04| Positif

“Ingat semua yang dikatakan dokter Levi tadi.”

Neil kembali mengingatkan sosok manis yang duduk di depannya. Naura tersenyum amat lebar. Terlihat jelas bahwa sosok manis ini dipenuhi perasaan bahagia. Berkali-kali ia mengelus perutnya dari balik sweater rajut berwarna kuning favoritnya.

Lima belas menit yang lalu sosok manis ini telah selesai melakukan serangkaian proses inseminasi buatan untuknya. Kini, Naura dan Neil telah kembali ke ruang kerja dokter muda ini, membahas apa saja yang harus dilakukan untuk ke depannya.

Semoga cepat jadi janin ..., batin Naura berkali-kali mengelus perutnya. Tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Termasuk sedari tadi diperhatikan begitu lekat oleh Neil.

“Naura? Masih mendengarku?”

Nanti kalau sudah jadi janin ....

“Naura.”

Apa yang harus gue lakukan selanjutnya?

Apa gue juga ngalamin yang namanya ngidam?

Apa gue ....

“Naura Almira Atmajaya!”

“Eh? Ah? Ya?”

Neil menggelengkan kepala.

“Iya, Kakak ngerti kamu ngebet banget kepingin hamil.”

“He he he.”

“Tapi, please. Dengarin omongan Kakak dulu.”

“Maaf, Kak. Maaf. Maklumin saja tingkahku ini, ya, Kak.” Naura tercengir lebar.

“Haaa ... kau ini.” Neil mengembuskan napas.

“He he he. Apa yang mau Kakak omongin tadi?”

Naura menyimpan kekehan gelinya untuk dirinya sendiri, dan kembali serius. Irisnya begitu lekat memperhatikan Neil yang menatap monitor komputer di depannya.

“Omongan dokter Levi tadi harus diingat.”

“Iya. Katanya, kembali lagi ke sini setelah dua minggu.”

“Betul, sebelumnya kamu tes kehamilan sendiri dulu. Bisa kamu lakukan tesnya di rumah. Nah, setelah itu bawa hasilnya ke rumah sakit,” tambah Neil membenahi letak kacamatanya. Memutar kursinya sepenuhnya ke depan.

“Ya.”

“Kamu tahu, ‘kan, alat apa yang digunakan untuk tes kehamilan.”

“Tahulah, Kakak."

"Apa coba?"

"Test pack.”

“Hm. Kirain kamu mau jawab alat termometer,” gurau Neil tersenyum. Ketika tersenyum mata sipit pria ini tenggelam.

“Ih, Kakak.” Naura memajukan bibirnya, manyun. “Enggaklah, Kak. Anak SMP jaman sekarang saja pada tahu apa itu test pack. Masa Naura kalah sama mereka.”

“Ha ha ha. Oops!”

Neil menghentikan tawanya melihat sosok manis di depannya mengerucut sebal. Pria ini segera berdeham. Kembali serius berbicara, setelah mengelap lensa kacamatanya sekilas. Terlalu banyaknya ketawa, membuat sudut matanya berair dan sedikit membasahi lensa kacamatanya.

“Astaga!”

“Kenapa, Kak?” tanya Naura terkejut menatap Neil menepuk keras keningnya. Sepertinya ada suatu hal yang sangat penting dilupakan oleh pria tampan ini.

“Kakak lupa."

"Lupa?"

"Iya. Lupa menyampaikan soal risiko melakukan inseminasi.”

“A-apa ada yang sangat membahayakan, Kak?” tanya Naura gugup. Wajah putihnya sedikit dihiasi warna pucat. Kelihatan bila sosok manis ini sangat ketakutan.

“Enggak.” Neil menggeleng. “Gak sampai membahayakan. Apalagi sampai kehilangan nyawa.”

“Huft, syukurlah.”

Naura menarik napas dalam-dalam. Kembali mengelus perutnya. Kamu aman, Baby, dalam perut Mommy.

“Terus apa risikonya, Kak?”

“Program inseminasi memungkinkan untuk mendorong terjadinya kelahiran kembar.”

“Wow! Nanti Naura bisa punya dua Baby sekaligus, bahkan tiga, empat, atau lebih dari itu,” seru sosok manis ini gembira.

Rasa ketakutan yang menghinggapinya beberapa saat lalu sirna sudah, setelah mendengar hasil proses inseminasinya memungkinkan punya bayi kembar.

