Di perusahaan G.H Sentosa, semua karyawan terkejut dengan kedatangan Irene yang tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
Irene sengaja datang ke perusahaan papinya secara tiba-tiba karena dia ingin melihat kegiatan yang di lakukan karyawan papinya.
"Iren? Kamu datang kemari? Kenapa tidak memberitahuku lebih dulu?" tanya Bian asisten pribadi Gilang.
"Hai kak Bian, aku sengaja datang kemari tanpa mengabari lebih dulu karena aku ingin melihat bagaimana suasana perusahaan tanpa papi " jelas Iren.
"Kamu ngebuat semua karyawan ketar-ketir tau ga sih?" ucap Bian.
"Hahaha, masa sih kak? Bagus dong dengan begitu setiap hari mereka akan bersiap kedatangan tamu tidak di undang seperti sekarang ini." ucap Irene sambil tertawa.
Bian adalah karyawan Gilang yang paling lama bekerja dengannya di bandingkan yang lain, Bian selalu berada di samping Gilang sejak Gilang baru merintis bisnisnya setelah keluar dari geng mafia.
Itulah sebabnya kelima putri Gilang sangat dekat dengan Bian, dan Gilang juga menjadikan Bian sebagai asisten pribadinya dan orang kepercayaannya.
"Oh iya kak, bagaimana dengan perusahaan papi akhir-akhir ini?" tanya Irene.
"Apa kamu meragukan papi kamu sendiri Iren? Papi kamu adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk masalah pekerjaan, kamu pasti sudah tau hal itu." jelas Bian.
"Aku tau kak, tapi akhir-akhir ini papi kembali mengingat kejadian waktu itu dan aku takut kalau hal itu bisa mempengaruhi pekerjaan papi." jelas Iren.
"Tuan Gilang mengingat kembali kejadian waktu itu? Bagiamana bisa? Bukankah setelah kejadian tuan Gilang langsung aku bawa untuk berobat ke psikiater dan tuan Gilang sudah mulai pulih." ucap Bian.
"Aku juga ga tau kenapa papi mengingat kejadian itu kembali, yang jelas karena hal itu papi mau mengutus bodyguard untukku dan adik-adik." ucap Irene dengan wajah kesal.
"Hah? Bodyguard? Hahahahaha.." Bian terkejut sekaligus menertawakan ucapan Irene.
"Jangan menertawakan aku!" ketus Irene.
"Aku tidak menertawakan kamu, aku tertawa karena kasian sama orang yang akan menjaga kamu dan adik-adikmu." ucap Bian.
"Kasian? Kenapa bisa kasian?" tanya Irene yang kebingungan dengan ucapan Bian.
"Kasian karena mereka akan kena mental karena ke bar-baran kalian, apalagi Nancy haha.." ucap Bian.
"Haah... Bener juga sih, paling mereka cuma bertahan beberapa hari aja menjadi bodyguard kita." sambung Irene.
"Ya kalo gitu ga perlu khawatir masalah bodyguard, terima aja ntar juga bodyguardnya yang pergi." ucap Bian.
Mendengar penjelasan Bian membuat Irene menganggukkan kepala karena merasa jika ucapan Bian memang benar.
"Udah deh kalo gitu aku pamit dulu deh." ucap Irene.
"Loh, ga ke ruangan tuan Gilang dulu?" tanya Bian.
"Engga deh kak, aku juga harus ke perusahaanku karena ada rekrutmen model baru.. Lagian aku cuma mau liat-liat aja kok." jelas Irene.
"Ciye yang agensinya udah maju.." goda Bian kepada Irene.
"Apaan sih kak, udah ah jaga baik-baik perusahaan papi ya kak, aku berangkat dulu." pamit Irene yang langsung berjalan ke luar dari perusahaan.
"Siap bos!" tegas Bian dengan sedikit berteriak karena Irene sudah berjalan menjauh darinya.
Sedangkan Irene yang mendengar teriakan dari Bian hanya bisa menutupi wajahnya sambil menggelengkan kepalanya karena malu.
Irene segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya menuju agensinya yang tidak terlalu jauh dari perusahaan papinya.
Setelah beberapa menit, sampailah Irene di agensinya dan kedatangannya di sambut oleh para karyawannya dengan hormat.
"Selamat pagi kak Irene..." sapa Elif yang tidak lain adalah sekretaris pribadi Irene.
Irene tidak suka jika dirinya di panggil nyonya atau nona oleh para karyawannya, jadi di perusahaannya semua karyawan memanggilnya kak Irene dan itu sudah menjadi kebiasaannya.
Walaupun begitu, masih banyak karyawan yang merasa takut dengan kharisma yang terpancar dari wajah Irene yang terlihat sangat berwibawa.
"Hai Lif, bagaimana para rekrutmen? Sudah datang semua?" tanya Irene.
"Sudah kak." jawab Elif.
"Para manager? Dan Aleena sudah datang?" tanya Irene kembali.
"Sudah kak, semua sudah datang tinggal menunggu kak Irene saja." ucap Elif.
Irene langsung menganggukkan kepalanya lalu segera berjalan menuju ruangan rekrutmen.
Di dalam ruangan, Irene bisa melihat sudah ada banyak manager-manager perusahaannya yang menunggu untuk menilai para model baru yang akan masuk ke agensi mereka.
Irene segera duduk di tempatnya dan pemilihan pun di mulai. Satu per satu model mulai menunjukkan bakatnya namun tidak ada satupun yang menarik perhatian Irene sampai akhirnya ada salah satu peserta yang membuat Irene dan Aleena membuka kedua matanya karena terkejut.
"Queen!!" teriak Irene dan Aleena secara bersamaan.
Semua orang yang ada di sana saling menatap satu sama lain karena Irene dan Aleena bisa mengenal salah satu peserta tersebut.
Banyak orang yang mengetahui kalau Gilang Herlambang memiliki lima orang anak, tapi tidak semua orang tau wajah kelima anaknya.
Irene menatap wajah Queen yang saat itu sedang memamerkan gigi putihnya dan berdiri di hadapannya.
"Kita sudahi dulu untuk saat ini, kalian semua bisa istirahat sampai jam makan siang selesai!" tegas Irene.
Akhirnya semua orang yang ada di dalam ruangan segera keluar setelah mendengar perintah dari Irene, kecuali Irene, Aleena, dan Queen.
"Apa-apaan ini Queen? Kenapa kamu bisa mendaftar di sini!?" tanya Irene dengan nada yang tegas.
Queenara hanya bisa terdiam di tempatnya sambil menelan salvilanya karena merasakan ketegangan di antara dirinya dan kedua kakaknya.
"Em,, kak, jangan marah dulu ya aku bisa jelasin." ucap Queenara dengan nada yang tenang.
"Apa yang mau kamu jelasin Queen? Kenapa kamu malah ada di sini bukannya di kampus?" tanya Aleena.
"Kak Iren, kak Aleen,, aku cuma mau mendaftar jadi model agensi kakak, aku mau jadi seperti kak Aleen yang di kenal banyak orang.." jelas Queen.
"Sebenarnya kamu ini mau jadi apa sih? Kamu pernah bilang mau seperti kak Iren, terus kamu mau memilih fakultas kedokteran seperti Ratu, dan sekarang kamu mau menjadi sepertiku?" tanya Aleena.
Queen hanya bisa menghela nafas panjang lalu berjalan menuju sofa yang ada di ruangan itu lalu duduk di sana.
"Sebenernya aku juga ga tau mau jadi apa kak, aku bingung.." ucap Queenara.
Irene dan Aleena hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela nafas panjang.
Keduanya tau kalau adik terakhirnya ini memang orang yang paling plin plan jika di tanya tentang pekerjaan.
Terlebih Ratu dan Queen baru saja lulus SMA dan baru mencari kampus yang akan mereka pilih.
"Sebelum terlambat sebaiknya kamu fikirkan dulu matang-matang apa yang mau kamu tekuni." ucap Aleena.
"Emang apa yang kamu sukai?" tanya Irene.
"Aku? Aku suka melukis kak, kak Iren tau sendiri kan kalau aku suka sekali melukis." ucap Queenara.
"Maka jadilah pelukis yang bisa di kenal banyak orang dengan karya-karyamu yang bagus." ucap Irene.
"Apa papi akan mengijinkan aku jika aku mau menjadi pelukis?" tanya Queen.
"Papi tidak akan pernah menghalangi cita-cita anaknya, jika kamu mau menjadi pelukis papi pasti mengijinkannya." jelas Irene.
"Nanti malam papi mengajak kita makan bersama, kamu bisa berbicara tentang hal ini kepada papi." sambung Irene sambil memberikan profil Queen yang sudah di berikan untuk mendaftar menjadi model.
Queen segera mengambil kertas tersebut lalu menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Irene.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments