Sesampainya dikantor, Andita bergegas masuk kedalam lift menuju ruangannya yang berada dilantai atas.
Ia benar-benar takut kalau dirinya dihukum atau lebih parahnya lagi ia akan dipecat. Begitu lift berhenti, Andita pun segera keluar dan berjalan cepat menuju meja kerjanya.
Namun langkahnya terhenti saat kepala divisi memanggilnya.
"Andita!"
Dalam sekejap suara panggilan itu mampu membekukan tubuhnya. Keringat dingin mulai keluar dari dahinya. Andita memejamkan mata berusaha menetralkan rasa gugupnya.
Kemudian perlahan ia membalikkan badan dan mencoba tersenyum.
"I-iya saya, Bu."
"Dari mana saja kau? Kau tahu ini sudah jam berapa?"
"Ehm.. Maaf Bu, saya terlambat." Hanya itu yang bisa Andita ucapkan sambil menundukan kepalanya.
Semoga aku tidak dipecat.
"Maaf katamu? Kau ini karyawan baru, harusnya kau bisa mengatur waktu agar tidak terlambat." Kepala divisi itu lalu menelisik penampilan Andita yang sedikit berantakan.
"Rapihkan pakaianmu! Dan cepat keruanganku untuk mengambil berkas-berkas yang harus kau kerjakan!" Titahnya lagi.
"Baik Bu."
Syukurlah aku tidak dihukum.
******
Andita menaruh setumpuk berkas diatas meja kerjanya dengan lesu. Ia mendesah. Ternyata kesalahannya hari ini tidak begitu saja membuatnya lepas dari hukuman.
"Dia benar-benar sangat baik padaku sehingga memberiku hukuman sebanyak ini." Gumam Andita saat netranya menatap seluruh berkas yang menggunung diatas mejanya.
Namun ia masih bersyukur dirinya tidak sampai dipecat dari perusahaan yang baru saja menerimanya hanya karena terlambat datang.
Jika sampai ia dipecat karena hal sepele, entah apa yang akan dia lakukan untuk memenuhi kebutuhan Ibu dan adiknya kedepan.
"Andita!" Suara seseorang membuyarkan lamunan gadis itu.
Andita menoleh kesamping tempat dimana suara itu berasal.
"Ferdy!" Seru Andita. "Kau bekerja disini?"
Lelaki itu mengangguk.
Andita seperti mendapat angin segar saat mengetahui sahabat SMA nya dulu, bekerja ditempat yang sama dengannya.
"Wah senang sekali bisa bertemu denganmu!" Andita mengulurkan tangannya untuk menjabat Ferdy. Ferdy pun membalas uluran tangan Andita.
Mereka pun sedikit berbincang karena sudah lama tidak bertemu. Ferdy mengajak Andita untuk melanjutkan obrolannya nanti saat jam makan siang tiba. Andita mengangguk setuju.
Jam makan siang pun telah tiba. Andita dan Ferdy duduk dimeja yang sama. Mereka melanjutkan obrolan yang tertunda tadi dengan suka cita, sambil ditemani dua mangkok bakso dan dua gelas minuman dingin.
"Aku tidak menyangka kau akan diterima diperusahaan besar ini. Mengingat perusahaan ini sangat ketat sekali dalam menyeleksi calon karyawannya." Ucap Ferdy.
"Ya, aku juga tidak menyangka bisa diterima disini. Mungkin ini rezeki Ibu dan adikku." Jawab Andita.
"Oh iya bagaimana keadaan keluargamu? Ayah, Ibu dan adikmu?" Tanya Ferdy.
Sejenak Andita terdiam saat Ferdy menanyakan kabar Ayahnya. Ferdy tidak tahu jika ayah Andita sudah meninggal.
"Kabar Ibu dan adikku baik. Kalau Ayah, beliau sudah pergi 3 tahun yang lalu." Jawab Andita, ia berusaha tersenyum. Sementara Ferdy mengernyitkan keningnya.
"Ma-maksudmu pergi, Ayahmu..."
"Ya. Ayahku telah tiada. Beliau meninggal dalam sebuah kecelakaan."
Deg.
Pernyataan Andita membuat Ferdy terkejut dan diliputi rasa bersalah.
