Dear, My Baby [Tamat]
Pria tampan berkaca mata bulat itu sedari tadi tak bersuara menunggu sosok manis di depannya membuka mulut. Lima belas menit yang lalu Naura datang menemuinya dengan segala kehebohan menyertainya. Neil mengangkat sebelah alisnya. Melirik sekilas jam tangannya. Bila dalam sepuluh detik lagi gadis manis ini tidak membuka mulutnya, maka ia akan ....
"Aku ingin punya Bayi."
"Bayi?" Neil mengerutkan dahi.
"Ho'oh, bayi."
"Bayi kucing?" tebak Neil.
"Bukan." Gadis itu menggeleng.
"Bayi anjing?"
"Bukan."
"Anak ayam?" Sekali lagi Neil menebak.
"Bukaaan!!!" Gadis itu menaikkan volume suaranya.
"Lalu bayi apa?" tanya Neil menyerah. Meraih gelas dan hendak meminumnya.
"Bayi manusia. Ma-nu-sia."
Brush!!!
Air yang baru saja singgah di mulutnya seketika menyembur deras ke luar dan memercik ke wajah sosok manis di depannya. Gadis manis itu memutar bola mata akan reaksi berlebihan dari pria di depannya. Neil Sutanegara.
"Katakan uhuk uhuk sekali lagi uhuk," ujar pria itu terbatuk-batuk kecil sembari mengambil beberapa tisu di atas meja kerjanya. Segera membersihkan tumpahan yang mengenai jasnya. Beruntung air yang diminumnya hanya air biasa, bukan yang mengandung pewarna. Jadi tidak menimbulkan noda di seragam putihnya.
"Aku ingin hamil, Kak Neil,” tekan gadis itu. “Ingin punya Bayi. Bayi. B-A-Y-I.”
Pria yang mempunyai mata sipit di balik kaca matanya itu menengadah. Menatap lekat gadis manis yang duduk berseberangan meja dengannya. Naura Almira Atmajaya, kurang lebih enam tahun telah menjadi tetangganya ini.
"Kau ... masih waras, 'kan Naura?" kata Neil dan melempar bekas tisunya ke kotak sampah di dekat pintu. Namun sayang, tisunya tidak masuk pada tempatnya. Justru melayang dan berhenti di kisi-kisi pintu.
"Ih, kok Kakak ngomongnya gitu." Naura mengerucutkan bibir.
"Mungkin saja otakmu masih ketinggalan di rumah," jawab Neil dengan menahan senyum geli di sudut bibir.
"Ah, Kakak. Nggaklah. Aku masih waras kok. Aku kepingin punya Baby."
"Kamu serius dengan ucapanmu itu, Na?" tanya Neil hampir tak percaya.
"Ya, iyalah serius. Masa main-main. Punya Baby tentu harus diseriusin. Gimana sih, Kakak." Gadis ini semakin cemberut.
Neil mengedikkan bahu.
"Ya sudah, tinggal nikah. Begitu saja kok repot," jawab Neil kembali menekuni berkas-berkas bertumpuk di atas mejanya.
"Aih, Kakak menyebalkan. Jangan berubah jadi pikun begitu, deh." Naura melotot tajam.
"Pikun gimana?"
"Kakak lupa, sekarang aku lagi jomblo, Kak." Naura mendengkus sebal.
"Ya sudah, kalo begitu cari pacar dulu, baru nikah dan punya Baby."
"Masalahnya aku gak bisa punya anak," terang gadis ini sembari menyisir rambut hitam panjangnya dengan jari-jarinya.
Neil tertegun dan menghentikan kegiatannya membolak-balik berkas di hadapannya.
"Dan juga gak mau terikat pernikahan dengan siapa pun," tambah gadis ini hingga membuat Neil semakin terhenyak.
Neil Mengembuskan napas. Cowok bermata sipit ini berdiri dari duduknya, memutari meja menuju di mana Naura duduk. Pelan tangannya berlari ke arah kepala Naura, namun dengan gesit gadis ini menepis tangannya yang berniat mengacak gemas rambutnya. Masa harus diacak-acak kembali. Sudah susah payah dia menatanya dari rumah. Naik ojek online saja sampai harus mengomeli si tukang ojeknya gara-gara tuh helm tidak bisa dicopot dari kepalanya. Otomatis mahkota yang paling dibanggakannya jadi berantakan sedikit ketika sampai ke rumah sakit ini. Baginya rambut panjangnya ini adalah kebanggaannya. Ibarat harta paling berharga.
"Kau menggigau ya, Naura.” Neil melarikan sebelah tangan ke saku celana putihnya. Mencondongkan tubuhnya ke arah sosok manis ini dan menaikkan sebelah alisnya.
"Gak-lah Kak. Mata melek begini dibilang ngigo. Ih." Naura memutar bola mata.
"Siapa tahu saja, Na. Kamu masih memikirkan mimpimu tadi malam. Terus kebawa-bawa sampai kemari." Pria ini mengelus batang hidungnya.
"Nggak kok," sangkal Naura cepat.
