02| Masa Lalu Yang Menyakitkan

"Maafkan aku Naura. Aku gak bisa melanjutkan hubungan kita lebih lanjut lagi."

"A-apa yang kau u-ucapkan? Aku gak terlalu jelas mendengarnya."

Pria itu menghela napas panjang.

"Kita putus!"

"Ke-kenapa?"

Naura tak menyangka akan mendengar kalimat yang paling menyakitkan di telinganya, setelah melakukan kencan indah bersama sang kekasih beberapa menit yang lalu.

Padahal pria yang dicintainya inilah sejam yang lalu merancang acara kencan indah mereka. Dengan repotnya membuang tenaganya menjadi sia-sia belaka, yang ujung-ujungnya justru memberikan luka batin padanya. Yang entah sanggup atau tidak setelah ini dia menjalani hari-harinya kembali.

Kalau pada akhirnya akan jadi begini, tentu dia menolak ajakan kencan indah tapi menyakitkan ini.

Hiks. Perlahan bulir bening mengalir di sudut mata indah gadis manis ini.

"Ke-kenapa secepat ini?" tanya Naura dengan bibir bergetar.

Hal yang paling ditakutinya selama ia bernapas adalah kata putus dari sosok yang paling dicintainya ini. Baginya, sosok ini adalah separuh napasnya. Bila dia pergi meninggalkannya, maka separuh jiwanya akan ikut pergi dari raganya.

"Kenapa hiks kau ingin putus dariku?"

"Kurasa kau sudah tahu jawabannya sendiri, Naura."

Degh!

Jantung Naura seolah berhenti berdetak saat itu juga. Air matanya telah menganak sungai. Ia tahu jawabannya dengan pasti.

"A-apa karena a-aku gak bisa memberikan seorang anak padamu?"

"Ya."

Kejam dan dingin. Jawaban yang didengarnya dari belah bibir pria di depannya ini.

"Maka dari itu, sebelum melangkah lebih jauh ke jenjang pernikahan, lebih baik aku akhiri saja hubungan kita."

Hiks. Naura terduduk lemas di aspal jalan. Ia menangis meraung. Tak peduli bila dilihat oleh pejalan kaki lainnya. Tak ada harapan lagi. Pria yang disangkanya akan mengerti keadaan dia sepenuhnya, juga tak mengerti dirinya.

"Sekali lagi maafkan aku, Naura."

"Hiks ... kau tega padaku."

"Mengertilah Naura. Aku juga butuh anak untuk meneruskan keturunanku."

"Enggak. Aku gak mau mengerti. Kembali padaku. Kumohon. Arrrgh!"

Naura memekik. Menatap nanar punggung dingin pria itu tanpa berlari untuk mengejarnya. Ia tak sanggup. Kalimat terakhir pria itu mampu membuat kakinya menjadi berat bagai besi baja yang tertanam kuat di aspal jalan.

Mengertilah Naura. Aku butuh anak untuk meneruskan keturunanku ....

🍃Dear, My Baby🍃

Aku butuh anak untuk meneruskan keturunanku ....

Berangsur-angsur Naura membuka matanya. Pandangannya kosong menatap pada langit-langit kamar. Meraba pipinya. Tanpa disadarinya, bulir bening telah berjatuhan di sudut matanya ketika mengingat kembali mimpinya tadi.

Mimpi buruk yang selalu menghantuinya selama dua tahun belakangan ini.

Kenangan pahit yang berusaha untuk dilupakannya, justru menjadi mimpi paling buruk baginya.

Sosok manis ini mendesah. Membalik tubuhnya. Berusaha untuk kembali memejamkan matanya. Namun gagal total. Ingatan tentang mimpi buruknya justru makin menancap kuat di pikirannya, memerintahkan otaknya untuk terus bekerja, tidak mau kompromi dengan tubuhnya yang terasa lelah ini.

Naura mengembuskan napas pendek. Dengan malas-malasan sosok manis ini bangun dari baringannya. Kemudian duduk di sisi petiduran. Matanya memandang kosong pada dinding kamar yang cat-catnya mulai memudar.

