(MAS BIMA)
Selamat membaca ☺️
🌹🌹🌹
Airen membawakan makanan untuk Eza, dia memasak ayam goreng sesuai yang Eza inginkan kemarin. Hari ini, Iren memutuskan untuk bekerja di perusahaan laki-laki kejam yang dia umpat kemarin.
Iren menelusuri koridor rumah sakit dengan semangat sambil menenteng bekal makanan untuk adiknya.
Brukk..
Iren menabrak seorang dokter, untung saja makanan yang dia bawa tidak jatuh ke lantai.
"Maaf Dok, permisi." ucap Iren.
Seakan kenal dengan suara gadis yang menabraknya, dokter itu pun melirik ke arah Iren.
"Kau! Bukankah kau wanita yang ada di taman?" ucap Bima.
"E--eh Om Bima. Iya Om ini saya, Iren. Om dokter ya?" tanya Iren.
Bima hanya mengangguk, dia menatap gadis yang disebut Mommy oleh anaknya. Bima terkekeh pelan dalam hati, bagaimana bisa seorang gadis remaja, yang lebih cocok untuk menjadi kakak dari anaknya. Malah disebut Mommy oleh Gibran.
"Yasudah Om, saya permisi ya." ucap Iren.
"Tunggu!"
Bima menahan tangannya, Iren menatap ke arah Bima seakan bertanya kenapa dia mencegahnya.
"Siapa yang sakit?" tanya Bima.
"Adik saya Om, dia korban kecelakaan." ujar Iren.
"Mm boleh aku ikut melihat adikmu?"
"Iya, boleh Om."
Saat mereka hendak pergi, ada seorang suster yang berlari memanggil Bima.
"Dokter, ada pasien yang harus anda periksa." ucap suster itu.
"Apa keluhan pasien itu?" tanya Bima.
"A a-anoo dok, iritasi pada kulit."
"Panggil dokter Novi, dia spesialis kulit!" ucap Bima datar.
'Duhh kalo dilihat-lihat, Om Bima mirip sama si Tuan X yang kemarin.' batin Iren.
"Maaf Dok, yasudah saya permisi." ujar perawat itu.
Bima langsung pergi sambil menggenggam tangan Iren, meninggalkan suster yang sedang menatap kesal pada Iren.
"Awass saja, kalau perempuan itu berani merebut Dokter Bima dariku!" ucapnya.
Krek..
"Assalamualaikum." ucap Iren.
"Wa'alaikumussalam, kakak lama bangat Eza kesepian tau!" protes Eza.
"Maaf ya Dek, nih kakak masakin ayam goreng serundeng kesukaan Eza."
"Wah beneran kak? Makasih banyak. Aku sayang kakak."
Eza memeluk Iren dengan erat, akhirnya setelah sekian lama dia merasakan ayam goreng kesukaannya.
Ehem..
Deheman Bima, menyadarkan Iren dan Eza yang berlarut dalam kebahagiaannya.
"Kak itu siapa, Pacar kakak?" tanya Eza.
Pletak..
Iren memukul kepala Eza dengan pelan, dia sangat kesal dengan sifat adiknya yang asal jeplak itu.
"Awhhh, sakit kak!" ringis Eza.
"Kamu kalo ngomong kira-kira dong, lagian tau dari mana pacar-pacaran hah! Baru juga kelas 6 SD udah tau pacar-pacaran segala!"
"Dari si Harta kak, dia kan udah punya cewek. Kata dia itu namanya pacaran." ucap Eza polos.
"Ngga ada temen kamu yang namanya Harta! Siapa Harta hah?" teriak Iren.
"Aduh kakak jangan galak-galak dong, malu tuh sama Om. Ntar kakak nggak ada yang naksir kalau galak gini." ucap Eza.
"Siapa Harta!"
"Si Karun kak, kan aku manggilnya si Harta. Biar jadi Harta Karun." ucap Eza cengengesan.
Pletak..
"Lain kali gaboleh kayak gitu! Awas saja kamu kalau ngatain si Karun dengan sebutan Harta Karun." ancam Iren.
"Iya-iya, yauda terus itu siapa?" tanya Eza.
Bima yang sedari tadi hanya diam, melihat pertengkaran adik kakak. Hingga dia akhirnya membuka suara dengan memperkenalkan dirinya.
"Saya, Bima."
"Om Bima salah satu dokter disini." imbuh Iren.
"Wah Om Dokter, keren!" ucap Eza.
Setelah mereka berkenalan dan juga sarapan bersama, akhirnya Iren memutuskan untuk langsung datang ke perusahaan Tuan X.
"Eza, istirahat ya. Kakak tinggal sebentar, besok udah boleh balik kok. Kakak mau bekerja, Eza doain kakak ya." ucap Iren.
