(PANGGILAN UNTUKNYA)
Selamat membaca ☺️
🌹🌹🌹
Hari ini Iren mulai bekerja di perusahaan Hans, sebanarnya Iren malas berurusan dengan laki-laki itu. Namun biar bagaimanapun dia harus memiliki pekerjaan, setidaknya dia akan digaji saat sudah selesai untuk mengganti rugi.
"Eza, kakak berangkat dulu. Kamu istirahat saja, kakak sudah menitipkan surat izin ke si Karun. Kalau kamu tidak masuk sekolah."
"Iya Kak, kakak yang semangat ya kerjanya."
"Pasti dong, kalau nggak semangat nanti kita makan apa? Hehe. Yauda Eza baik-baik di rumah ya, makanan sudah kakak siapin di tudung saji."
"Iya, kakak hati-hati. Aku sayang kakak." ucap Eza, memeluk Iren.
"Kakak juga sayang bangat sama Eza. Kalau gitu kakak berangkat ya, assalamualaikum." ucap Iren.
"Wa'alaikumussalam, dadah kakak." Eza melambaikan tangannya.
🌹🌹🌹
Sepanjang perjalanan, Iren berdoa agar dirinya selalu diberikan kemudahan dalam bekerja. Semoga tidak ada hambatan apapun.
Saat sampai di kantor, Iren langsung masuk. Dia berusaha untuk melupakan kejadian kemarin yang menimpa dirinya.
"Ohh, ternyata hanya jadi OG toh." ucap Bunga, yang melihat kedatangan Iren, dengan seragam Office girl yang sudah melekat di tubuh Iren.
Iren hanya melirik sekilas. Dia tidak ingin terpancing emosi oleh Bunga, yang hanya akan membuat dirinya rugi.
Kebetulan sekali Iren bertemu langsung dengan Roni, dia langsung bertanya padanya.
"Tuan, saya harus kemana? dan bagaimana dulu ya?" tanya Iren.
'Tck, Tuan Hans sepertinya tertarik pada wanita ini. Mana mungkin, dia memilih dan menerima seorang OG langsung, biasanya juga ada bagian manajer personalia yang merekrut Karyawan ataupun OG.' batin Roni.
"Tuan Roni?"
"A--ah iya, sebaiknya kau langsung ke ruangan tuan Hans saja. Mungkin dia akan menempatkan mu di ruangannya." ujar Roni.
"Baik, terimakasih banyak. Tuan."
Iren langsung pergi menuju ruangan pribadi Hans, sepanjang menaiki lift pikirannya melayang. Apakah dia mampu bertahan untuk bekerja disini? Pikirnya.
Tokk.. tokk.. tokk..
"Masuk!"
Hans menatap Iren yang masuk ke dalam ruangannya, dia melihat Iren dari atas hingga bawah. Rambut panjangnya di kuncir, memperlihatkan leher panjang nan mulusnya. Bahkan satu kancing atas baju tak Iren pasang.
"Duduk!"
Iren duduk di kursi depan Hans, sedari tadi dia tak berbicara apapun. Iren memutar bola matanya ke sembarang arah. Agar matanya tak bertemu dengan mata Hans.
"Kancing kan, bagian atas bajumu!"
Iren terbelalak, dia langsung melihat ke arah dadanya. Benar saja, ada satu kancing yang belum dia pasang. Iren buru-buru memasangnya.
"Apa kau ingin menggoda karyawan yang ada disini?" tanya Hans.
Iren menatap tajam Hans, berani-beraninya dia berbicara seperti itu padanya. Iren mencoba untuk diam, agar tak berdebat dengannya.
"Kau diam, tak mengelak. Itu tandanya benar, bukan?"
"Terserah Tuan, niat saya bekerja disini hanya untuk mengganti kerugian yang Tuan alami. Setelah satu bulan saya bekerja disini, saya akan keluar!" ucap Iren.
"Hm, kau boleh langsung bekerja. Bersihkan ruanganku! Tidak boleh ada satu noda pun! Susun dengan rapih, semua dokumen yang berserakan! Dan juga bersihkan toilet pribadiku!" ucap Hans.
Iren mendengus kesal, dia langsung membersihkan ruangan. Hans fokus pada pekerjaannya, begitu pun dengan Iren. Dia nampak acuh terhadap kehadiran Hans.
'Wanita ini, kenapa tidak mencoba untuk menggoda ku? Sedangkan OG yang lain, pasti akan selalu mencari kesempatan untuk menggoda ku.' batin Hans.
"Hei, kemarilah!"
"Ada apa, Tuan?" tanya Iren.
"Siapa namamu?"
"Airen." jawab Iren singkat.
"Nama lengkap!" ketus Hans.
"Airen Cahya Senjani."
'Apa aku memanggilnya dengan sebutan Senja saja? Arghh tidak! Itu terlalu indah untuknya.' batin Hans.
"Cahya, kemarikan ponselmu!" ucap Hans.
Iren rasanya ingin tertawa, melihat Hans memanggilnya dengan sebutan Cahya.
"Untuk apa Tuan?" tanya Iren.
"Tidak usah banya bertanya, kemarikan!"
Iren langsung merogoh saku celananya, dan memberikan ponsel miliknya. Hans mengamati ponsel itu, bagaimana bisa dia sanggup untuk menggunakan handphone dengan ram 1,5 GB.
"Nih, aku sudah menyimpan nomorku. Kalau aku menelpon mu, angkat!" ucap Hans.
Iren hanya mengangguk, dan langsung melanjutkan aktivitasnya.
Bruk..
"Tuan, ada client yang ingin bertemu langsung dengan Tuan." ucap Roni.