“Memang bagus. Tapi, bila setiap lahirnya selalu kembar, repot juga bagi dokter. Pihak rumah sakit sekarang ini berupaya keras untuk mencegah risiko ini terjadi, mengingat kehamilan kembar memiliki banyak risiko, baik itu selama kehamilan maupun pada saat proses persalinan.”

“Oh, begitu.” Naura mengangguk-angguk mencoba memahami.

“Risiko lainnya yaitu mengalami keguguran. Bahkan peluang kegugurannya lebih tinggi selama awal kehamilan. Maka dari itu, penting memiliki sikap ekstra hati-hati di awal tri semester kehamilan.”

“Aku mengerti.”

“Untuk lebih jelasnya lagi, kamu bisa baca semuanya di sini.” Neil menyodorkan satu map berwarna merah ke hadapan Naura. “Semuanya sudah Kakak print out khusus untukmu,” lanjutnya.

“Wah, makasih banyak, Kak.”

“Sama-sama. Bila tak ada yang dimengerti, jangan sungkan-sungkan bertanya pada Kakak, oke?”

“Oke.”

“Selama dua minggu menunggu hasil tes, sebaiknya kamu lakukan kegiatan seperti biasanya. Jangan buat dirimu stres dengan memikirkan kehamilan, biar hasilnya benar-benar maksimal, oke?”

“Oke, Kapten.”

“Ha ha ha. Kau ini.” Neil tergelak saat Naura memberi hormat layaknya orang militer.

“Andaikan proses inseminasi yang pertama gagal, kita akan kembali melakukan proses inseminasi lagi,” lanjut Neil.

“Semoga saja di percobaan yang pertama ini langsung jadi.” Naura mengelus-elus perutnya. Iya, 'kan, calon Baby. Tetap betah di perut Mommy, ya, tutur sosok manis ini berdialog dalam hati.

“Amin, Kakak harap juga begitu.”

“Hm.”

“Naura?”

“Ya?”

Naura menengadah menatap iris hitam Neil. Menutup kembali map merah di depannya saat mengintip sekilas isinya.

“Serius, kamu gak mau tahu siapa yang mendonorkan sperma untukmu?” tanya Neil.

“Gak mau tahu.”

“Kau percaya sama, Kakak?”

“Iya.”

“Andaikan Kakak ambil sample sperma-nya dari orang ... yaaa, katakanlah berengsek?” Neil mengangkat kedua tangannya, memberikan gestur sikap meremehkan, menekankan bahwa ada kemungkinan dia berbuat demikian.

Naura tersenyum tulus. Tak ada keraguan dalam pancaran iris cokelat beningnya. Dia yakin pria bermata sipit ini tak akan berbuat yang merugikannya di masa depan nanti.

Sosok manis ini mengenal persis sifat Neil bagaimana. Mereka telah menjadi tetangga selama lebih dari enam tahun. Waktu enam tahun, bukanlah waktu yang singkat. Mereka bisa mengenal diri satu sama lainnya. Bahkan Neil sudah dianggap kakaknya sendiri, mengingat dia hanya seorang diri di dunia yang kejam ini.

Bila ada masalah dan butuh keluarga untuk menyelesaikannya. Naura selalu datang ke pria ini. Jadi, tak ada lagi keraguan dalam hatinya untuk tak mempercayai dokter muda ini.

“Aku yakin, Kakak gak akan sampai melakukan hal itu,” tutur Naura tegas tanpa keraguan dalam nada bicaranya.

Sudut bibir Neil berkedut, dia tersenyum. “Terima kasih, Naura, sudah mempercayai Kakak.”

“Seharusnya akulah yang banyak berterima kasih ke Kakak.”

“He he he, biasa saja Naura.” Neil mengelus tengkuknya, salah tingkah. “Yaaa, sebagai dokter Itu memang sudah menjadi tugasku.”

“Memang, tapi Kakak sudah melakukan yang terbaik buatku. Mau repot-repot membuat alasan yang masuk akal, agar proposal kehamilan Naura diterima dengan baik oleh pihak rumah sakit.”

“Tapi, itu harus dirahasiakan, Naura.”

“Siap, bos. Sampai mati, aku gak akan bocorin rahasia ini pada siapa pun.”

“Hm, bagus. Jangan lupakan itu.”

“Aye, bos.”

“Ha ha ha.”

“Omong-omong, yang donorin spermanya bukan Kakak, ‘kan?”

“Kalau iya?”

“Kakak.”

“Ha ha ha.”

“Ayolah, Kak. Aku serius,” rengek Naura penasaran.

“Bukan.”

“Huft, syukurlah.”

