Selama di rumah Lolita, Anita diperlakukan dengan baik dan istimewa. Namun itu semua tidak membuat Anita merasa nyaman, dia merasa aneh dan ingin segera pergi dari tempat tersebut.
Meskipun sahabatnya itu sangat baik, tapi Anita tidak pernah memanfaat Lolita sedikit pun. Anita sangat tulus berteman dengan Lolita, tapi dia selalu kepikiran dengan perkataan teman-teman di kampusnya yang sering mengatakan bahwa Anita orang munafik dan memanfaatkan pertemanannya dengan Lolita.
Namun tidak dengan Lolita, Lolita selalu meyakinkan Anita untuk tidak usah memikirkan apa yang di katakan orang lain terhadap nya. Lolita percaya dan yakin kalau Anita adalah teman yang baik dan tulus bersahabat dengannya.
Di malam hari Anita terbangun, dia merasa kehausan. Namun air yang disediakan pelayan di kamar Lolita habis. Anita berniat membangunkan Lolita untuk menemaninya mengambil air. Tapi di lihatnya Lolita tertidur dengan pulas, Anita tidak tega jika harus membangunkannya. Akhirnya dia memberanikan diri untuk mengambil airnya sendiri.
Anita mulai berjalan dan membuka pintu kamar dengan pelan agar tidak membangun kan sahabatnya. Tapi pada saat Anita menutup pintu, di lihatnya ruangan tersebut begitu besar dan banyak pintu yang harus dia hapal membuatnya bingung dan ragu, terlebih lampu ruangan tersebut seperti nya memang sengaja di matikan setiap malam.
Ini kali pertama Anita datang dan menginap di rumah Lolita, jadi bagaimana mungkin dia langsung hapal dengan tempat-tempat dan ruangan yang menurutnya cukup banyak. Dia mulai meraba-raba tempat dapur yang harus di tuju nya. Dengan lampu hp yang di pegang nya, Anita mulai mencari.
Sampai di suatu tempat yang dia yakini itu adalah tempat yang dia cari, dan benar saja itu adalah dapur. Tanpa menyalakan lampu dapur yang dia pun tidak tahu dimana tempat untuk menyalakan lampunya, segera Anita menuju kulkas untuk mengambil air yang dia butuhkan.
"akhirnya ketemu juga" sambil membuka kulkas dan mengambil air kemudian meneguknya. "Alhamdulillah, lega juga tenggorokan ku. Rumah ini begitu besar, membuat ku susah saja. Pantas saja Lolita sering merasa kesepian. Dengan rumah sebesar ini, Dia hanya sendiri. Walaupun banyak pelayan tapi pasti rasanya berbeda kalau berada dengan keluarga sendiri. Kasian kamu Lit" iba nya pada Lolita.
" Tapi kalau di pikir-pikir dia lebih beruntung dari pada aku, setidaknya dia masih punya ayah dan juga dia hidup berkecukupan, bahkan lebih" gerutunya bicara sendiri membandingkan Lolita dengan dirinya yang kurang beruntung menurut nya tapi tidak membuatnya menyesali apa yang telah di dapatkan nya selama ini.
Kemudian saat dia hendak berjalan menuju kamar Lolita, tiba-tiba dia menabrak sesuatu sampai hp nya terjatuh dan lampunya mati.
Ternyata Anita menabrak seseorang, hingga dia terjatuh di atas orang tersebut. Anita tidak dapat melihat wajah orang tersebut begitupun sebaliknya. Mereka cukup lama saling menatap tanpa mereka sadari, tanpa bisa melihat wajahnya masing-masing.
Anita yang posisinya berada di atas orang tersebut merasa aneh, hatinya mulai berdebar-debar, pipinya mulai terasa panas begitupun sebalik nya.
Orang tersebut merasa ada yang aneh di bawah perutnya, dia merasa ada yang terangsang dari tubuhnya. Itu kali pertama dia merasakan hal itu lagi setelah istrinya tiada.
Dia mencium wangi aroma sesuatu dari tubuh Anita yang membuatnya terangsang dan mabuk kepayang, ntah bagaimana aroma tubuh Anita membuatnya merasa tenang dan nyaman, bersyukur dia masih bisa menahannya. Di kegelapan malam yang menutup wajah mereka masing-masing.
