3. MEMILIH SUNGAI

Kemudian Ibu pergi entah kemana meninggalkan aku sendirian tanpa seorang kawan hingga malam pun tiba.

Aku menoleh jam dinding yang sudah kusam yang sengaja dipasang di ruang depan, ia seolah menunjukkan kepadaku kalau malam sudah sampai dititik jam sembilan.

Aku sempat keluar menanti Ibu di halaman gubuk, menatap jalan berharap dari jauh sosoknya terlihat.

Tapi sayangnya Ibu belum juga kembali.

Langit tampak muram berawan tebal seperti akan segera turun hujan, paduan suara jangkrik yang berderik bersama, belum lagi suara katak sawah yang saling bersahut-sahutan seraya terus memanggil hujan, angin semilir yang menembus dinding gubuk dengan penerangan yang seadanya hanya memakai lampu semprong menambah suramnya malam bagiku

Malam ini aku tetap menunggu Ibu di ruang depan, biasanya kalau sudah jam segini aku dan Ibu sudah tidur bersama di kamar.

Tapi kali ini aku hanya sendirian merebahkan tubuhku sambil terus menatap pintu berharap Ibu masuk karena memang pintu gak pernah dikunci

Tapi

Ibu gak kunjung datang

Cahaya matahari pagi menerobos masuk lewat celah bilik bambu seolah memberi alarm padaku sudah saatnya aku bergegas ke sekolah, pelan-pelan aku membuka kelopak mata yang masih berat, rasa malas dan ngantuk yang masih tersisa seolah menahanku untuk kembali tidur saja

Aku belum beranjak bangun tapi kemudian melihat sisi bahuku yang rupanya Ibu benar-benar gak ada disampingku

Aku menghela nafas dalam-dalam lalu beranjak bangun untuk mandi. Tapi saat aku bergegas mandi rupanya Ibu ada di belakang gubuk yang kami sebut, dapur. Ia sedang membakar tempe untuk makan pagi seperti biasanya

Aku melihatnya duduk membelakangiku, dia sedang berhadapan dengan tungku tanah liat buatannya sendiri

"Ibu kapan pulangnya, aku kok gak tau ?" tanyaku seraya berbicara kepada punggungnya

Tanpa menolehku Ibu menyahut datar "Ibu pulang tengah malam, lebih baik kamu siap-siap untuk berangkat ke sekolah" jawabnya

Tanpa menjawabnya aku langsung mandi dan mengganti pakaianku dengan seragam yang sebenarnya harus terpaksa aku pakai lagi. Kalau bisa aku gak perlu ke sekolah lagi karena di sana aku hanya jadi bahan tertawaan para temanku.

Setelah lengkap dengan tas berisikan satu buku tulis dan pensil, Ibu memberikan aku nasi putih dan sepotong kecil tempe bakar.

"Ini makan " perintahnya lalu meletakkannya dihadapanku yang sudah duduk bersila

Aku meraih piring plastik yang sudah berisikan sarapan yang selalu itu saja setiap pagi lalu memakannya dengan lahap meskipun nasi yang aku makan sangat kering.

"Habiskan" ujar Ibu

Aku mengangguk "Iya Bu" jawabku

Setelah pamit dari Ibu untuk pergi ke sekolah akhirnya aku kembali berjalan mengitari pesawahan, berjalan pelan-pelan setapak demi setapak menghindari cangkang keong mas yang sudah kering dan rapuh, karena alas sepatuku sudah menipis

Biasanya para petani disini memang sengaja pecahkan keong mas di tepi sawah karena dianggap sebagai hama padi mereka.

Akhirnya aku sampai di jalan yang biasa dilalui kendaraan, jalan yang aspalnya sudah rusak berlubang penuh dengan kerikil seolah memanggilku untuk tetap pergi ke sekolah.

Tapi ditengah perjalanan tiba-tiba saja aku mengurungkan niat untuk kesana. Aku malah berbalik badan karena didalam pikiranku aku lebih tertarik untuk pergi ke sungai yang berada didalam hutan yang gak jauh dari jalan.

Meski tanpa direncanakan sebelumnya tapi aku terniat sekali untuk bermain air di sana meskipun tanpa kawan seorangpun.

Sungai disana memang gak sering ramai tapi gak sepi juga. Karena beberapa warga pun ada yang ke sana sekedar mencuci, mandi atau mengambil air bersih. Aku tau karena Ibu pernah mengajakku sekali ke sana dan pagi ini adalah kali pertama aku datang sendiri

Sebenarnya dari hati kecil aku yang paling dalam, aku agak sedikit ragu untuk pergi karena mungkin aja aku justru akan bertemu dengan orang-orang yang melontarkan perkataan kasar padaku

Tapi karena aku sudah merasa gak bersemangat untuk berangkat ke sekolah akhirnya aku putuskan untuk tetap pergi ke sungai.