Sosok manis ini menarik napas panjang. Lega. Tak hentinya sedari tadi mengelus perutnya. *Cepat jadi janin ya Sayangku *..., batinnya dengan senyum semringah.

“Kenapa, bila Kakak yang donorinnya?”

“Pokoknya gak mau.”

“Jangan langsung menolak begitu. Sperma Kakak kuat, tangguh dan berbobot lho, sesuai dengan kriteriamu,” goda Neil.

“Aih, Kakak. Naura gak mau jadi pelakor rumah tangga orang.”

“He he he. Kau benar.”

Neil langsung mengalihkan perhatiannya ke frame foto di atas meja. Tampak seorang pria merangkul mesra wanita cantik dalam dekapannya. Sosok yang dicintainya. Pretty Sutanegara. Tiga tahun mereka menikah. Sekarang telah menjadi orang tua dari seorang bayi perempuan yang lucu.

“Kakak?” panggil Naura seraya mendekap erat map biru ke pelukannya layaknya dia menggendong bayi.

“Ya?”

“Ada lagi yang mau dibahas?”

“Kakak rasa gak ada lagi.”

“Boleh Naura pulang sekarang?”

“Boleh.” Neil meraih bolpoint di dekatnya. “Semuanya sudah beres. Termasuk biaya untuk ke depannya.”

“Eh???”

Kedua alis simetris sosok manis ini bertautan bagai ulat bulu. Mengurungkan niatnya beranjak dari duduk cantiknya. Naura memandang lekat Neil yang menulis --entah itu apa-- di note berwarna merah muda.

“Biayanya sudah beres? Setahu aku, semuanya belum kulunasi.”

Naura mengetuk dagu dengan jari tunjuknya.

“Kakak gak salah orang?” tanyanya.

“Gak. Memang semuanya sudah lunas. Ada orang yang membantumu melunasi semuanya.”

“Siapa itu, Kak?”

“Katanya, identitasnya harus dirahasiakan.”

“Kakak, kembalikan saja uangnya.”

“Jangan! Masa orang berniat baik mau membantumu, kau tolak.”

“Bukan begitu, Kak. Aku gak mau dikemudian hari masalah ini jadi boomerang buatku.” Naura menghela napas.

“Kakak jamin itu takkan ada masalah. Percaya sama Kakak, oke?”

“Tapi---”

“Sudah, Kakak gak mau dengar tapi-tapian. Yang penting kamu gak perlu memikirkan biaya ini itu lagi. Uang yang ada di tabunganmu, bisa kamu gunakan buat keperluanmu ke depannya.”

Naura menarik napas dalam-dalam. Bimbang.

“Naura." Neil menggenggam tangan sosok manis ini. "Percaya sama Kakak.”

“Ya ....”

🍃Dear, My Baby🍃

Sesuai anjuran Neil, Naura sungguh-sungguh mengikuti semua instruksinya. Tak membuat dirinya jadi stres. Dengan enjoy menjalani hari-harinya seperti biasanya, menikmati musik kesukaannya, menari dengan gerakan ringan (tak membahayakan janinnya), melakukan yoga untuk bermeditasi biar pikirannya makin tenang, serta melakukan hal-hal lainnya.

Sosok manis ini bahkan lebih exited dari hari-hari sebelumnya, saat belum melakukan proses inseminasi. Terlihat jelas dari wajahnya yang manis itu, selalu mengumbar senyuman bahagia. Hingga membuat orang-orang di sekitarnya ikut terhipnotis akan aura positif yang dipancarkan sosok manis ini.

“Beda banget ya aura orang yang lagi kasmaran,” celetuk Irene ketika Nuara duduk bergabung makan siang bersama rekan-rekan kerjanya,

“He he he.” Naura hanya terkekeh kecil tanpa menyangkal.

“Makin mesra saja sama si doi,” timpal Nindi.

“Kayaknya benaran jadi deh,” kata Irene tersenyum jahil.

“Jadi apa?” tanya Naura. Debar di dadanya naik satu degupan. Takut kalau Irene tahu apa yang dilakukannya selama dua minggu ini, mengingat Irene orangnya sangat kepo. Entah dari mana dapatnya, Irene selalu punya bahan untuk digosipkan.

“Naura, jujur sama gue sekarang.”

“Jujur soal apa?”

“Lo gak bisa ngehindar lagi dari gue,” ujar Irene serius membuat Naura susah payah meneguk ludah.

“Ngehindar bagaimana?”

"Lo sebenarnya diam-diam sudah bertunangan.”

“Tunangan?!” rekan-rekan lainnya memekik kaget.