Kemudian Anita tersadar dan membuyarkan lamunan orang tersebut dari mabuk asmara sesaat nya.
Anita mulai memukul dada orang tersebut yang masih terlentang karna tertindih oleh Anita. Anita yang tidak tahu, menyangka orang tersebut adalah maling karna tiba-tiba ada di hadapannya, sehingga membuat Anita menabraknya.
Anita " siapa kamu. Kamu.. kamu pasti maling kan?. Ngaku kamu!" sambil memukul-mukul dada orang tersebut. Mendengar teriakan Anita, orang tersebut berusaha menangkis pukulan Anita dan segera menutup mulut Anita agar tidak berteriak-teriak memanggil nya maling yang bisa membangunkan orang rumah.
" diam.. diam " kesal, sambil menutup mulut Anita.
" Saya yang punya rumah ini, saya papah nya Lolita. Kamu pasti temannya Lolita kan?" menjelaskan nya dengan berusaha bersuara pelan agar tidak membangun kan orang-orang yang sedang tidur.
Mendengar perkataan orang tersebut, sontak membuat Anita kaget dan merasa bersalah karena kecerobohan dan kebodohannya tersebut.
Lolita "apa?. Om Alex. Papah nya Lolita?." dengan terbata-bata Anita mulai meminta maaf dan menjelaskan kesalah pahaman tersebut. "Maaf Om saya tidak tahu. Saya pikir tadi maling. Saya minta maaf. Saya gak sengaja nabrak Om karna lampu nya mati". Anita mencoba memberi alasan dan menjelaskan nya.
Alex " Kenapa kamu gak nyalain lampunya?. Kamu hampir membuat saya mati karna terus memukul dada saya" kesal Alex sambil mengusap-usap dadanya yang masih terasa sakit karna ulah Anita namun masih bisa menahannya.
Anita "sekali lagi saya minta maaf Om, saya tidak tahu tempat menyalakan lampunya" sambil mengingat, Anita mencoba meyakinkan sesuatu " Tapi bukan nya Om bilang baru bisa pulang besok. Kenapa Om bisa pulang tengah malam begini?" tanya Anita heran.
Alex "oh itu. Saya kepikiran terus kalau harus ninggalin Lolita sendirian dalam keadaan sakit. Itu sebabnya saya langsung kemari setelah menyelesaikan urusan saya di sana" sambil berbalik dan menyalakan lampu tanpa melihat wajah Anita, Alex menyuruh Anita untuk segera kembali ke kamar dan tidur.
" Lain kali kamu hati-hati. Sekarang kamu bisa kembali ke kamar dan cepat tidur " perintah Alex pada Anita.
" baik Om" sambil menunduk malu dan tidak berani melihat wajah ayah sahabatnya setelah apa yang dilakukannya meskipun tanpa di sengaja.
"sekali lagi saya minta maaf Om. Permisi" sambil mengambil hp nya yang terjatuh dan pergi meninggalkan tempat tersebut menuju kamar Lolita.
Sambil berjalan menuju kamar Lolita, Anita merutuki kebodohan dan kecerobohannya sendiri " Ya Tuhan. Anita kenapa kamu bodoh sekali. Kamu sudah kurang ajar telah memukul ayah sahabat mu sendiri. Dasar bodoh... bodoh " sambil sesekali memukul pelan kepalanya sendiri.
Sementara itu di dapur, Alex merasa aneh dan bingung dengan perasaannya tadi yang sempat terlena dengan kejadian tersebut. Selama ini, semenjak istri tercinta nya meninggal dia tidak pernah merasakan hal yang merangsang junior dan perasaan nya yang menggebu-gebu.
Tapi Anita sudah berhasil membangkitkan imajinasi liar nya yang lama sudah terpendam. Pada hal selama ini banyak para gadis dan wanita dewasa yang mau saja menyerahkan kehormatan nya dengan senang hati pada Alex.
Tapi Alex tidak pernah mau menerima begitu saja, bahkan gairahnya pun tidak tertarik sama sekali pada mereka. Dan dia juga mempertimbangkan segala resiko yang mungkin juga tidak mau terjadi pada anak perempuan satu-satunya yang amat di cintainya.
Dan dia sadar, dan menolak kegilaan pikiran nya tersebut pada Anita yang bahkan Alex sendiri belum pernah melihat wajah Anita secara langsung, tapi berhasil membuatnya terus kepikiran.