Sesampainya di sana aku diperlihatkan pemandangan lima orang Ibu yang sedang mencuci, mereka saling bercerita, bergurau dan tertawa bersama. Suasana yang sangat ceria tapi tiba-tiba hening ketika mereka melihatku datang

Aku masih berada dipinggiran sungai, masih diam berdiri menghadap mereka. Aku takut untuk mendekat kepada mereka

Dan benar aja

Seorang Ibu tua mengusirku "Hush...sana...pergi..pergi !" usirnya, bagai mengusir binatang

Mendengarnya begitu aku malah mematung, berdiri menatap mereka. Mau pergi tapi rasa kaki seperti sudah terpaku

Seorang Ibu lainnya melempar batu kecil ke arahku meski gak sampai mengenaiku

"Pergi sana !"

Seorang lainnya menyiramkan air ke arahku meski gak mengenai

Dia juga mengusirku "Pergi..pergi !" ujarnya

Jantungku berdebar melihat sikap mereka, akhirnya aku berbalik badan dan bergegas melangkah pergi

Aku berlari dengan hatiku yang hancur

Tapi

Belum juga jauh dari sungai

Aku malah berhadapan dengan Ibu yang baru saja datang membawa jerigen lima liter yang sudah berubah kuning kecoklatan

Ibu kaget melihat keberadaanku, tapi aku lebih panik melihatnya tepat dihadapanku

Sontak aja Ibu marah padaku "Ngapain kamu ke sini ?" tanyanya.

Meski raut wajahnya gak seperti orang marah tapi nada ucapan dan raut wajah datarnya cukup membuat aku gemetar

Aku masih diam, bingung mau jawab apa dan hanya bisa menengok ke kanan ke kiri

"Kamu jawab !" tanyanya lagi

Aku masih diam belum sanggup menjawab

Dalam bersamaan seorang Ibu yang sudah selesai mencuci dengan membawa ember cuciannya berhenti dihadapan kami, sebelum dia pergi melewati kami dia masih sempat mencibir

"Bu, anaknya tuh diajarin bukannya sekolah malah lari ke sungai. Bikin sungai sial aja " cibirnya

Mendengarnya Ibu naik pitam lalu memarahi Ibu jahat itu dengan menunjuk-nunjuk wajahnya "Ibu jangan sembarang kalau ngomong ya !" kesalnya

Ibu jahat itu tertawa kecil "Saya mana sembarangan ngomong Bu, semua warga sini juga tahu kalau nih anak hasil kutukan setan!" ucapnya

Mendengarnya amarah Ibu makin meluap lalu menampar pipi Ibu jahat itu.

Plakkkk!

Ibu jahat langsung gak terima lalu berusaha memukul balik Ibu tapi gak kena karena Ibu cepat menangkisnya.

Karena mereka terdengar sangat rusuh akhirnya semua Ibu yang ada di sunga menghampiri kami lalu melawan Ibu dengan perkataan-perkataan kasar yang membuat Ibu semakin kalah

"Dasar janda miskin !"

"Anak sial !"

"Keluarga sial !"

"Anak hasil kutukan setan !"

Akhirnya dengan sakit hati dan kecewa Ibu menarik tanganku dengan paksa untuk pulang.

Sepanjang jalan Ibu memarahiku dengan perkataan kasar meski tangannya masih menuntun tanganku sambil melangkah dengan tergesa-gesa

"Kamu kalau di suruh sekolah harusnya kamu sekolah kenapa kamu malah ke sungai !" ucapnya masih terus menarik tanganku dan berjalan cepat-cepat

Lalu dia berhenti dan menatapku dalam-dalam, matanya merah berair terlihat jelas ia menahan air mata kecewanya supaya gak jatuh dihadapanku

Dia berhenti hanya untuk memarahiku dengan nada yang keras

"Kamu itu menyusahkan saya, kenapa kamu gak pernah nurut apa kata saya. Saya ini Ibu kandungmu yang melahirkanmu, yang membesarkanmu. Kenapa kamu gak sekolah. Hah ! jawab !"

Aku masih terpaku menatapnya

Tapi itu yang membuat Ibu semakin naik pitam lalu menampar pipiku

Plaakk!

Tamparan pertama kalinya mendarat dipipiku, tanpa sadar air mataku jatuh berhamburan

Tapi Ibu terlihat gak peduli dan masih terus memarahiku

"Seharusnya kamu mati saja sejak awal !" ketusnya lalu pergi meninggalkanku sendirian.

