2. TIDAK DITERIMA

Langit masih terang kira-kira jam satu siang, seorang gadis kecil yang masih berpakaian seragam putih merah dan membawa tas sekolahnya berlari cepat-cepat ke arah pohon rindang berdaun banyak. Tubuhnya yang mungil itu bersembunyi dibalik badan pohon yang besar dan tua. Dia gemetar ketakutan, kedua matanya merah dan berair selalu awas pada serangan batu kerikil yang menghantam tubuhnya. Meski begitu dia sudah gak peduli dengan air mata yang berderai dipipinya, bagai sudah terbiasa menangis dalam cerita harinya.

Siang-siang bolong dijalan menuju pulang ke rumahnya, di jalan tanah yang masih banyak ditumbuhi berbagai macam pepohonan liar selalu menjadi saksi bisu atas segala perundungan gadis kecil itu

Dia selalu diserang oleh beberapa teman sekolahnya, tubuhnya yang penuh dengan totol-totol hitam adalah pemicu utama kebencian mereka. Karena di desa tempat gadis itu tinggal sudah tersebar luas cerita palsu ditelinga para warga kalau si gadis kurus berambut hitam sebahu berkulit coklat itu adalah anak hasil dari kutukan sesembahan Ayahnya yang sekarang pergi entah dimana keberadaannya.

Jujur, gadis itu memang gak tahu siapa saja yang gak percaya dengan rumor itu, tapi yang dia rasakan adalah, semua warga begitu mencibirnya seolah tak satupun ada yang membelanya.

Gadis malang itu adalah aku.

Ya, aku. Andhira

Yang artinya kuat dan berani. Ibu bilang padaku, Ibu Bidan lah yang memberikan nama itu padaku. Tapi sekarang Bu Bidan Rosi sudah pindah rumah entah pindah kemana, Ibu gak pernah mau tahu juga dan gak pernah peduli.

Lemparan kerikil mendarat ditubuhku berkali-kali meski gak membuat tubuhku terluka tapi lemparan itu cukup membuat hatiku hancur.

Tiga orang gadis melempari kerikil ke arahku, mereka teman sekolahku, satu diantara mereka adalah teman sekelasku. Dia adalah ketua genk dari tiga orang anak itu. Mereka terlahir dengan kulit yang normal tapi sayangnya otak mereka telah teracuni oleh orang tuanya untuk mengasingkan diriku

Mereka tertawa melihatku ketakutan, tubuhku gemetar, mereka gak peduli aku menangis. Sementara aku hanya mengintip dari balik badan pohon

"Heh, Terkutuk. Keluar kamu !" ujar Nanik. Dia ketua genk yang merasa paripurna dari siapa pun terlebih dariku

Ujarannya disambut gelak tawa dua dayangnya

"Hahahahaha!"

Tapi aku masih diam membisu sambil mengingtip ketakutan

Nanik melangkah perlahan ke arah pohon.

Melihatnya aku semakin was-was dan aku gak tahu harus melawannya atau gak.

Nanik berdiri tepat didepanku lalu dia menertawaiku

"Hahaha. Eh, lihat deh. Dia nangis. Hahaha !" ucapnya sambil menunjuk wajahku lalu memperlihatkan pada dua anggotanya.

Dua anak yang gak aku kenal namanya itu akhirnya ikut mendekat dan langsung menertawaiku juga

Mereka tertawa sambil menunjuk wajahku "Hahaha. Kasihan ya, hidupnya menderita" ejeknya

Aku diam saja, hanya mampu menatap mata mereka dalam-dalam

Nanik menoyol kepalaku "Ngapain sih kamu harus jadi teman sekelasku" ucapnya

Tapi aku diam saja.

Aku takut pada mereka.

Akhirnya karena aku udah gak sanggup bertahan dari ejekan mereka maka aku putuskan untuk melarikan diri saja dari hadapan mereka. Aku berlari sangat kencang sampai-sampai sempat jatuh tersungkur dihadapan mereka, melihat aku berlari terbirit-birit gelak tawa mereka kembali terdengar jelas, mereka merasa mendapatkan hiburan segar ditengah hari yang panas

Bahkan disepanjang perjalanan melewati rumah warga pun aku masih tetap berlari saking merasa kalau semua orang akan melawanku.

Akhirnya aku sudah sampai di rumah. Gubuk yang berada di tengah sawah yang dibangun oleh Ayahku sendiri tapi aku gak pernah melihat wajahnya sejak aku dilahirkan tapi Ibu gak pernah bercerita tentang Ayah, hanya saja kalau Ibu sedang marah padaku, Ibu sering berkata

"Seharusnya kamu sudah mati dibunuh Ayahmu sejak lahir!".