Alex sadar itu salah, dia adalah teman sekaligus sahabat anaknya sendiri. Dia mulai gelisah dan mencoba menenangkan diri, Alex mulai mengambil air dan meminumnya.
" oh ssit..., ini botol bekas minuman nya. Bahkan bekas bibirnya mampu membuat ku gila seperti ini, sial. Apa-apaan ini. Come on Alex sadar lah, dia itu teman anak mu sendiri. Dia itu bocil. Bagaimana mungkin kamu berpikiran untuk bisa ... ahh sial ... sial" Berusaha menghilangkan pikiran adegan tersebut dari otaknya sambil sesekali merutuki dirinya sendiri.
Sementara itu, Anita yang hendak tidur. Merasa kepikiran dengan hal yang sebelumnya belum pernah dia rasakan. Berbeda dengan Alex, Anita hanya merasa hatinya berdebar-debar saat dia berdekatan dengan Alex tadi. Namun dia menepisnya, dia berpikir itu hal yang biasa. Bagaimana mungkin orang tidak merasa deg-degan dengan posisi sedekat itu seperti tadi yang di alaminya. Anita segera memejamkan matanya sampai akhirnya dia pun tertidur pulas di samping sahabatnya.
Berbeda dengan Alex yang masih gelisah dan belum bisa tidur dengan tenang sampai akhirnya dia harus melakukan sesuatu dengan sendirinya.
"" Mungkin kalian ada yang tahu lah yyah, silahkan pikirkan sendiri, kalau menurut saya mungkin Alex terpaksa meminum obat tidur dan dengan begitu dia bisa langsung tidur pulas .... wkakakak ""
"" Oke lanjut guys """
Ke esokan paginya, Alex merasa dia harus segera pergi lebih dulu sebelum Anita dan Lolita bangun.
Melihat kondisi semalam yang di alaminya, Alex merasa itu salah dan harus segera menghindar dari pertemuan nya dengan teman anaknya tersebut yang mungkin akan membuatnya tidak terkontrol seperti malam yang telah dia lalui sebelum nya.
Dengan aktivitas pagi yang sudah sering Alex lalui, dia segera menghabiskan sarapan nya dan menitip pesan pada salah satu pelayannya yang sudah terlihat sepuh dan mungkin sudah menjadi senior dari pelayan lainnya untuk memberi tahu Lolita bahwa ayahnya sudah pulang dari semalam dan meminta maaf karena dia harus segera berangkat lagi untuk melanjutkan meeting yang belum terselesaikan, alasan Alex untuk anaknya.
" Bi nanti tolong bilangin Lolita kalau saya sudah pulang dari semalam dan bilangin juga saya minta maaf karena harus buru-buru kembali menyelesaikan meeting yang semalam saya tunda karena khawatir sama dia dan satu lagi bilangin sama Lolita oleh-oleh pesanannya saya taruh di kamar saya. Suruh Lolita tinggal ambil aja" sambil menghabiskan suapan terakhir ke mulutnya.
" Baik den. Nanti Bibi sampaikan ke Non Lolita" jawabnya pelayan tersebut yang bernama Bi Inah.
Alex segera meninggalkan tempat makan nya menuju mobil kesayangan nya yang sudah setia menemaninya berangkat ke kantor. Tapi para penjaga dan pelayan lainnya merasa ada yang aneh dengan Boss nya tersebut yang tidak biasanya pergi ke kantor pagi-pagi sekali. Hingga para satpam saling menatap heran begitu juga dengan para pelayan lain nya yg saling mempertanyakan dan bertanya-tanya sendiri.
" Kok aneh tuan tidak biasanya berangkat ke kantor pagi-pagi begini" tanya satpam yang membukakan pintu gerbang pada dirinya sendiri yang merasa heran.
Sementara itu, Anita mulai terbangun karena suara mobil yang baru keluar yang di gunakan oleh Alex membangunkan nya. Anita segera menuju kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri dan melihat-lihat barang kali ada sesuatu yang bisa dia lakukan selagi menunggu sahabatnya itu terbangun.
Anita bermaksud menuju ruangan dapur untuk melihat apa yang bisa dia bantu dan dia kerja kan. Pelayan yang melihatnya dengan sopan menyapa nya. Meskipun ada juga beberapa pelayan yang usil dan tidak suka melihat Anita ada di rumah tersebut, mereka merasa Anita tidak pantas berteman apalagi bersahabat dengan nonanya yaitu Lolita hanya karena melihat dari penampilan Anita yang biasa saja.