Meski begitu dari kejauhan aku masih melihat Ibu berjalan di depanku dan aku tetap mengikutinya pulang

Terpopuler

Comments

rien@

rien@

ya Allah,,,ada ya ibu yg bgtu,,kasihan nasib bu dra,,,sabar ya,,lanjut ka thor,,,

2022-03-26

1

Veri Darmawan

Veri Darmawan

lanjut ka

2022-03-02

1

💎hart👑

💎hart👑

Perkataanmu membuatku sedih bu... Vote buat andhira...
Lanjut kak Rewinti, semangat trs

2022-02-26

1

lihat semua
Episodes
1 1. KELAHIRANKU
2 2. TIDAK DITERIMA
3 3. MEMILIH SUNGAI
4 4. HIDUP BARU
5 5. MEMINTA RESTU
6 6. BERHARAP BANYAK
7 7. TANGISAN PILU
8 8. SEKOLAH BARU
9 9. BERTAMU DI RUMAH MIRA
10 10. MENUNGGU NENEK
11 11. JATUH SAKIT
12 12. IBU MENGAMUK
13 13. DISAMPING JENAZAH KAKEK
14 14. KONDUSIF
15 15. OMONGAN TENTANG KAKEK
16 16. IBU PERGI
17 17. TITIPAN UANG DARI IBU
18 18. NENEK JATUH SAKIT
19 19. PERMINTAAN BU GURU
20 20. BERSIAP UNTUK UJIAN
21 21. UJIAN KELULUSAN
22 22. SENYUMAN NENEK
23 23. KEMATIAN NENEK
24 24. PENYESALAN
25 25. SALAH PAHAM
26 26. MASIH TRAUMA
27 27. SENYUM SUMRINGAH
28 28. PERTAMA KALINYA
29 29. KEBAKTIAN PERTAMA KALI
30 30. TIDAK ADIL
31 31. MERINDU
32 32. PERMULAAN KEMBALI
33 33. MENGALAH
34 34. DILUAR NALAR
35 35. PERISTIWA TERBAIK
36 36. KESIANGAN
37 37. DILUAR PEMIKIRAN
38 38. GEJOLAK JIWA
39 39. KENYATAAN YANG PAHIT
40 40. CEMBURU
41 41. KATA PERPISAHAN
42 42. MASIH BERDUKA
43 43. BELUM SANGGUP KEHILANGAN
44 44. AKU SAYANG IBU
45 45. EMOSI YANG SALAH
46 46. KEPERGIANNYA
47 47. LEMBARAN BARU, LAGI
48 48. PENYESUAIAN
49 49. SALAH PAHAM
50 50. GAK NYANGKA
51 51. KEMBALI BERTEMU
52 52. SELALU JADI ORANG BAIK
53 53. MENCARI AYAH
54 54. BIBI ROS MARAH BESAR
55 55. MASIH MARAH
56 56. MASIH TERTUDUH
57 57. RUMIT
58 58. MENGUJI KESABARAN
59 59. RUNTUH
60 60. BAGAI SEORANG IBU
61 61. KEJUJURANNYA
62 62. RASA YANG HILANG
63 63. JAWABAN DARI DOA
Episodes

Updated 63 Episodes

1
1. KELAHIRANKU
2
2. TIDAK DITERIMA
3
3. MEMILIH SUNGAI
4
4. HIDUP BARU
5
5. MEMINTA RESTU
6
6. BERHARAP BANYAK
7
7. TANGISAN PILU
8
8. SEKOLAH BARU
9
9. BERTAMU DI RUMAH MIRA
10
10. MENUNGGU NENEK
11
11. JATUH SAKIT
12
12. IBU MENGAMUK
13
13. DISAMPING JENAZAH KAKEK
14
14. KONDUSIF
15
15. OMONGAN TENTANG KAKEK
16
16. IBU PERGI
17
17. TITIPAN UANG DARI IBU
18
18. NENEK JATUH SAKIT
19
19. PERMINTAAN BU GURU
20
20. BERSIAP UNTUK UJIAN
21
21. UJIAN KELULUSAN
22
22. SENYUMAN NENEK
23
23. KEMATIAN NENEK
24
24. PENYESALAN
25
25. SALAH PAHAM
26
26. MASIH TRAUMA
27
27. SENYUM SUMRINGAH
28
28. PERTAMA KALINYA
29
29. KEBAKTIAN PERTAMA KALI
30
30. TIDAK ADIL
31
31. MERINDU
32
32. PERMULAAN KEMBALI
33
33. MENGALAH
34
34. DILUAR NALAR
35
35. PERISTIWA TERBAIK
36
36. KESIANGAN
37
37. DILUAR PEMIKIRAN
38
38. GEJOLAK JIWA
39
39. KENYATAAN YANG PAHIT
40
40. CEMBURU
41
41. KATA PERPISAHAN
42
42. MASIH BERDUKA
43
43. BELUM SANGGUP KEHILANGAN
44
44. AKU SAYANG IBU
45
45. EMOSI YANG SALAH
46
46. KEPERGIANNYA
47
47. LEMBARAN BARU, LAGI
48
48. PENYESUAIAN
49
49. SALAH PAHAM
50
50. GAK NYANGKA
51
51. KEMBALI BERTEMU
52
52. SELALU JADI ORANG BAIK
53
53. MENCARI AYAH
54
54. BIBI ROS MARAH BESAR
55
55. MASIH MARAH
56
56. MASIH TERTUDUH
57
57. RUMIT
58
58. MENGUJI KESABARAN
59
59. RUNTUH
60
60. BAGAI SEORANG IBU
61
61. KEJUJURANNYA
62
62. RASA YANG HILANG
63
63. JAWABAN DARI DOA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!