"Iya kak hati-hati ya, terimakasih udah masakin ayam goreng untuk Eza."
Airen dan Bima akhirnya keluar dari ruang inap, Bima kagum pada sosok Iren. Diusianya yang masih muda, dia bahkan mampu untuk bekerja dan menjaga adiknya.
"Om, saya permisi ya. Mau langsung kerja soalnya." ucap Iren.
"Iya Air, kamu hati-hati."
"Airen Om." protes Iren.
"Iya Iren, tapi saya suka manggil kamu dengan sebutan Air." ucap Bima.
"Iya deh terserah Om Bima aja, oiya Gibran dimana Om?" tanya Iren.
"Ada, di rumah sama Oma nya. Katanya hari ini, dia mau menemui Unclenya." ujar Bima.
"Om makanya cepet cari istri, kasian Gibran Om." ucap Iren.
Raut wajah Bima langsung berubah menjadi sendu, Iren yang melihat itu langsung dibuat panik karena rasa bersalahnya.
"Maaf Om, saya nggak bermaksud untuk--"
"Kamu tidak salah, nggak usah minta maaf sama saya." Bima memotong ucapan Iren.
Iren menepuk bahu Bima, lalu tersenyum hangat padanya. Berusaha untuk menghibur Bima dengan senyumannya.
'Manis.' batin Bima.
"Om tenang saja, saya percaya kelak Gibran pasti memiliki Ibu sambung yang baik dan mencintainya." ucap Iren.
"Terimakasih, bisakah kamu mengganti sebutan Om dengan kata lain?" ucap Bima.
"Paman? Bapak? Tuan?" tanya Iren.
Bima mendengus kesal pada Iren, apakah dirinya setua itu-_-.
"Bercanda Mas Bima, hehe." Iren tersenyum, merasa geli sendiri dengan panggilanya untuk Bima.
Deg.
Hati Bima menghangat ketika dia mendengar Iren menyebutnya dengan sebuatan Mas.
"Oke, itu bagus" puji Bima.
"Yasudah, saya permisi dulu ya Om, e--ehh Mas Bima. Dahh sampai jumpa."
Iren langsung pergi dari sana, bibir Bima terangkat melukiskan sebuah senyuman indah dibibirnya. Hatinya benar-benar tak karuan saat Iren memanggilnya dengan sebutan Mas.
🌹🌹🌹
"Tck, awas saja jika wanita itu tidak datang!" gumam Hans.
"Tuan, sedang menunggu siapa?" tanya Roni.
Sedari tadi Hans menatap keluar melalui kaca, dia mengamati jalanan dari ruangannya.
'Tck, kenapa aku jadi menunggu wanita itu'
"Tuan kenapa anda diam saja?"
"Diamlah Ron! Sebaiknya kau pergi dari ruangan ku!"
"B--baik Tuan."
Roni langsung keluar, dia memilih mencari aman, agar tidak kena potong gaji dari Hans.
***
Perusahaan LOVMART.
"Neng, kita udah sampe." ucap tukang ojek itu.
"Hah udah sampe bang?"
"Iya neng, ini perusahaannya."
"Wah, ini nggak salah alamat kan bang?"
Iren menatap tak percaya dengan perusahaan yang ada di hadapannya ini.
"Nggak salah Neng, ini udah sesuai sama yang tadi Neng unjukin ke Abang."
"Yauda deh, makasih ya Bang. Nih uangnya."
"Iya neng, sama-sama."
tukang ojek itu pun pergi, kini Iren masih menatap tak percaya perusahaan yang ada di hadapannya itu.
"Astaghfirullah, ini perusahaan segede gaban. Jadi Ob apa nggak capek? ngebersihin perusahaan segede gini." gumam Iren.
Iren melangkahkan kakinya, memberanikan diri untuk masuk. saat sampai di depan perusahaan, ada security yang menghadangnya.
"Maaf Mba, apa Mba karyawan disini?" tanya Security itu.
"Bukan Pak, saya mau bertemu dengan--"
Iren lupa untuk menanyakan nama Tuan X tersebut, dia mengingat-ingat kejadian sewaktu di restoran. akhirnya Iren ingat, teman dari Tuan X memanggilnya dengan sebutan Hans.
"Saya mau bertemu dengan Tuan Hans, Pak." ucap Iren.
Security itu menatap Iren dari bawah hingga atas, memang betul Iren cantik namun pakaiannya terlihat kumuh.
"Ya sudah Mba silahkan masuk, nanti di dalam tanya ke resepsionis."
"Terimakasih, Pak security."
jantung Iren seakan berdegup kencang, semua mata memandang ke arahnya dengan tatapan tak suka.
"Mba, permisi. Saya mau bertemu dengan Tuan Hans." ucap Iren.