Lalu sekarang apa yang akan dilakukannya?

Diliriknya jam beker di atas nakas di sampingnya. 00.30 AM. Masih sangat malam. Sebaiknya ia ambil air wudhu dan sholat tahajud. Mungkin setelah sholat, hatinya bisa menjadi tenang dan bisa tidur lagi.

🍃Dear, My Baby🍃

Usai Tahiyatul Akhir, Naura melakukan salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri secara bergantian sambil membaca:

"Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh."

Kemudian Naura menadahkan kedua tangan ke atas. Dengan segala kerendahan hati, ia memohon ampun kepada Sang Pencipta atas dosa-dosa dan segala perbuatannya. Serta meminta dimudahkan rezekinya, didekatkan jodohnya dan dimuluskan apa pun jalan yang dilakukannya.

Naura tersenyum dan menghela napas lega setelah menunaikan sholatnya. Hatinya menjadi tenang. Dan sepertinya ia bisa tidur kembali.

Sejam kemudian ...

Sosok manis ini kembali membuka matanya. Ia memang tertidur pulas, tapi itu hanya sebentar saja. Dia kembali terbangun. Entahlah. Sepertinya malam ini otaknya tak mau sinkron dengan tubuhnya.

Naura mengerang kesal. Dengan berat hati dia bangun dari baringannya. Diambilnya laptop di atas nakas. Kemudian ia telungkup dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Hanya kepalanya saja yang menyembul keluar.

Seperti biasa. Bila insomnia-nya kambuh. Ia akan menonton sisa koleksi drama Korea yang belum sempat ditontonnya sampai habis, dan juga telah di downloadnya melalui wifi di kantornya. Lumayan, tak perlu menguras kouta internetnya, yang kadang belum sampai sebulan, jatah internetnya sudah habis duluan.

Bukan dia pelit untuk menghabiskan uang untuk kouta internet. Lebih baik ia tabungkan, itu jauh lebih bermanfaat. Dan bila sewaktu-waktu ada kebutuhan yang mendesak. Ia tinggal ambil saja, tanpa perlu berhutang sana-sini.

Dengan hidup sendirian, yatim piatu, tanpa sanak keluarga serta tanpa harta berlimpah membuatnya harus memutar otak untuk mensiasati biaya hidupnya dari bulan ke bulan.

Ya begitulah cerita singkat kehidupan Naura Almira Atmajaya. Bila dibeberkan akan butuh waktu semalaman suntuk untuk menjabarkannya.

Kembali ke Naura saat ini. Apa yang dilakukannya kini?

Sosok manis ini membuka file video-nya, di mana episode terakhir kalinya dia menonton.

Satu episode ... dua episode ... tiga episode ...

Tak terasa Naura lewati begitu saja. Detak jarum jam beker menemaninya dikesunyian malam dengan handset menempel di telinganya. Tanpa sadar air matanya tumpah berlinangan. Ia begitu menghayati adegan demi adegan yang ada di dalam drama itu. Bahkan ketika pemeran utamanya menangis pilu karena kehilangan bayinya. Naura pun ikut menangis pilu.

"Hiks."

Naura menghapus air matanya. Kemudian menutup laptopnya. Pelan ia memejamkan mata. Hatinya masih berdenyut sakit. Ia bisa merasakan betapa besarnya rasa cinta seorang ibu pada buah hatinya.

Ah. Melihat adegan mengharukan itu. Naura jadi ingin punya bayi juga. Ingin merasakan bagaimana rasanya jadi seorang ibu.

Kembali Naura menangis. Sebab impiannya itu hanya menjadi impian belaka. Semenjak berumur tujuh belas tahun, dia baru menyadari dirinya mengalami Sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser atau MRKH.

Ketika dia memeriksakan dirinya ke Dokter karena sampai umur tujuh belas tahun dia belum mengalami menstruasi. Layaknya perempuan lainnya.