Neil kembali menegakkan tubuhnya. Pria ini menggeleng-geleng akan tingkah absurd tetangganya ini. Masih segar dalam ingatannya. Dua tahun lalu, sosok manis ini datang ke rumahnya di tengah malam buta. Mengedor-gedor pintu rumahnya. Tiba-tiba menangis meraung, mengatakan dunianya sudah berakhir. Setelah puas menangis Naura tidur begitu saja di sofanya, membuatnya hanya bisa melongok tanpa menjelaskan apa pun padanya tentang masalahnya.
Keesokan harinya barulah dia tahu, bahwa Naura ternyata putus dari kekasih yang dipacarinya selama empat tahun. Dan sampai sekarang, dia tak pernah melihat sosok manis ini menggandeng cowok mana pun lagi. Lalu kini ... tiba-tiba saja gadis itu ingin mengatakan padanya, bahwa dia ingin hamil tanpa menikah?
Astaga! Ternyata dunia sudah semakin tua. Berkali-kali Neil mengusap wajah tampannya. Seolah dirinya sedang mendapatkan musibah.
"Lalu kenapa ngomongnya begitu? Tiba-tiba kepingin punya Baby. Nikah saja belum, kok mau punya Baby?" kata Neil terheran-heran mendengar ucapan ajaib tetangganya ini.
"Ya, mau saja."
"Ck! Memang itu anak ayam, asal comot begitu saja, heh."
"Maka dari itu, Kak, aku datang ke Kakak."
"Maksudmu?" Pria ini menaikkan sebelah alisnya. Pandangannya tidak pernah beralih dari memandang wajah tetangga manisnya ini.
"Kakak bisa bantuin aku buat hamil.” Naura menjawab begitu entengnya.
Dugh
"Auh!" Neil mengerang. Baru saja ia hendak memutari mejanya. Mendengar ucapan Naura barusan dia malah menubruk kaki kursi di belakangnya.
"Naura, kayaknya kamu masih mimpi deh," lanjut pria ini.
"Nggak, Kakak. Aku gak mimpi. Aku serius minta Kakak bantuin aku buat hamil," tekan Naura.
"Ha? Bantuin kamu hamil?" Neil berkedip tak percaya.
"Iya."
"Gini ya, Naura Almira Atmajaya ..."
"Ya?" Dengan patuh Naura mendengarkan ucapan pria di depannya ini, layaknya mendengarkan petuah dari seorang tetua di kompleks perumahannya.
Neil mengembuskan napas dan mengacak rambutnya sejenak. Permasalahan ini cukup pelik baginya.
"Kakak minta maaf. Kakak gak bisa ngehamilin kamu. Soalnya Kakak sudah punya pasangan. He he he." Neil berkedip polos sambil tercengir lebar. "Tapi kalau kamu gak keberatan, Kakak bis---"
Dugh
"Arrrgh. Sakit, Na." Neil berteriak tertahan. Untuk kedua kalinya pria ini meringis sakit. Kali ini kakinya tiba-tiba ditendang oleh gadis manis ini.
“Kejem amat sama tetangga sendiri, Na,” ujar Neil memelas.
"Huft, Kakak, sih. Aku serius ngomongnya."
Naura bersidekap, menghiraukan Neil yang mengaduh kesakitan dan protes padanya. Pria ini berdeham. Sambil menahan sakit, Neil kembali ke tempat duduknya.
"Iya, Kakak juga ngomongnya serius, Na. Kamu ingin Kakak hamili, 'kan."
"Aduh, Kak. Bukan begitu maksudku. Aku bukannya mau hamil dengan Kakak."
Neil tercengir lebar, salah tingkah saat mendengar pengakuan gadis di depannya.
"Lalu Kakak harus gimana?" tanya Neil menyerah.
"Kakak, 'kan dokter. Dari awal juga sudah tahu masalah Naura gak bisa hamil secara normal."
"Hm. Terus?" Neil mengangguk membenarkan.
"Aku kepingin ikutan program inseminasi."
Mata Neil membulat. Program Inseminasi? Yang benar saja. Itu dilakukan oleh sepasang suami istri yang belum dikaruniai seorang bayi.
Lah, kalau Naura?
Dia gadis. Belum menikah sama sekali. Ditekankan sekali lagi. be-lum me-ni-kah.
"Naura, menurut---"
"Aku nggak mau dengar apa pun. Pokoknya aku harus hamil."
"Tapi---"
"Hamil. Titik."
Jangan lupa guys, kakak-kakak yang cantik & ganteng, adik-adik yang emes 😍, kasih like dulu biar semangat nulis ceritanya 🤗😉, oke 👍.
Sampai lagi di chapter selanjutnya 🤗💜.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Asma Susanty
liat promonya lewat di berandaku ,penasaran ,jadi aku mampir..
2023-03-16
0
Putri Adilamyska
ada seperti ini certanya tapi lupa judulnya dia belum menikah tapi ada rumor bilng dia mandul akhirx gagal nikahnya dan dia keluar negri dia jg program bayi tabng biar membuktikan klo dia tdk hamil... aduh lupa judulnya
2022-09-29
0
Sri Agustini
nah looo permintaan yg....sulit
2022-02-20
0