“Serius, Naura?”

“Jadi, selama ini lo sembunyiin itu dari kami semua?"

"Oh My God! Gue gak percaya.”

“Ternyata diam-diam lo nyalip kami, hiks.”

“Kapan diadain pesta-nya?”

Naura terhenyak, dia kaget diberondong dengan beberapa pertanyaan sekaligus.

“Naura, say something,” ujar Irene layaknya detektif.

“Ha ha ha ha ha ha.”

“Eh?”

Semua saling berpandangan saat Naura justru tertawa tergelak-gelak.

Ya Allah. Gue pikir tadi, rahasia gue benaran diketahui oleh Cici Irene. He he he, ternyata enggak, batin Naura lega.

“Ekhem ... iya, yang diomongin Cici Irene itu benar, gue lagi proses lamaran. Bentar lagi mau gelar acara nikahan.”

“Tuh, ‘kan apa yang gue kira,” seru Irene gembira.

"Sama siapa nikahnya?" Semua kompak bertanya.

“Sama ... Lee Minho. Lariii ....”

“NAURA!!”

“Ha ha ha.”

Naura tertawa sambil berlari kencang ke luar dari kantin perusahaan, meninggalkan rekan-rekannya yang tampak kesal.

Sosok manis ini menghentikan larinya ketika sampai ke ruangan departemen umum. Masih sepi. Semua masih makan di kantin, hanya ada dirinya saja saat ini.

“Huft, aman. Gue pikir tadi benaran ketahuan.”

Naura mengelus dada. Kemudian tangannya beralih mengelus perutnya. Sudah dua minggu berlalu, belum ada tanda-tanda dia hamil.

Kapan gue ngisi, ya?

“Apa sebaiknya gue telp--- hueks.”

🍃Dear, My Baby🍃

Naura ke luar dari kamar mandi sambil menenteng alat tes kehamilan. Saat merasakan mual di kantor tadi. Sepulang dari bekerja, sosok manis ini langsung membeli alat test pack di apotek tak jauh dari lokasi kantornya sendiri.

Beruntung mualnya tidak keterusan dan ruangannya tadi masih sepi. Jadi, takkan ada gosip yang aneh-aneh seputar dirinya.

Dengan dada berdebar kencang, serta tangan gemetaran sembari menghitung mundur angka di dalam kepalanya. Lima, empat, tiga, dua, satu ....

Berangsur-angsur Naura membuka kelopak matanya. Selama tiga detik sosok manis ini tak berkedip memandang alat test pack di tangannya.

Dua garis merah ...

Senyum mengembang terbit di belah bibir sosok manis ini. Bergegas kembali ke kamar mandi, mengambil smartphone yang ditinggalkannya di pinggir wastafel. Jari lentiknya mengetik sesuatu di aplikasi WA-nya.

[Kak Neiiil, Naura HAMIL. (≧∇≦)/]

Terpopuler

Comments

gendispraweswari

gendispraweswari

aku yg dedekan naura🤦‍♀️🤣🤣

2021-02-22

0

Prince SuhoLee ❤

Prince SuhoLee ❤

lah bukannya ngecek pale testpack dianjurkan saat stlah bangun tidur dipagi hari ya