Sungguh perkataan yang menyayat hatiku

Setelah mengganti pakaian sekolah, aku menemui Ibu yang tengah memasak ubi di belakang gubuk, gak ada ruang dapur hanya ada tungku kayu dengan pemandangan sawah membentang luas, dari kejauhan mata memandang masih ada juga gubuk lain tapi gubuk itu hanya singgahan bagi pemiliknya saja bukan tempat menetap seperti gubuk aku dan Ibu. Apa lagi di gubuk ini gak ada listrik

Ibu menolehku "Sudah pulang Dhi " ucapnya datar

"Iya bu" sahutku

Lantas aku langsung menyiapkan piring plastik untuk makan siang. Menu hari ini ikan bakar yang Ibu tangkap dari sungai dan ubi rebus.

Siang ini kami langsung makan di belakang gubuk dengan pemandangan sawah yang hijau dan langit yang biru, angin yang bertiup sepoi-sepoi seolah membuat hatiku kembali tenang

Ibu memberikanku ubi rebus dan ikan bakar hasil tangkapannya "Makan" suruhnya

Aku menerimanya lalu memakannya tanpa jawaban

Tapi Ibu masih mau bicara padaku "Ibu mau menikah lagi, nanti kamu punya saudara tiri" ucapnya

Aku yang mendengarnya gak begitu paham apa maksudnya, aku hanya mendengarkannya masih sambil makan

"Sebentar lagi kita gak akan tinggal di gubuk ini lagi, kita akan pindah di rumah Ayah barumu. Di desa dekat kota yang jauh dari sini" ucapnya lagi

"Kita mau pindah Bu ?" tanyaku lagi.

Hanya itu bagian kalimat yang menarik fokusku

Ibu mengangguk "Iya kita akan pindah dari gubuk terkutuk ini. Ibu sudah lelah. Ibu sudah gak mau lagi mengingat semua yang terjadi di gubuk ini" ucapnya

Aku mengangguk meskipun gak begitu paham maksud Ibu.

"Bu"

Ibu menyahut dengan suara datar "Iya"

"Apa di sana banyak orang jahat Bu ?" tanyaku

Ibu diam gak bergeming, dia hanya terus memakan ubi yang ada didalam piringnya dengan cuilan jarinya

Tapi aku tetap melontarkan pertanyaan dengan harapan yang sangat tinggi

"Apa aku akan pindah sekolah Bu?" tanyaku lagi

Tapi Ibu justru mematahkan pertanyaanku yang sebenarnya itu adalah harapan berharga bagiku

"Sudah lah, lebih baik kamu habiskan saja makananmu !" potong Ibu

Tapi aku masih bertanya "Apa disana ada anak baik yang mau berteman denganku Bu ?" tanyaku lagi

Tapi kali ini Ibu membentakku "Diam !" kesalnya

Aku kaget mendengar suara kerasnya lalu menatap Ibu dalam-dalam, aku yakin Ibu tahu perasaanku dan aku yakin dia juga menyadari kedua mataku yang sudah membendung air mata yang sebentar lagi akan tumpah ruah dipipiku.

"Jangan menatap Ibu seperti itu, segera habiskan makananmu. Setelahnya cuci piring lalu segera tidur siang" ucapnya sambil meninggalkanku.

Sebenarnya makanan Ibu belum habisdia makan bahkan masih terlihat utuh tapi dia akan pergi meninggalkanku

"Ibu mau pergi dulu dan akan kembali nanti sore" pamitnya

"Ibu mau pergi ke mana ?" tanyaku yang masih duduk memangku piring

"Ibu mau kerja, mau cari uang supaya kamu tetap bisa sekolah" ucapnya

Sambil dia bersiap-siap beranjak pergi aku malah menahan langkahnya dengan permintaanku

"Bu, apa bisa aku gak ke sekolah lagi ?" pintaku

Ibu menolehku "Apa yang kamu bilang barusan ?"

Kembali aku pertegas "Aku gak mau sekolah lagi Bu. Aku mau berhenti" ucapku

"Kenapa ?" tanya Ibu

Aku diam dan sulit mengatakan perasaanku pada Ibu

"Kamu mau jadi orang bodoh kah ?" tanya Ibu

Tapi aku masih diam menunduk ke arah piring plastik yang aku letakkan diatas pahaku

"Kamu pikir, sekolah itu gak penting !" ujar Ibu

Akhirnya aku angkat bicara

"Aku takut sekolah karena mereka semua jahat padaku" jawabku dengan suara berat menahan air mata

Ibu tersenyum miring menatapku "Lihat dirimu Dhira, apa kamu terlihat normal atau sekarang kamu sudah buta ?" tanyanya

Terpopuler

Comments

💎hart👑

💎hart👑

Andhira yang malang. Ibu jgn bicara sprti itu kasian Andhira😥.
Lanjut lg kak Rewinti semangat up kakak.