Sindrom ini terjadi pada sistem reproduksi seorang wanita. Kondisi ini menyebabkan **, leher rahim (serviks), dan rahim tidak berkembang sebagaimana mestinya pada seorang wanita, atau bahkan ada yang tidak ada sama sekali meskipun kondisi alat kelamin dari luarnya terlihat normal. Maka dari itu, wanita yang mengalami sindrom MRKH ini biasanya tidak mengalami menstruasi karena tidak punya rahim.

Namun dia tak perlu berkecil hati. Menurut dokter, ia masih bisa mempunyai anak. Sebab kondisi indung telur, yakni organ yang menghasilkan telur atau ovum pada wanita yang tidak punya rahim masih berfungsi dengan baik. Ia masih bisa hamil dengan jalan inseminasi.

Gotcha! Itu yang dia butuhkan saat ini. Solusi yang sangat tepat untuk memenuhi keinginannya.

Naura tersenyum lebar. Inseminasi. Kenapa tak dipikirkannya. Ia bisa hamil tanpa menikah dengan pria mana pun.

Naura bersorak girang dalam hati. Sosok manis ini kembali tertidur dengan nyenyaknya bersama niat yang telah tertanam kuat di hatinya.

Besok. Sepulang dari bekerja, dia akan menemui Dokter Neil. Sahabatnya. Membantunya untuk mendapatkan Baby.

🍃Dear, My Baby🍃

Dan di sinilah Naura sekarang. Sesuai niatnya tadi malam. Dia telah mengutarakan niatnya sejam yang lalu pada sahabat sekaligus tetangganya, Neil Sutanegara.

Sosok manis ini menatap lekat pada papan nama acrylic yang ditulis dengan huruf sambung, bertuliskan nama; dr. Neil Sutanegara, Sp.PD.

Neil adalah dokter spesialis penyakit dalam.

"Gimana, Kak?" tanya Naura memastikan. Irisnya beralih menatap Neil, dengan rahang mengeras saat Naura tetap ngotot ingin punya Baby.

Neil mengembuskan napas.

"Naura, kurasa kau perlu memikirkannya kembali."

"Gak perlu. Aku sudah memikirkannya matang-matang."

"Yakin?"

"Seribu persen, yakin."

Untuk kedua kalinya Neil mengembuskan napas, tapi kali ini disertai dengan memijat tengkuknya yang terasa berat, seperti masalah pelik yang ditanganinya saat ini.

"Gimana, Kak?" tanya Naura, mengulangi pertanyaan yang sama sebelumnya.

"Gak ada yang gimana, Naura. Bukankah kau tetap ngotot meski aku menolaknya."

Naura tersenyum lebar mendengar jawaban Neil. Itu artinya, pria bermata sipit, bila tersenyum mata sipitnya itu tenggelam tak kelihatan ini, mengabulkan permintaannya.

"Aih, Kakak. Pada siapa lagi aku minta tolong selain Kakak? Di rumah sakit ini aku tak mengenal siapa pun kecuali Kakak."

"Iya, aku mengerti."

"Lagipula, Kak. Bukankah Kakak juga pernah mengikuti program itu, 'kan."

"Ya, kau benar, Naura."

Neil mengangguk membenarkan. Dua tahun yang lalu dia pun mengikuti program inseminasi bersama istrinya. Dan kini mereka telah menikmati hasilnya. Dikaruniai seorang bayi perempuan mungil berusia sepuluh bulan.

"Oke, Naura. Kurasa sampai disini dulu konsultasimu. Masih banyak pasienku yang mengantri."

Naura mencebik. Padahal masih banyak yang perlu dibahas soal program yang akan dijalaninya.

"Aku tahu itu, Naura. Jangan cemberut begitu," terang Neil, mencoba membaca yang ada dalam pikiran sosok manis itu sekarang ini.

"Terus gimana?"

"Karena masalahmu bukan masalah biasa. Maka kita perlu banyak waktu khusus untuk membahas hal tersebut."