2021-01-25

1

A.0122

A.0122

bibit unggul dr mantan tersue

2020-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 01| Ingin Hamil Tapi Tak Menikah?
2 02| Masa Lalu Yang Menyakitkan
3 03| Program Inseminasi
4 04| Positif
5 05| Bagaimana Selanjutnya?
6 06| Goes To Jeju Island
7 07| Seperti Magnet
8 08| Stop It!
9 09| Mengidam Itu Merepotkan
10 10| Bertanggung Jawab
11 11| Identitas Pendonor
12 12| Bibit Unggul
13 13| Secret Agreement
14 14| Siap Menikah?!
15 15| I’m Sorry, Baby
16 16| Black Pork Street [1]
17 17| Black Pork Street [2]
18 18| Fix Tak Ada Kerjaan Lain [1]
19 19| Fix Tak Ada Kerjaan Lain [2]
20 20| Please, Pertimbangkan Kembali [1]
21 21| Please, Pertimbangkan Kembali [2]
22 22| Jangan Libatkan Dia [1]
23 23| Jangan Libatkan Dia [2]
24 24| Secangkir Cokelat Panas
25 25| Pintar Akting
26 26| Hujan dan Kenangan
27 27| Takkan Goyah
28 28| Kau Butuh Aku, Baby
29 29| Serius
30 30| Jangan Cemas, Cuma Flu Biasa
31 31| Diam-diam ....
32 32| Balikan
33 33| Dear & Baby
34 34| Provokasi
35 35| Dalam Sekejap Mata
36 36| Menikmati Waktu
37 37| Jangan Mengulur Waktu
38 38| Kejutan Yang Tak Terduga
39 39| Cukup Dengan Rencana Indah Saja
40 40| Tidak Bisa Dipercaya
41 41| Dua Nama Satu Orang
42 42| Jangan Berbicara Hal Buruk
43 43| Tak Sudi Melihat Dirinya
44 44| Pakai Cara Kekerasan
45 45| Hanya Bersabar Sedikit Lagi
46 46| Malu Mengakuinya
47 47| Mau Tunggu Apa Lagi
48 48| Wedding Organizer
49 49| Menuju Hari H
50 50| Hanya Sebentar Saja
51 51| Meleset Dari Yang Diperkirakan
52 52| Tak Sanggup
53 54| Berpikir Ulang
54 55| Campur Tangan Pihak Ketiga
55 56| Hidup Sesuai Keinginan
56 57| Jangan Ikut Campur
57 58| Masalah Terurai
58 59| Selamanya Bersama
59 60| Finish
60 01| Overprotektif [Extra Chap]
61 02| Overprotektif [Extra Chap]
62 03| Overprotektif [Extra Chap]
63 04| Overprotektif [Extra Chap]
64 05| Overprotektif [Extra Chap]
65 06| Overprotektif [Extra Chap]
66 07| Overprotektif [Extra Chap]
67 08| Overprotektif [Extra Chap]
68 09| Extra Part END
Episodes

Updated 68 Episodes

1
01| Ingin Hamil Tapi Tak Menikah?
2
02| Masa Lalu Yang Menyakitkan
3
03| Program Inseminasi
4
04| Positif
5
05| Bagaimana Selanjutnya?
6
06| Goes To Jeju Island
7
07| Seperti Magnet
8
08| Stop It!
9
09| Mengidam Itu Merepotkan
10
10| Bertanggung Jawab
11
11| Identitas Pendonor
12
12| Bibit Unggul
13
13| Secret Agreement
14
14| Siap Menikah?!
15
15| I’m Sorry, Baby
16
16| Black Pork Street [1]
17
17| Black Pork Street [2]
18
18| Fix Tak Ada Kerjaan Lain [1]
19
19| Fix Tak Ada Kerjaan Lain [2]
20
20| Please, Pertimbangkan Kembali [1]
21
21| Please, Pertimbangkan Kembali [2]
22
22| Jangan Libatkan Dia [1]
23
23| Jangan Libatkan Dia [2]
24
24| Secangkir Cokelat Panas
25
25| Pintar Akting
26
26| Hujan dan Kenangan
27
27| Takkan Goyah
28
28| Kau Butuh Aku, Baby
29
29| Serius
30
30| Jangan Cemas, Cuma Flu Biasa
31
31| Diam-diam ....
32
32| Balikan
33
33| Dear & Baby
34
34| Provokasi
35
35| Dalam Sekejap Mata
36
36| Menikmati Waktu
37
37| Jangan Mengulur Waktu
38
38| Kejutan Yang Tak Terduga
39
39| Cukup Dengan Rencana Indah Saja
40
40| Tidak Bisa Dipercaya
41
41| Dua Nama Satu Orang
42
42| Jangan Berbicara Hal Buruk
43
43| Tak Sudi Melihat Dirinya
44
44| Pakai Cara Kekerasan
45
45| Hanya Bersabar Sedikit Lagi
46
46| Malu Mengakuinya
47
47| Mau Tunggu Apa Lagi
48
48| Wedding Organizer
49
49| Menuju Hari H
50
50| Hanya Sebentar Saja
51
51| Meleset Dari Yang Diperkirakan
52
52| Tak Sanggup
53
54| Berpikir Ulang
54
55| Campur Tangan Pihak Ketiga
55
56| Hidup Sesuai Keinginan
56
57| Jangan Ikut Campur
57
58| Masalah Terurai
58
59| Selamanya Bersama
59
60| Finish
60
01| Overprotektif [Extra Chap]
61
02| Overprotektif [Extra Chap]
62
03| Overprotektif [Extra Chap]
63
04| Overprotektif [Extra Chap]
64
05| Overprotektif [Extra Chap]
65
06| Overprotektif [Extra Chap]
66
07| Overprotektif [Extra Chap]
67
08| Overprotektif [Extra Chap]
68
09| Extra Part END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!