2022-02-23

2

blessed

blessed

Duh ibu jgn bicara sprti itu kasian andhira 😢... Semangat lanjut lg kak.. Jgn lama-lama 😀

2022-02-20

5

lihat semua
Episodes
1 1. KELAHIRANKU
2 2. TIDAK DITERIMA
3 3. MEMILIH SUNGAI
4 4. HIDUP BARU
5 5. MEMINTA RESTU
6 6. BERHARAP BANYAK
7 7. TANGISAN PILU
8 8. SEKOLAH BARU
9 9. BERTAMU DI RUMAH MIRA
10 10. MENUNGGU NENEK
11 11. JATUH SAKIT
12 12. IBU MENGAMUK
13 13. DISAMPING JENAZAH KAKEK
14 14. KONDUSIF
15 15. OMONGAN TENTANG KAKEK
16 16. IBU PERGI
17 17. TITIPAN UANG DARI IBU
18 18. NENEK JATUH SAKIT
19 19. PERMINTAAN BU GURU
20 20. BERSIAP UNTUK UJIAN
21 21. UJIAN KELULUSAN
22 22. SENYUMAN NENEK
23 23. KEMATIAN NENEK
24 24. PENYESALAN
25 25. SALAH PAHAM
26 26. MASIH TRAUMA
27 27. SENYUM SUMRINGAH
28 28. PERTAMA KALINYA
29 29. KEBAKTIAN PERTAMA KALI
30 30. TIDAK ADIL
31 31. MERINDU
32 32. PERMULAAN KEMBALI
33 33. MENGALAH
34 34. DILUAR NALAR
35 35. PERISTIWA TERBAIK
36 36. KESIANGAN
37 37. DILUAR PEMIKIRAN
38 38. GEJOLAK JIWA
39 39. KENYATAAN YANG PAHIT
40 40. CEMBURU
41 41. KATA PERPISAHAN
42 42. MASIH BERDUKA
43 43. BELUM SANGGUP KEHILANGAN
44 44. AKU SAYANG IBU
45 45. EMOSI YANG SALAH
46 46. KEPERGIANNYA
47 47. LEMBARAN BARU, LAGI
48 48. PENYESUAIAN
49 49. SALAH PAHAM
50 50. GAK NYANGKA
51 51. KEMBALI BERTEMU
52 52. SELALU JADI ORANG BAIK
53 53. MENCARI AYAH
54 54. BIBI ROS MARAH BESAR
55 55. MASIH MARAH
56 56. MASIH TERTUDUH
57 57. RUMIT
58 58. MENGUJI KESABARAN
59 59. RUNTUH
60 60. BAGAI SEORANG IBU
61 61. KEJUJURANNYA
62 62. RASA YANG HILANG
63 63. JAWABAN DARI DOA
Episodes

Updated 63 Episodes

1
1. KELAHIRANKU
2
2. TIDAK DITERIMA
3
3. MEMILIH SUNGAI
4
4. HIDUP BARU
5
5. MEMINTA RESTU
6
6. BERHARAP BANYAK
7
7. TANGISAN PILU
8
8. SEKOLAH BARU
9
9. BERTAMU DI RUMAH MIRA
10
10. MENUNGGU NENEK
11
11. JATUH SAKIT
12
12. IBU MENGAMUK
13
13. DISAMPING JENAZAH KAKEK
14
14. KONDUSIF
15
15. OMONGAN TENTANG KAKEK
16
16. IBU PERGI
17
17. TITIPAN UANG DARI IBU
18
18. NENEK JATUH SAKIT
19
19. PERMINTAAN BU GURU
20
20. BERSIAP UNTUK UJIAN
21
21. UJIAN KELULUSAN
22
22. SENYUMAN NENEK
23
23. KEMATIAN NENEK
24
24. PENYESALAN
25
25. SALAH PAHAM
26
26. MASIH TRAUMA
27
27. SENYUM SUMRINGAH
28
28. PERTAMA KALINYA
29
29. KEBAKTIAN PERTAMA KALI
30
30. TIDAK ADIL
31
31. MERINDU
32
32. PERMULAAN KEMBALI
33
33. MENGALAH
34
34. DILUAR NALAR
35
35. PERISTIWA TERBAIK
36
36. KESIANGAN
37
37. DILUAR PEMIKIRAN
38
38. GEJOLAK JIWA
39
39. KENYATAAN YANG PAHIT
40
40. CEMBURU
41
41. KATA PERPISAHAN
42
42. MASIH BERDUKA
43
43. BELUM SANGGUP KEHILANGAN
44
44. AKU SAYANG IBU
45
45. EMOSI YANG SALAH
46
46. KEPERGIANNYA
47
47. LEMBARAN BARU, LAGI
48
48. PENYESUAIAN
49
49. SALAH PAHAM
50
50. GAK NYANGKA
51
51. KEMBALI BERTEMU
52
52. SELALU JADI ORANG BAIK
53
53. MENCARI AYAH
54
54. BIBI ROS MARAH BESAR
55
55. MASIH MARAH
56
56. MASIH TERTUDUH
57
57. RUMIT
58
58. MENGUJI KESABARAN
59
59. RUNTUH
60
60. BAGAI SEORANG IBU
61
61. KEJUJURANNYA
62
62. RASA YANG HILANG
63
63. JAWABAN DARI DOA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!