Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam. Hari sudah mulai gelap. Para pekerja yang sedari pagi bergelut dengan pekerjaannya mulai bersiap untuk pulang kerumah masing-masing.
Namun tidak dengan Andita. Setelah menyelesaikan semua tugasnya ia berencana untuk segera menemui sang kekasih. Siang tadi Dirga mengiriminya pesan untuk menemuinya disebuah restoran.
Tentu saja hal itu membuat Andita begitu senang. Malam ini ia akan mendapat kepastian tentang hubungannya selama ini dengan Dirga.
Begitu sampai direstoran, Andita langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam.
Netranya berkeliling mencari keberadaan kekasihnya. Tidak lama matanya menangkap sosok Dirga yang tengah duduk bersama seorang wanita.
Dalam hati Andita bertanya-tanya siapa wanita itu. Dia begitu cantik dan modis. Mendadak perasaan Andita berubah menjadi tidak nyaman. Namun segera ia menepisnya ketika melihat Dirga melambaikan tangan padanya.
Andita tersenyum. Dengan langkah sedikit berat akhirnya Andita sampai dihadapan Dirga.
"Andita, duduklah."
Dirga menyuruh Andita duduk di kursi seberangnya. Sementara gadis itu duduk disamping Dirga. Perasaan tidak nyaman itu kembali hadir dan semakin menjadi. Apalagi ketika Dirga menyebut namanya. Biasanya Dirga akan memanggilnya dengan sebutan sayang.
"Andita kau ingin minum apa?" tanya Dirga.
"Apa saja."
"Baiklah aku pesankan minuman dingin untukmu." Dirga memanggil pelayan dan memesankan minuman untuk Andita.
Mata Andita terus menatap gadis yang duduk dihadapannya. Begitu juga dengan gadis itu, menatap Andita dengan penuh penilaian.
"Dirga, siapa dia?" tanya Andita penuh selidik.
Dirga dan gadis itu saling pandang. Kemudian gadis itu menganggukan kepalanya seolah memberi isyarat pada Dirga.
"Oh iya, kenalkan Andita, dia adalah Lusy. Calon istriku."
Deg, Deg, Deg
Andita merasa dunianya berhenti berputar. Tubuhnya membeku. Lidahnya kelu. Andita begitu syock mendengar apa yang baru saja diucapkan kekasihnya.
"A-apa? Ca-calon istrimu?" Andita tergagap. Ia menatap kekasihnya dengan tatapan tidak percaya.
"Ya. Dia calon istriku!"
Tanpa ragu lelaki itu mengulangi kalimatnya.
"Dirga kau sedang bercanda kan?!" Suara Andita begetar. Matanya mulai memanas.
Dirga mengangkat tangan Lusy keatas meja lalu menggenggamnya erat dihadapan Andita. Lelaki itu benar-benar tidak memikirkan perasaan Andita saat ini.
"Maaf Andita, jika kabar ini akan membuatmu terluka. Tapi sepertinya hubungan kita cukup sampai disini."
Tenggorokan Andita tercekat. Sungguh saat ini Andita sedang berusaha untuk tenang dan memahami keadaan.
"Dirga, ada apa denganmu? Bukankah selama ini hubungan kita baik-baik saja?"
"Andita. Hubungan kita selama ini memang baik-baik saja. Tapi tidak dengan hubungan keluarga kita. Selama ini aku lelah menjalani hubungan sembunyi-sembunyi denganmu. Orang tuaku tidak pernah merestui hubungan kita. Jadi aku ingin mengakhiri semua ini. Aku dan Lusy sudah bertunangan dan kami akan segera menikah. Aku harap kau mengerti."
"Apa?! Kau berharap aku mengerti?! Kenapa Dirga? Kenapa kau lakukan ini padaku? Aku sudah menunggumu selama bertahun-tahun. Kau berjanji padaku akan kembali dengan kesuksesan. Kau juga berjanji akan meyakinkan kedua orang tuamu dan akan segera meminangku. Lalu kenapa sekarang kau mengkhianatiku? Bukankah kemarin kau bilang akan memberi kepastian pada hubungan kita?!"
Andita mencoba mengontrol emosinya. Namun tidak bisa, hatinya terlalu sakit menerima kenyataan ini. Tanpa Andita sadari pelupuk matanya mulai basah oleh airmata.
Perdebatan mereka terhenti saat pelayan membawakan minuman pesanan Dirga untuk Andita.
Andita menatap benci pada laki-laki dihadapannya. Ia juga menatap sinis pada Lusy.
"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?"
"Andita.."
"Aku tanya sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?!"
"2 tahun." Jawab Lusy tanpa ragu.
