaian lama miliknya di rumah mewah seperti ini. Bahkan pakaian yang digunakan Hana jauh lebih bagus daripada pakaian miliknya.
“Lepaskan pakaian pengantin itu. Kau terlihat seperti monster putih yang mengerikan jika terlalu lama mengenakannya!” ketus Alex lagi sebelum menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Lara berusaha tersenyum walau sebenarnya hatinya sakit hati. “Kak Alex, Kak Alex suka bercanda ya. Baiklah. Aku akan segera mandi dan mengganti pakaianku,” jawab Lara. "Apa mungkin Kak Alex sudah tidak sabar? Dia bersikap cuek seperti itu karena malu-malu?" gumam Lara di dalam hati.
Alex menyunggingkan senyuman menghina sebelum menghubungi Fiona. Karena Lara sudah tidak ada di dekatnya jadi ia jadikan momen untuk telvonan bersama Fiona.
Di dalam kamar mandi, Lara lagi-lagi berdecak kagum melihat kamar mandi mewah yang biasa ia lihat di film-film favoritnya. Ingin sekali ia masuk ke dalam bak mandi dan berendam di sana selama berjam-jam. Aroma sabun dan sampo yang dikenakan Alex masih bisa ia cium dengan jelas. Lara memejamkan mata sambil membayangkan kalau kini Alex sedang memeluknya. Sungguh menyenangkan dan menenangkan.
“Aku harus cepat-cepat mandi. Aku tidak mau Kak Alex menungguku terlalu lama,” gumam Lara di dalam hati.
***
Di kamar, Alex tengah asyik video callan dengan Fiona. Pria itu terlihat sangat bahagia bisa melihat wajah cantik kekasihnya sebelum tidur. Senyum pria itu luntur ketika Lara keluar dari kamar mandi.
“Besok aku telepon lagi.” Alex memutuskan panggilan video tersebut. Ia meletakkan ponselnya di atas nakas sebelum turun dari tempat tidur.
“Kak Alex, bagaimana dengan penampilanku?” tanya Lara dengan wajah malu-malu. Wanita itu memakai rok pendek dan tangtop hitam. Lara sengaja berpenampilan seperti itu agar terlihat seksi di depan suaminya. Kulitnya yang putih dan bersih membuatnya percaya diri kalau malam pertama mereka akan berkesan indah malam ini.
Namun, reaksi yang diberikan Alex tidak sama seperti yang di harapan Lara. Pria itu terlihat jijik melihat Lara berpenampilan seperti itu. Ia mengambil selimut di atas tempat tidur dan melemparkannya ke wajah Lara.
“Tutup tubuhmu yang jelek itu dan jangan pernah perlihatkan lipatan kulitmu yang menjijikkan itu di hadapanku!”
Deg. Lara mematung mendengar penghinaan yang keluar langsung dari mulut Alex. Hatinya sangat sakit hingga tanpa terasa air mata menetes membasahi pipinya. Bibirnya gemetar ketika hatinya berusaha menahan isak tangis. Kedua tangannya memeluk selimut yang baru saja dilemparkan Alex.
“Sepertinya aku harus memberi tahumu apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa aku bisa sampai terjebak di dalam pernikahan ini!” sambung Alex lagi.
“Terjebak?” lirih Lara.
“Ya. Terjebak! Apa kau pikir aku mau menikahimu karena aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Apa kau pikir aku mau menerima keadaanmu yang seperti ini? Mau di letak di mana mukaku jika satu dunia tahu Alex Moritz menikah dengan wanita petarung sumo!” ledeknya dengan senyuman menghina. “Tapi kalau di bilang petarung sumo itu terlalu elit. Julukan yang tepat untuk tubuh besarmu ini adalah ….” Alex terlihat sedang berpikir.
“Ha, aku tahu. GAJAH AFRIKA!” Tawa Alex menggelegar setelah ia puas menghina Lara hingga separah itu. Sama sekali tidak peduli kalau wanita di depannya sudah berulang kali meneteskan air mata karena sakit hati.
“Ha, sudahlah. Aku mau tidur. Jangan pernah naik ke atas tempat tidur karena aku tidak mau tempat tidurku yang mahal ini rusak!” ketus Alex lagi. Pria itu segera menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mencari posisi yang nyaman. Ia sama sekali tidak peduli kalau Lara masih berdiri dan menangis pilu di sana.
“Kak Alex, kenapa Kakak tega mengatakan hal menyakitkan itu di depanku, Kak,” tanya Lara dengan suara sedih.
“Lara. Berhentilah menangis. Tangisanmu tidak akan bisa merubah segalanya. Jadi, mulai sekarang aku sarankan jangan pernah berharap apapun dariku agar kau tidak semakin terluka!”
Lara berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ketika Alex tidak lagi bersuara, ia berjalan ke arah sofa. Lara berbaring di sofa dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Wanita itu merasa tidak bebas karena sofa terlalu kecil untuk tubuhnya yang besar. Lara memutuskan untuk tidur di karpet yang ada di samping tempat tidur. Ia berusaha untuk menahan air matanya dan tersenyum walau sebenarnya hatinya masih terasa sakit.
“Lara, ini cobaan yang harus kau hadapi. Kau harus kuat. Mungkin memang sekarang Kak Alex tidak bisa mencintaimu. Tapi percayalah. Tidak lama lagi dia akan jatuh cinta padamu dan menerimamu apa adanya,” gumam Lara untuk menghibur diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Sulati Cus
nyanyi ae ak rapopo ak rapopo ak rapopo
2022-11-23
0
aurel chantika
masih disini kita
2022-05-19
0
️W⃠️️CeMeRLa️nG🌹
si lara terlalu naif dan percaya diri jika alex mencintai kamu, harusnya kamu sadar diri liat penampilan kamu dan berfikir logis mana ada laki" kaya tampan dengan suka rela menikahi kamu🙄
2022-04-29
1