"Ada perlu apa ya Mba? Apa Mba sudah membuat janji dengan Tuan Hans?" tanya resepsionis itu.
"Mba, kalau saya tidak disuru ke sini sama atasan Mba. Saya juga ogah kali!"
"Mba yang sopan dong! Security bawa wanita kumuh ini keluar!" ucap resepsionis itu.
"Heh Mba! yang harusnya sopan itu Mba bukan saya. emang ya orang kaya tuh semena-mena, menilai orang dari penampilannya aja. Saya pastiin suatu saat Mba menyesal pernah ngatain saya kumuh!" teriak Iren.
"security usir wanita gila ini!"
"Saya gila? Mba yang gila!"
semua orang langsung menatap ke arah mereka berdua, banyak orang yang berbisik-bisik membicarakan mereka berdua.
"Hei security usir wanita ****** ini! Dia ingin menggoda Tuan Hans."
semua orang tersentak kaget mendengar penuturan Resepsionis itu.
Plak..
Iren menampar Resepsionis yang berkata bahwa dia wanita ******.
Security datang memegang tangan Iren yang hendak memukul lagi, Resepsionis itu.
resepsionis itu membalas perlakuan Iren, dia menendang dan menjambak Iren. Iren hanya pasrah, karena tangannya dipegangi oleh security.
"Bunga, hentikan!" ucap Roni.
"Beraninya kamu melakukan kekerasan di perusahaan ini!" ucap Roni.
"P--pak, dia duluan yang menampar saya!" tunjuk Bunga pada Iren.
"Temui HRD, dan minta surat peringatan untuk kamu!" ujar Roni.
"Security lepaskan dia!" imbuh Roni.
"Pak, saya mohon jangan---"
"Diam! atau Tuan Hans yang akan memecat kamu detik ini juga." ancam Roni.
"B--baik Pak." ucap Bunga pasrah.
"Iren, ikut saya!"
Iren mengikuti langkah kaki Roni, semua orang langsung bubar tak berani untuk melihat. Mereka semua nampak diam membisu.
setelah mereka menaiki Lift, akhirnya mereka telah sampai di ruangan Hans.
"Masuklah, Tuan Hans sudah menunggu." ucap Roni.
"Baik, terimakasih Tuan."
Tok..Tok..Tok..
"Masuk!" ujar Hans.
Iren memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan itu, dia menelan salivanya kasar. sebenarnya Iren takut jika Hans memarahinya karena dia berbuat rusuh di perusahaan ini.
"Duduk!'" titah Hans.
Iren duduk di kursi yang berhadapan dengan Hans, Iren hanya mampu menundukkan kepalanya. dia enggan untuk melihat Hans.
"Hei, aku tak menyuruhmu untuk mengheningkan cipta. kenapa harus menundukkan wajah seperti itu?"
"Tck, bisa-bisanya dia berkata aku sedang mengheningkan cipta! Kau itu terlihat sangar, aku takut untuk menatapmu tahu!" batin Iren.
"Tuan, bisakah saya langsung bekerja?" tanya Iren.
"Obati dulu lukamu, besok kau baru boleh bekerja!" ucap Hans.
"Wih ternyata ada sisi baiknya juga nih orang." batin Iren.
"Pergi kau dari situ!" ucap Hans.
Iren membulatkan matanya, baru saja dia puji bahkan sekarang sudah mengusirnya.
"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi." ucap Iren.
"Siapa yang menyuruhmu untuk pulang?"
"Tadi, Tuan bilang pergi dari situ." ucap Iren.
"Roniii!!!!" teriak Hans.
"Mampuss gue, ketahuan nguping." batin Roni.
"Tuan, tidak ada Tuan Roni." ucap Iren.
"Dia ada di luar pintu, sedang menguping! kalau tidak percaya lihat saja." ucap Hans santai.
Iren melangkahkan kakinya untuk membuka pintu, dan benar saja ada Roni yang masih berdiri di sana.
"Maaf, Tuan. saya tidak bermaksud untuk menguping. saya permisi."
Roni langsung melesat dengan cepat, takut jika Hans semakin marah padanya.
Bersambung...
Terimakasih untuk kalian yang sudah mampir dan mau membaca cerita aku, jangan lupa untuk memberikan dukuangannya. melalui vote komen dan like.
Tetap sehat dan bahagia ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Warijah Warijah
Wah Iren banyak musuhnya y 🤭
2023-06-08
0
Buthet Bnd
Hans jgn galak ntar bucin loh 🤣😂🤣😂
2022-10-18
0
Ucie Nabila
kirain cumn ema2 aja yg suka nguping taunya cowok jg suka nguping,maaf ya kl komentarnya bikin tersinggung 🙏
2022-06-12
0