Naura kembali tersenyum semringah mendengarnya.

"Lagipula dokter yang akan menanganimu nantinya bukan Kakak."

"Oh."

"Oke, untuk saat ini segitu saja dulu. Aku masih banyak kerjaan lainnya."

"Ih, Kakak. Gak usah diusir juga. Aku juga mau pulang, heh."

"Bukan begitu maksudku. Yeah, kau tahu sendirilah, Naura." Neil mengangkat kedua belah bahunya. "Masih banyak pasien lainnya di belakangmu."

"Ya, ya. Dokter Neil, aku mengerti." Naura tercengir. Berdiri dari duduknya sembari merapikan kembali pakaiannya yang sedikit kusut.

"Oh, hampir lupa."

Naura kembali membalik badannya ketika dia telah mencapai pintu.

"Apa?" tanya Neil.

"Soal yang mendonorkan spermanya nanti."

"Iya?"

"Aku gak mau tahu siapa orangnya."

"Gak bisa begitu, Naura."

"Harus bisa!"

"Naura."

"Kakak, mengertilah."

Neil mengembuskan napas berat.

"Oke, nanti kita bahas lagi dipertemuan selanjutnya."

"Satu lagi, Kak."

"Apa lagi?"

Neil nyaris melempar tumpukan buku di atas mejanya ke sosok manis itu, andaikan saja sosok manis ini adalah patung.

"Carikan aku sperma yang kuat dan tangguh. Kalau bisa dari bibit unggul. He he he."

Terpopuler

Comments

she_

she_

bisa memiliki anak dengan cara : 1. transplantasi rahim atau 2. mencari surgorate mother (ibu pengganti)

tolong digali lagi referensinya, jadi tidak salah

2024-04-13

0

Hida Hida

Hida Hida

bukanya inseminasi kalau bukan dengan suami atau mahram nya bukan nya haram ya? termasuk zina

2022-04-29

0

Ilham Risa

Ilham Risa

Hai kak mampir yuk ke novel aku yang berjudul " suamiku posesif berlebihan " makasih kak 🙏

2022-03-07

0

lihat semua
Episodes
1 01| Ingin Hamil Tapi Tak Menikah?
2 02| Masa Lalu Yang Menyakitkan
3 03| Program Inseminasi
4 04| Positif
5 05| Bagaimana Selanjutnya?
6 06| Goes To Jeju Island
7 07| Seperti Magnet
8 08| Stop It!
9 09| Mengidam Itu Merepotkan
10 10| Bertanggung Jawab
11 11| Identitas Pendonor
12 12| Bibit Unggul
13 13| Secret Agreement
14 14| Siap Menikah?!
15 15| I’m Sorry, Baby
16 16| Black Pork Street [1]
17 17| Black Pork Street [2]
18 18| Fix Tak Ada Kerjaan Lain [1]
19 19| Fix Tak Ada Kerjaan Lain [2]
20 20| Please, Pertimbangkan Kembali [1]
21 21| Please, Pertimbangkan Kembali [2]
22 22| Jangan Libatkan Dia [1]
23 23| Jangan Libatkan Dia [2]
24 24| Secangkir Cokelat Panas
25 25| Pintar Akting
26 26| Hujan dan Kenangan
27 27| Takkan Goyah
28 28| Kau Butuh Aku, Baby
29 29| Serius
30 30| Jangan Cemas, Cuma Flu Biasa
31 31| Diam-diam ....
32 32| Balikan
33 33| Dear & Baby
34 34| Provokasi
35 35| Dalam Sekejap Mata
36 36| Menikmati Waktu
37 37| Jangan Mengulur Waktu
38 38| Kejutan Yang Tak Terduga
39 39| Cukup Dengan Rencana Indah Saja
40 40| Tidak Bisa Dipercaya
41 41| Dua Nama Satu Orang
42 42| Jangan Berbicara Hal Buruk
43 43| Tak Sudi Melihat Dirinya
44 44| Pakai Cara Kekerasan
45 45| Hanya Bersabar Sedikit Lagi
46 46| Malu Mengakuinya
47 47| Mau Tunggu Apa Lagi
48 48| Wedding Organizer
49 49| Menuju Hari H
50 50| Hanya Sebentar Saja
51 51| Meleset Dari Yang Diperkirakan
52 52| Tak Sanggup
53 54| Berpikir Ulang
54 55| Campur Tangan Pihak Ketiga
55 56| Hidup Sesuai Keinginan
56 57| Jangan Ikut Campur
57 58| Masalah Terurai
58 59| Selamanya Bersama
59 60| Finish
60 01| Overprotektif [Extra Chap]
61 02| Overprotektif [Extra Chap]
62 03| Overprotektif [Extra Chap]
63 04| Overprotektif [Extra Chap]
64 05| Overprotektif [Extra Chap]
65 06| Overprotektif [Extra Chap]
66 07| Overprotektif [Extra Chap]
67 08| Overprotektif [Extra Chap]
68 09| Extra Part END
Episodes

