Entah kemana langkah kaki Fatur membawa dirinya berlari, sudah hampir beberapa meter ia masih menggenggam erat tangan Anggita yang sedari tadi dipegangnya. Gadis berwajah oval yang sedari tadi menuruti langkah kaki Fatur membawa dirinya berlari sangat kencang, walaupun sebenarnya Anggita tak tahu apa yang sedang terjadi tapi genggaman tangan itu membuat Anggita merasa nyaman dan aman. Entah kenapa perasaan ini muncul saat Fatur memegang erat tangannya, dan Anggita tidak bisa menolaknya. Disusul Erik dan Lara yang tidak kalah cepat berlari menyusul Fatur yang sudah dulu di depan sana.
Sepertinya Anggita sudah kehabisan napasnya, wajahnya terlihat sangat lelah dan napasnya sudah tidak beraturan lagi. Dengan cepat Anggita melepaskan genggaman tangan Fatur dengan tangan kirinya, seraya menghentikan langkahnya dan mengatur napasnya kembali. Sadar akan itu membuat Fatur ikut berhenti dan menoleh melihat Anggita. Kali ini Fatur tersadar mengapa ia membawa seorang gadis yang tidak dikenal berlari bersamanya.
Wajah Fatur sedikit kebingungan dan tak lama Erik serta Lara berhenti menghampirinya. Patut diacungi jempol jika Fatur sangat kuat untuk berlari tidak seperti Erik yang mulai kehabisan oksigen. Lara menghampiri Anggita yang sepertinya hendak pingsan, semoga saja tidak terjadi. Dan, Lara sadar kemana perginya kue yang baru saja mereka beli? Mengapa kuenya tidak nampak di tangan Anggita padahal sedari tadi Anggita yang memegangnya.
"Git. Lo baik-baik aja, kan?" tanya Lara sambil memegang kedua pundak Anggita menatap temannya berharap jika temannya tidak pingsan.
Mata Lara menatap wajah Anggita yang masih berusaha mengatur napasnya, terlihat Anggita mencoba untuk menjawab pertanyaannya. Namun rasa lelah dan haus menyelimuti dirinya.
"Gue...nggak...kenapa-kenapa," jawab Anggita dengan suara terputus-putus mencoba mengatur napasnya lagi.
"Mereka udah nggak ngejar kita lagi, kan?" tanya Fatur menghampiri Erik yang berada tidak jauh di belakangnya.
"Nggak. Kita berhasil kabur," jawab Erik melihat kebelakang memastikan jika polisi-polisi itu tidak kembali mengejarnya.
"Lega gue." Fatur menutup kedua bola matanya dan menarik napas panjang karena kini merasa aman tidak ada yang mengikutinya lagi.
Sesaat kemudian setelah pasokan oksigen di dalam tubuh Anggita kembali normal, gadis cantik itu berjalan menghampiri Fatur. Anggita dibuat kesal oleh lelaki yang mempunyai senyum manis serta tatapan dingin, bagaimana bisa Fatur menarik dirinya begitu saja. Sadar akan seorang gadis sedang berjalan menghampirinya mimik eskpresi wajah Fatur mendadak cool dan sok jutek. Dari nada dan logat bicaranya dengan teman lelakinya, Anggita bisa menebak jika lelaki yang membawanya lari berasal dari kota yang sama yaitu Jakarta.
"Kenapa lo tiba-tiba menarik tangan gue?" tanya Anggita to the point dengan nada jutek menatap Fatur begitu sinis.
"Sorry gue nggak sengaja," jawab Fatur singkat dengan gaya cool nya.
Tawa menyeringai terlukis di bibir tipis Anggita, tidak mungkin jika lelaki itu sengaja menarik tangannya.
"Lo berdua pencuri ya?" tuduh Lara sambil menunjuk ke arah Fatur dan Erik.
Tuduhan Lara membuat Erik tersinggung, bagaimana bisa wajah setampan mereka menjadi pencuri seperti yang dituduhkan oleh Lara.
"Sembarangan lo kalau bicara! Gue mahasiswa!" sela Erik mulai murka sambil memperlihatkan jas kebesaran almamaternya berwarna biru langit.
Seakan tidak percaya dengan ucapan Erik, bibir Lara mencibir memperagakan ucapan sini Erik kepadanya. Jika mereka berdua mahasiswa bagaimana bisa mereka dikejar-kejar oleh polisi.
"Mahasiswa pembuat onar!" timpal Lara sinis lagi tidak mau kalah.
Merasa tidak terima dengan apa yang baru saja Lara katakan membuat Erik sangat geram dan kesal.
"Kata-kata lo pedes banget kayak bon cabe." Erik menatap Lara dengan tatapan sini.
Ujung bola mata Lara membalas tatapan Erik yang begitu sinis, sepertinya Lara tidak menyesal akan apa yang baru saja diucapkan kepada Fatur dan Erik.
"Kenapa polisi-polisi itu mengejar lo berdua?" tanya Anggita ikut bertanya.
"Gue lagi demo," jawab Fatur singkat seakan malas untuk menjelaskan panjang lebar masalahnya kepada Anggita.
"Lo jauh-jauh dari Jakarta cuma ikut demo aja?" Anggita bertanya sambil menebak jika Fatur berasal dari Jakarta sepertinya.
Hanya karena mereka berdua menggunakan bahasa seperti orang Jakarta membuat Anggita mengasumsikan jika dirinya berasal dari kota metropolitan. Fatur seketika mengerutkan keningnya kenapa bisa Anggita menyangka jika dirinya berasal dari Jakarta.