"2 tahun? Selama itu kau membohongiku Dirga? Apa hubungan kita selama 4 tahun tidak berarti apa-apa bagimu? Dan kau! Apa sebelumnya kau tahu bahwa Dirga sudah memiliki kekasih?!"
"Ya aku tahu. Tapi Dirga tidak serius menjalin hubungan denganmu. Dirga mengatakan jika kalian tidak selevel. Kau yang selalu mengejar-ngejarnya dan itu membuat Dirga muak." Ucap Lusy dengan lantang.
Andita sungguh tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lusy. Dadanya kembang kempis menahan amarah.
"Apa benar yang dikatakan wanita ini Dirga?!" Tanya Andita.
Dirga terdiam.
"Jawab Dirga!" Bentak Andita.
"Ya. Aku muak denganmu! Aku muak dengan hubungan kita. Aku ingin semuanya berakhir sampai disini!"
Byuurrr..
Andita menyiramkan minumannya pada dua orang dihadapannya. Tentu saja tindakan Andita membuat keduanya terkejut dan langsung berdiri. Semua orang kini menatap kearah mereka.
"Andita! Apa yang kau lakukan?!" teriak Dirga.
"Jika kau memang sudah muak denganku kenapa kau harus menunggu empat tahun untuk mengakhiri hubungan kita, hah?!"
Andita mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Dadanya terasa begitu sesak.
"Kau tidak lebih dari seorang pecundang Dirga!" Andita mengarahkan telunjuknya pada wajah Dirga.
"Aku tidak menyangka selama ini aku mengharapkan kepastian dari lelaki brengsek sepertimu! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menerima penghinaan ataupun pengkhianatan kalian hari ini." setelah mengatakan itu Andita angkat kaki dari restoran.
Dirga berusaha ingin mengejar Andita, namun Lusy menahannya.
******
Sepanjang jalan pulang Andita menangis tergugu. Berulang kali ia mengusap air matanya. Namun air matanya tidak mau berhenti keluar.
Andita masih tidak percaya bahwa hubungan yang dipertahankannya selama empat tahun ini, harus kandas ditengah jalan.
"Aarrgghhh!" Andita berteriak saat dirinya berhenti disebuah danau yang sepi.
Andita terus memukul-mukul dadanya. Lututnya lemas hingga ia terduduk direrumputan.
"Kenapa? Kenapa kau jahat sekali Dirga! Kenapa?!" Suara Andita terdengar pilu. Gadis itu menundukan wajahnya. Sekelebat bayangan tentang kedua orang tua Dirga yang selalu menolaknya bermunculan diotaknya. Ditambah lagi dengan gadis yang tadi dibawa lelaki itu.
Andita mencoba menenangkan diri dan bangkit dari duduknya. Ia mengusap wajahnya yang basah karena air mata.
Perlahan ia mulai berjalan meninggalkan danau. Namun saat akan berjalan, langkahnya dihadang oleh tiga preman yang sedang mabuk.
Andita begitu takut. Meskipun ia pernah belajar ilmu bela diri namun saat ini dirinya begitu lemah untuk melawan para preman itu.
Ketiga preman sudah mengelilinginya. Andita berusaha mencari celah untuk berlari namun tidak bisa. Yang hanya bisa ia lakukan adalah berteriak minta tolong.
"Tolooong..Toloong.. Pergi kalian!"
"Tenang cantik. Jangan marah-marah. Daripada berteriak lebih baik kau layani kami dengan lembut." Ucap salah satu preman sambil menyeringai disusul tawa preman lainnya.
Kedua preman berhasil memegangi tangan Andita. Satunya lagi mulai menggerayangi wajah gadis itu. Isak tangis Andita kembali luruh. Ia begitu takut. Dirinya hanya bisa berdoa dalam hati, semoga ada orang yang menolongnya.
"Tolong lepaskan aku! Aku mohon biarkan aku pulang!" Andita terus memohon sambil memberontak.
Namun bukannya mendengar permintaan Andita, ketiga preman itu malah semakin beringas. Salah satu dari mereka merobek kemeja bagian lengan yang dipakai Andita dengan kasar.
"Akh... toloong..toloong! Hiks..hiks..!"
"Lepaskan dia!"
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Jean Wonga
kok aneh bilang jgo bladiri,seruet apapun klo ada bjingan seenggaknya bisa kah...bla diri ecek2 mgkin...jgn lmah kah jdi wnita yg strong girl
2023-01-23
0
💕febhy ajah💕
sepertinya menarik,,,,,, kini aku tdk bertamu aja tp aku akan menetap.
2023-01-15
0
Jasreena
ya nyiram elo lah ... basahkan kadal buntung....
2022-06-03
1