Updated 68 Episodes

1
01| Ingin Hamil Tapi Tak Menikah?
2
02| Masa Lalu Yang Menyakitkan
3
03| Program Inseminasi
4
04| Positif
5
05| Bagaimana Selanjutnya?
6
06| Goes To Jeju Island
7
07| Seperti Magnet
8
08| Stop It!
9
09| Mengidam Itu Merepotkan
10
10| Bertanggung Jawab
11
11| Identitas Pendonor
12
12| Bibit Unggul
13
13| Secret Agreement
14
14| Siap Menikah?!
15
15| I’m Sorry, Baby
16
16| Black Pork Street [1]
17
17| Black Pork Street [2]
18
18| Fix Tak Ada Kerjaan Lain [1]
19
19| Fix Tak Ada Kerjaan Lain [2]
20
20| Please, Pertimbangkan Kembali [1]
21
21| Please, Pertimbangkan Kembali [2]
22
22| Jangan Libatkan Dia [1]
23
23| Jangan Libatkan Dia [2]
24
24| Secangkir Cokelat Panas
25
25| Pintar Akting
26
26| Hujan dan Kenangan
27
27| Takkan Goyah
28
28| Kau Butuh Aku, Baby
29
29| Serius
30
30| Jangan Cemas, Cuma Flu Biasa
31
31| Diam-diam ....
32
32| Balikan
33
33| Dear & Baby
34
34| Provokasi
35
35| Dalam Sekejap Mata
36
36| Menikmati Waktu
37
37| Jangan Mengulur Waktu
38
38| Kejutan Yang Tak Terduga
39
39| Cukup Dengan Rencana Indah Saja
40
40| Tidak Bisa Dipercaya
41
41| Dua Nama Satu Orang
42
42| Jangan Berbicara Hal Buruk
43
43| Tak Sudi Melihat Dirinya
44
44| Pakai Cara Kekerasan
45
45| Hanya Bersabar Sedikit Lagi
46
46| Malu Mengakuinya
47
47| Mau Tunggu Apa Lagi
48
48| Wedding Organizer
49
49| Menuju Hari H
50
50| Hanya Sebentar Saja
51
51| Meleset Dari Yang Diperkirakan
52
52| Tak Sanggup
53
54| Berpikir Ulang
54
55| Campur Tangan Pihak Ketiga
55
56| Hidup Sesuai Keinginan
56
57| Jangan Ikut Campur
57
58| Masalah Terurai
58
59| Selamanya Bersama
59
60| Finish
60
01| Overprotektif [Extra Chap]
61
02| Overprotektif [Extra Chap]
62
03| Overprotektif [Extra Chap]
63
04| Overprotektif [Extra Chap]
64
05| Overprotektif [Extra Chap]
65
06| Overprotektif [Extra Chap]
66
07| Overprotektif [Extra Chap]
67
08| Overprotektif [Extra Chap]
68
09| Extra Part END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!