"Gue bukan dari Jakarta!" tegas Fatur.
"Tapi gaya bicara lo kayak orang Jakarta." Anggita kekeuh tidak mau kalah.
"Memangnya kata 'Gue' sama 'Lo' cuma orang Jakarta aja?" Fatur membuat Anggita terdiam dan tidak mau bicara lagi.
"Terus sekarang lo harus bertanggung jawab karena membawa gue ke sini, dan gue juga nggak tahu tempat ini!" Anggita mengganti topik pembicaraan masih dengan nada ketusnya.
Sepertinya Anggita dan Fatur mempunyai sikap jutek dan judes. Terbukti awal pertemuan mereka berdua dibilang tidak ada kesan manis atau romantis.
"Kenapa mesti gue?" Fatur balik bertanya tidak kalah dengan sikap juteknya.
"Ya karena lo yang narik gue!"
Malas berdebat dengan Anggita membuat Fatur memutuskan untuk mengalah dan meminta maaf kepada Anggita. Baginya berurusan dengan makhluk yang bernama perempuan itu sangat menyebalkan dan merepotkan.
"Gue minta maaf, sekarang lo bisa pergi," usir Fatur mulai lembut dan menyuruh Anggita untuk pergi.
"Enak aja lo cuma minta maaf, terus gue harus pulang ke mana?" emosi Anggita mulai memuncak karena sikap Fatur yang seenaknya kepada Anggita.
Perdebatan terjadi antara mereka berdua sedangkan Erik dan Lara hanya bisa menjadi penonton yang menyaksikan siapa yang akan menang dan mengalah. Melerai mereka berdua juga percuma karena Fatur dan Anggita mempunyai versi sendiri untuk saling membela diri.
"Mana gue tahu lo pulang ke mana! Lo tinggal naik angkutan umum atau ojeg online," kata terkahir Fatur hendak melangkah pergi tanpa pamit kepada Anggita.
Rasanya kepala Fatur sudah mulai terasa sakit dan pusing, jangan-jangan vertigo nya kambuh kembali. Melihat Fatur hendak pergi meninggalkannya dengan spontan Anggita meraih tangan kanannya dan membuat tubuh Fatur yang sedikit lunglai menjadi hilang keseimbangan. Langkah kakinya tertahan lalu berbalik untuk kedua kalinya mereka kembali saling menatap satu sama lain. Bedanya kali ini tatapan mata Fatur begitu dalam menyelami kedua bola mata Anggita yang sedikit oriental. Mata yang indah membuatnya terpana, lalu lelaki penyuka susu menjelajahi wajah cantik Anggita. Mengapa ia saat ini begitu ingin menatap seorang perempuan yang berada di depan matanya. Kulitnya yang putih, matanya yang sedikit oriental, memiliki hidung yang sedikit mancung serta bibir tipis berwarna merah muda membuatnya enggan untuk mengalihkan pandangannya. Seperti ada magnet yang menarik perhatiannya untuk terus menatap Anggita lebih lama. Biasanya Fatur tidak pernah menatap seorang perempuan seperti ini, ia selalu mengalihkan pandangannya jika ada perempuan yang menatap atau memperhatikannya.
"Jangan lama-lama liatin gue nanti lo naksir," ucap Fatur menggoda mencoba menyadarkan Anggita yang sedari tadi menatapnya tidak berkedip.
Ucapan Fatur menyadarkan Anggita dengan cepat gadis berambut panjang sebahu mendorongnya membuat lelaki penyuka otomotif hampir saja jatuh. Tapi kali ini Fatur berhasil mengontrol keseimbangannya.
"Resek lo, ya! Gue berharap nggak akan pernah ketemu sama lo lagi!" Anggita semakin kesal karena Fatur selalu membuatnya marah.
Senyum Fatur begitu manis dan tawa ringan juga terlukis sangat indah dilihat oleh Anggita, meskipun Anggita sangat kesal tapi senyumannya tidak bisa dipungkiri membuat dirinya sangat senang setiap kali melihatnya.
"Sama gue juga berharap nggak akan bertemu lo lagi. Tapi kalau Tuhan berkata lain gue mau bilang apa." Fatur terus menggodanya.
Tidak ingin memperpanjang masalah dan menguras energi akhirnya Anggita meninggalkan Fatur tanpa sepatah kata, dan Lara mengikuti langkah Anggita tanpa berpamitan kepada kedua lelaki yang membuatnya kesal hari ini.
"Parah lo." Erik menghampiri Fatur sambil terus menatap kepergian Anggita dan Lara.
"Judes banget tuh cewek," gerutu Fatur yang sesekali menatap Anggita yang hanya terlihat bagian punggungnya saja.
"Tapi dia cantik," celetuk Erik spontan.
"Yang mana?" Fatur kaget menatap Erik keheranan.
"Cewek yang berdebat sama lo. Dia cantik, berani." Erik terus memuji sosok Anggita.
"Cewek jutek kaya gitu lo bilang cantik?" Fatur tertawa geli mendengarnya.
"Lo nggak sadar kalau dia cantik?" tanya Erik tidak percaya.
"Nggak," jawab Fatur singkat.
"Wah, sakit mata lo."
Fatur terpikirkan oleh apa yang baru saja Erik ucapkan. Memang Anggita sangat cantik, Fatur tidak bisa berbohong jika Anggita sangatlah cantik. Baru kali ini juga ia berani menatap perempuan lebih lama dan membuat sesuatu terjadi di hatinya. Entah perasaan apa itu yang membuat degup jantungnya begitu cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments