🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
Kanaya sampai di rumah dengan seragam yang basah kuyup.
“Ya Alloh Aya, kamu kenapa? Basah kuyup seperti itu?” tanya Ibu Ajeng khawatir.
“Tidak apa-apa Bu, tadi Aya jalannya tidak hati-hati mangkanya Aya jadi terjatuh ke danau,” dustanya.
Kanaya tidak pernah memberitahukan kepada ledua orang tuanya kalau selama ini ia selalu mendapatkan bullyan dan hinaan di sekolahnya karena Kanaya tidak mau sampai kedua orang tuanya sedih dan khawatir.
“Kalau begitu, Aya mandi dulu Bu sekaligus mau mencuci seragam mumpung panas biar besok bisa dipakai,” seru Kanaya.
Kanaya pun langsung menuju kamar mandi sederhana miliknya, kamar mandi yang masih memakai sumur dan Kanaya harus mengumpulkan air terlebih dahulu untuk mandi dan mencuci.
Ibu Ajeng hanya bisa menatap prihatin kepada anak satu-satunya itu. Kanaya hanya mempunyai satu seragam dan satu sepatu, itu pun sudah terlihat sangat lusuh dan tak layak pakai.
Setelah selesai mandi dan mencuci seragam, Kanaya segera menjemurnya. Kanaya mengambil tasnya, untung saja tas Kanaya terbuat dari bahan canvas dan Kanaya dengan cekatan langsung mengambil tasnya jadi buku-bukunya masih aman tidak ada yang basah.
“Aya!” panggil Ibu Ajeng.
“Iya Bu.”
“Tolong kamu antarkan makan siang ini untuk Ayahmu.”
“Baik Bu.”
Kanaya langsung meraih rantang berisi nasi dan lauk pauk yang seadanya. Kemudian Kanaya berjalan kaki menuju kebun dimana Ayahnya bekerja.
Ayah Kanaya bekerja di kebun milik Juragan Wasta, orang paling terpandang di kampungnya. Juragan Wasta walaupun orang kaya tapi ia dan keluarganya tidak sombong, justru mereka sering sekali membantu keluarga Kanaya.
“Pak Sodikin itu anakmu sudah datang, ayo makan dulu pekerjaannya dilanjut lagi nanti,” seru Juragan Wasta.
“Iya Juragan, kalau begitu saya izin istirahat dulu.”
“Silakan Pak.”
Pak Sodikin pun menghampiri Kanaya dan mereka berdua akhirnya melahap makan siang yang sederhana itu bersama-sama.
***
Keesokkan harinya...
Kanaya berjalan dengan santainya memasuki area sekolah, baru saja Kanaya memasuki gerbang sekolah semua anak-anak sudah menyambutnya dengan melempari tomat busuk ke arah Kanaya membuat Kanaya terkejut.
“Keluar kamu manusia Alien dari sekolahan ini, kami tidak mau sampai tertular penyakit yang menjijikan dari kamu!” teriak salah satu siswi.
“Iya, pokoknya si manusia Alien itu harus keluar dari sekolahan ini,” sambung siswi yang lainnya.
Kanaya menutup wajahnya dengan tasnya, sehingga akhirnya Gina pun datang dan langsung menghampiri Kanaya.
“Kalian sungguh keterlaluan, siapa yang sudah menulis fitnah itu di Mading? Semua itu tidak benar!” teriak Gina.
“Hei Gina, jangan jadi pahlawan kesiangan. Kenapa kamu bisa bilang kalau itu fitnah? Memangnya kamu bisa menjamin kalau Kanaya tidak mempunyai penyakit menular itu?” seru Jonathan.
“Kalau Kanaya punya penyakit menular, kita semua sudah tertular sejak lama tapi nyatanya kita semua baik-baik saja,” sahut Gina.
“Ya jelaslah kita semua baik-baik saja karena selama ini tidak ada yang dekat-dekat dengan manusia Alien itu, hanya kamu yang mau dekat-dekat dengannya. Lihatlah penampilan si manusia Alien itu, selama ini hanya dia satu-satunya siswi yang memakai seragam serba panjang, itu tandanya dia malu karena seluruh tubuhnya terdapat penyakit yang sangat menjijikan,” seru Jonathan dengan kejamnya.
Airmata Kanaya mengalir dengan derasnya, kali ini Jonathan sudah sangat keterlaluan menyebarkan fitnah yang sangat kejam.
Kanaya pun akhirnya berlari menuju toilet, ia harus membersihkan wajah dan seragamnya yang kotor terkena lemparan tomat busuk.
Setelah lumayan sedikit bersih, akhirnya Kanaya pun keluar dari dalam toilet. Kanaya sangat terkejut saat melihat Gina yang sudah berdiri di depan pintu menunggu Kanaya.
“Gina...”
“Kita ke kelas sama-sama,” seru Gina dengan senyumannya.
Kanaya pun membalas dengan senyuman, tapi baru saja beberapa langkah suara Ibu Lilis menghentikan langkah keduanya.
“Kanaya, bisa ikut Ibu ke kantor sebentar,” seru Ibu Lilis.
“Iya Bu.”
Kanaya pun mengikuti langkah Bu Lilis yang merupakan kepala sekolah itu. Kanaya masuk ke dalam ruangan Bu Lilis sedangkan Gina masuk ke dalam kelasnya.
“Silakan duduk, Kanaya.”
“Terima kasih, Bu.”
“Begini Kanaya, apa kamu sudah membaca gosip yang tertempel di Mading?”
Kanaya menggelengkan kepalanya, Ibu Lilis menyerahkan selembaran kertas dan Kanaya dengan cepat membacanya.
“Kanaya, Ibu tahu itu fitnah karena Ibu percaya kalau kamu tidak punya penyakit menular. Ibu bicara seperti ini karena kalau seandainya kamu mempunyai penyakit menular mungkin dari dulu anak-anak disini sudah tertular tapi pada kenyataannya sekolah kita selama ini baik-baik saja,” seru Ibu Lilis.
Kanaya hanya bisa menundukkan kepalanya dengan airmata yang terus berjatuhan dari kedua matanya.
“Ya Alloh, siapa yang sudah menyebarkan fitnah seperti ini, Bu?”
“Ibu juga tidak tahu, tapi Ibu akan mencari tahu siapa yang sudah membuat fitnah ini. Kamu tahu, efek dari semua ini semua orang tua murid menghubungi Ibu dan meminta sekolah untuk mengeluarkan kamu.”
“Apa? Bu, Kanaya mohon jangan keluarkan Kanaya. Beberapa bulan lagi ujian, Kanaya ingin mengikuti ujian dan mendapatkan ijazah,” rengek Kanaya dengan deraian airmata.
“Kanaya, Ibu juga tidak mau mengeluarkan kamu dari sekolahan ini karena kamu adalah anak yang pintar, tapi Ibu juga bingung kalau Ibu tidak mengeluarkan kamu, semua orang tua murid mengancam akan berdemo ke sekolah,” sahut Ibu Lilis dengan tatapan sendunya.
Lagi-lagi Kanaya hanya bisa menundukan kepalanya dengan deraian airmata.
“Kanaya ingin ikut ujian, Bu,” lirih Kanaya.
Ibu Lilis menatap Kanaya dengan tatapan prihatin.
“Kanaya begini saja, Ibu akan menyuruh Bu Marni selaku wali kelas kamu untuk datang ke rumahmu untuk memberikan materi-materi sampai ujian sekolah tiba dan Ibu pastikan kamu akan ikut ujian dan mendapatkan ijazah kamu.”
Setelah Ibu Lilis berbicara panjang lebar, akhirnya Kanaya pun meninggalkan ruangan itu dengan langkah gontai.
Kanaya melangkahkan kakinya menuju kelas, sesampainya di kelas semua orang menjauhi Kanaya kecuali Gina.
“Ada apa Kanaya? Bu Lilis bilang apa?” tanya Gina.
“Aku dikeluarkan dari sekolahan ini, Gin.”
“Apa? Ini tidak bisa dibiarkan, aku akan bicara dengan Ibu Lilis.”
Gina hendak melangkahkan kakinya tapi dengan cepat Kanaya menahannya.
“Jangan Gin, aku tidak apa-apa Kok.”
“Tidak apa-apa bagaimana? Hanya tinggal beberapa bulan lagi kita ujian, sayang kalau kamu sampai dikeluarkan dari sekolah,” kesal Gina.
Kanaya menghampiri Gina dan membisikkan sesuatu membuat Gina yang awalnya terlihat emosi perlahan mengembangkan senyumannya.
“Oh begitu, ya sudah nanti sepulang sekolah aku akan datang ke rumah kamu untuk belajar bersama.”
“Iya, terima kasih ya Gin karena kamu adalah teman terbaikku, kalau begitu aku pamit.”
Kanaya pun mengambil tasnya dan mulai meninggalkan kelas, sedangkan semua anak-anak terlihat bersorak-sorai karena si manusia Alien sudah tidak ada lagi.
“Kanaya!”
“Bu Marni.”
“Ibu sudah mendapatkan perintah dari Ibu kepala sekolah, nanti Ibu akan datang ke rumah kamu untuk membantu kamu belajar.”
“Iya Bu, terima kasih.”
“Tetap semangat ya Kanaya, jangan menyerah kamu adalah anak yang pintar dan Ibu yakin ke depannya kamu akan menjadi orang yang sukses.”
“Amin, terima kasih Bu. Kalau begitu Kanaya pamit.”
Kanaya pun mencium punggung tangan Ibu Marni yang merupakan wali kelasnya. Kanaya kembali melanjutkan langkahnya, disaat Kanaya melewati kelas Jonathan, Kanaya terhenti dan menoleh ke dalam kelas.
“Hahaha...akhirnya si manusia Alien pergi juga, selamat tinggal manusia Alien!” teriak Jonathan dengan melambaikan tangannya.
Kanaya menatap penuh kebencian kepada Jonatahan, Kanaya benar-benar benci dan muak kepada Jonathan.
“Semoga saja aku tidak akan pernah bertemu dengan orang seperti kamu lagi, Jonathan,” batin Kanaya.
Kanaya pun segera meninggalkan sekolah itu, sekolah yang selama ini sudah memberinya banyak kenangan terutama kenangan menyakitkan karena selama sekolah disana, Kanaya tidak pernah diperlakukan layaknya seperti manusia.
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
lily
pengalaman prtma pernh di fitnah pas masih SMA kelas XII jga, bedanya gak separah Kanaya dan waktu itu temen - temen sekelas bnyak yg percaya sama aku
2024-03-03
1
Zieya🖤
Tidak hairan anak² mereka suka membuli, orang tuanya saja suka membuli, mengambil keputusan tanpa usul-pereksa....
lingkungan masyarakat yang negatif dan toksik.....
2023-03-27
1
Dyan
nih jonathan gak pernah ngerasain matanya di colok pake sapu nih pasti, gw colok aja kali ya
2022-06-23
1