"Roni!"
Tatapan tajam Hans, membuat Roni menyadari kesalahannya. Dia lupa untuk mengetuk pintu.
"Tolong maafkan saya, Tuan. Saya terburu-buru. Iyakan Iren?"
Iren hanya acuh, dia merasa bodo Amad dengan dua makhluk itu. Iren hanya fokus membersihkan semua sudut ruangan itu.
'Duh Iren, nggak bisa apa bantuin gitu.' batin Roni.
"Yasudah, Ayo." Hans dan Roni langsung pergi dari ruangan.
🌹🌹🌹
Ada wanita paruh baya, dan juga seorang anak kecil berumur 4 tahun. Mereka datang ke perusahaan LovMart.
"Oma, beuliin Giblan esklim di depan ya. Aku mau ketemu uncle ceundilian." ucap Gibran.
"Duhhh, cucu Oma yang satu ini pinter bangat sih." ucap Hellena, nenek dari Gibran.
"Menyindil dengan gaya." ucap Gibran.
Hellena terkekeh pelan, melihat tingkah cucunya yang satu ini. Dia sangat paham betul apa yang Hellena katakan.
"Yauda, Oma beliin eskrim. Gibran langsung masuk ke ruangan Uncle okeh!"
"Otey Oma." Gibran mengacungkan jempolnya pada sang Oma.
Gibran memang sering untuk datang ke perusahaan tempat Unclenya bekerja. Jadi, Gibran sudah tau setiap sudut perusahaan itu.
"Hallo, Gibran." ucap para karyawan.
Gibran tak menghiraukannya, dia berjalan menuju lift, dan pergi ke lantai atas untuk bertemu uncle nya.
Iren keluar dari ruangan Hans, dia ingin ke pantry untuk memanaskan makanan yang sudah dia bawa dari rumah.
Gibran keluar dari lift, dia bertemu langsung dengan Iren yang hendak ke pantry. Gibran langsung berteriak, dan memeluk Iren.
"Mommy!!"
"E--ehh? Gibran. Kamu ngapain disini?" iren langsung menggendong Gibran.
"Aku mau ketemu uncle, Mommy ngapain dicini?"
"Kakak, bekerja disini sayang. Emang uncle nya, kamu bekerja disini juga?"
"Iya Mommy, uncle aku keulja dicini."
"Siapa nama uncle kamu?" tanya Iren.
"Namanya Uncle--."
"Gibran!!"
Ucapan Gibran terpotong, karena Hellena mamanggilnya sambil membawa es krim dengan tergesa-gesa.
"Oma."
Iren mengerutkan dahinya, ternyata wanita paruh baya dengan pakaian yang terbilang modis itu adalah neneknya Gibran. Pantas saja Dokter Bima tampan, jelas bahwa Ibunya juga cantik.
"Maafin cucu saya ya, dia memang agak nakal. Gibran ayo turun sayang, kasian kakaknya capek." ucap Hellena.
"Nggak apa-apa, Nyonya." ucap Iren tersenyum.
"Panggil Ibu saja, jangan panggil Nyonya." ucap Hellena.
"Ihhh Oma, beulicik bangat dehh. Oma keunalin ini Mommy aku." ucap Gibran bersemangat, memperkenalkan Iren pada Oma nya.
"Heh, anak nakal. Wanita ini lebih cocok untuk jadi kakak mu daripada Mommy mu tahu!" Hellena menjewer telinga Gibran.
"Aduhhh, akit Oma. Nanti aku aduin ke Daddy, uncle 1, uncle 2, Mama Ratu, Kak Elan, dan juga Opa! Oma nakal cama aku."
Gibran memegangi telinganya yang barusan di jewer oleh sang nenek, dia mendengus kesal.
"Mommy, Oma nakal. Maca aku dijeuwer." Adu Gibran, pada Iren.
Iren tertawa melihat Gibran, bocah 4 tahun itu mampu mengambil hati Iren dengan tingkah menggemaskannya.
"Nama kamu siapa Nak?" tanya Hellena.
"Saya Iren, Bu. Offie girl disini." ucap Iren.
'Hans benar-benar tak waras, wanita cantik seperti ini ditempatkan sebagai OG. Maksimal dijadikan calon istri kek.' batin Hellena.
"Oma, ndak boleh liatin Mommy aku kayak gitu!"
"Eh anak nakal ini, benar-benar ya. Memangnya Kak Iren mau dengan Daddy mu itu hah?"
"Mau kok Oma, iyakan Mommy?" tanya Gibran.
Iren hanya diam tak menjawab apapun, dia sangat malu berhadapan dengan Ibu Hellena.
"Ayo Gibran sama Oma dulu, kakak Iren mau bekerja. Jangan digangguin!" ucap Hellena.
"Ndak au, aku aunya cama Mommy."
Gibran memeluk erat Iren, dan menaruh kepalanya di dada Iren. Ntah merasa nyaman atau merasa empuk, seakan itu menjadi tempat favorit untuk Gibran.
'Kyaaa, dasar anak mesum!' batin Hellena. yang melihat tingkah konyol cucunya itu.
Bersambung...
Terimakasih untuk kalian yang sudah mau mampir dicerita aku, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya, melalu vote, like, dan komentar.
Tetap sehat dan bahagia❤️.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Buthet Bnd
🤣😂😂😁😁😁
2022-10-18
0
Buthet Bnd
hmhmhm roman roman nya nih seperti ehemmmm lah🤣🤣😂😂😂😂😂😁😁😁😁😁😁
2022-10-18
0
Indri Ani40
wah ada sainganmya nih dokter BIMA😚
2022-06-09
1