Anita menyadari hal tersebut, tapi dia tidak ambil pusing. Dia anggap itu benar dan wajar saja orang menilai nya seperti itu.
Anita lebih memilih untuk mengabaikan nya dan membantu Bi Inah memasak, walau pun sebelumnya Bi Inah melarang Anita dengan sopan untuk tidak membantunya karena Bi Inah merasa bahwa Anita adalah tamu tuannya yang harusnya di layani dengan baik bagaimana pun statusnya. Tapi Anita memaksa Bi Inah untuk mau di bantu olehnya. Hingga akhirnya Bi Inah membiarkan Anita untuk membantu nya.
Terlihat Anita begitu cekatan dalam memasak hingga Bi Inah pun takjub dan tidak menyangka dengan kepandaian memasak Anita yang di tunjukan nya. Dengan senang Bi Inah memuji cara masak dan rasa yang di tuangkan nya kedalam masakan tersebut.
" Wah Non Anita ternyata pandai juga dalam memasak. Aromanya juga sedap dan rasanya pasti nikmat. Tuan pasti suka dengan masakan Non kalau dia tahu dan mencicipi nya" puji Bi Inah pada Anita. " Tapi sayang tuan harus buru-buru pergi lagi" lanjutnya menyayangkan karna merasa tuannya tidak bisa mencicipinya.
Mendengar kata-kata terakhir yang di ucapkan Bi Inah, membuat Anita merasa heran dan bertanya-tanya. Dia tahu ayah sahabatnya itu semalam sudah kembali tapi Anita merasa heran kenapa ayah nya harus buru-buru pergi lagi, sementara dia belum bertemu dengan anaknya Lolita.
Kemudian tiba-tiba Lolita datang dan mencium bau wangi masakan yang menurutnya pasti lezat dan membuat perutnya keroncongan.
" Emmh ... aromanya wangi banget, pasti masakannya enak banget ini" sambil membalikan piring yang sebelumnya terbalik untuk segera dipergunakan nya.
" Apa Bibi nemu menu baru?" tanya Lolita penasaran sambil mencicipi masakan tersebut dan jelas rasanya sungguh nikmat.
" Bukan Non. Bukan Bibi yang bikin. Ini temen Non yang bikin, Non Anita. Bibi juga gak nyangka ternyata Non Anita jago masak" puji Bi Inah pada Lolita untuk sahabatnya.
" O ya. Benarkah?" tanya Lolita penasaran.
" Aku gak nyangka kamu bisa masak makanan se enak ini. Kalau Deddy aku tahu pasti dia juga bakalan suka dengan masakan kamu. Dan juga kamu" lanjut puji Lolita sambil tersenyum menggoda sahabatnya.
" Bener itu Non. Tadi juga Bibi bilang begitu" tambah Bi Inah memujinya. Kemudian Bi Inah ingat pesan tuan nya untuk Lolita.
" Oh iya Non tadi Bapak titip pesen. Bapak sudah pulang dari semalam, tapi Bapak minta maaf gak bisa nemuin Non dulu karena buru-buru harus lanjut kerjaan semalam yang belum di selesaikan katanya. Dan juga oleh-oleh yang Non pesen udah bapak taruh di kamar nya, Non tinggal ambil aja" jelas panjang lebar Bi Inah menyampaikan pesan Tuan untuk anaknya Lolita.
" Daddy semalam pulang?. Kok tumben Daddy buru-buru pergi ke kantor pagi-pagi. Gak biasa nya Daddy begitu" tanya heran pada diri sendiri.
Anita yang mendengar hal itu, juga merasa heran dan ada yang aneh. Pada hal jelas-jelas semalam ayah sahabatnya itu bilang langsung pulang setelah menyelesaikan urusannya di luar kota. Tapi Anita tidak berani mengatakan kejadian tersebut pada Lolita. Anita berpikir mungkin memang benar, Om Alex mendadak ada urusan pekerjaan lagi yang harus segera di selesaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Sur Anastasya
lnjut
2022-06-17
0
Eman Sulaeman
seru banget autho
2022-06-09
0
Jumi Roh
seru nih thor
2022-06-05
0