"Maaf Ta, aku tidak tahu kalau Ayahmu sudah..."
"Tidak apa-apa."
Melihat raut wajah temannya berubah sedih, Ferdy berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, darimana kau tahu kalau perusahaan ini sedang membuka lowongan pekerjaan?" tanya Ferdy.
"Aku melihatnya dimedia online."
"Oh begitu rupanya." Ferdy menyendokan bakso kedalam mulutnya.
"Apa kau tahu siapa pemilik perusahaan ini?"
Andita menggeleng. Dia sama sekali tidak peduli siapa pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Yang ia pikirkan hanya mendapatkan uang, uang, dan uang.
"Aku tidak peduli dengan pemilik perusahaan ini, yang penting aku bekerja dan mendapatkan gaji." Jawab Andita lugas. Ferdy terkekeh.
"Ya kau benar juga. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa pemilik perusahaan ini adalah pria berhati dingin. Dia tidak segan-segan memecat bawahannya jika terjadi kesalahan sedikit saja dalam bekerja. Dan dia adalah pemimpin yang disiplin. Dia tidak suka dengan karyawan yang sering terlambat."
Tiba-tiba wajah Andita memucat. Ia menelan salivanya dengan susah.
"Benarkah?"
"Hemm.."
Andita langsung teringat kesalahannya hari ini. Baru masuk dihari pertama saja dia sudah telat. Tanpa disadari tubuhnya bergidik. Ia sedikit takut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ferdy.
Dalam hati Andita berharap semoga kesalahan ini hanya sekali dan dia tidak akan pernah bertemu dengan bosnya itu.
Disaat Andita tengah melamun, tiba-tiba dia dikejutkan dengan ponselnya yang berdering. Seketika wajah Andita berubah cerah.
Ternyata Dirga, sang kekasih yang menelpon. Andita meminta izin pada Ferdy untuk mengangkat teleponnya sebentar. Ferdy mengangguk.
Ternyata dia masih berhubungan dengan Dirga. Lelaki brengsek itu.. Batin Ferdy.
"Hallo Dirga. Bagaimana kabarmu? Kenapa beberapa hari ini kau susah sekali dihubungi. Bahkan pesanku tidak kau balas." celoteh Andita.
Diseberang sana, Dirga tidak menjawab pertanyaan Andita. Dia hanya mengabarkan bahwa dirinya sedang sibuk dan tiga hari lagi dia akan pulang dari luar kota untuk membahas hubungan mereka.
Tentu saja hal itu membuat Andita tersenyum senang. Empat tahun menjalin kasih sudah pasti Dirga akan memberinya kepastian.
Meskipun dulu kedua orang tua Dirga tidak merestui, namun ia yakin lelaki itu sekarang sudah berhasil meluluhkan hati Ayah dan Ibunya.
Andita menutup telepon dengan wajah berseri-seri. Membuat Ferdy merasa penasaran.
"Jadi kau masih berhubungan dengan Dirga?"
Andita mengangguk.
"Dia akan segera pulang Fer. Aku yakin setelah dia kembali dia akan melamarku." Ucap Andita dengan raut wajah penuh harap.
Ya, setelah satu tahun kelulusan mereka Ferdy memang tahu jika Andita menjalin hubungan dengan Dirga. Saat itu mereka bertiga tidak sengaja bertemu disebuah kafe. Dan Andita memberitahu dirinya, jika saat ini Dirga telah menjadi kekasihnya.
Betapa hancurnya hati Ferdy saat itu, karena dirinya pun memiliki perasaan yang sama pada Andita. Hanya saja dirinya tidak memiliki keberanian seperti Dirga untuk mengutarakannya pada Andita. Namun yang Ferdy sayangkan kenapa Andita harus memilih Dirga? Apalagi setahu Ferdy, Dirga bukanlah lelaki baik.
Sejak masih duduk dibangku SMA , Dirga dikenal sebagai lelaki yang selalu menebar pesona. Lelaki itu hanya manis didepannya saja hanya untuk mengesankan dan menaklukan hati para gadis-gadis.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sheila Rampen Walangitan
lanjut
2022-05-31
1
Uci
lanjutkan thor
2022-05-26
1
Deboraannaahna Anna
lanjutkan
2022-04-30
3