Tiing..
Pintu lift terbuka. Dengan langkah cepat Andita segera keluar dari sana.
Tanpa ia sadari semua mata memandang kearahnya. Mereka terkejut dengan lift yang baru saja digunakan oleh Andita.
Pasalnya lift yang digunakan Andita adalah lift khusus untuk presdir Royal Group .
Tidak boleh ada yang menggunakannya selain atasan mereka. Namun siapa sangka seorang karyawan baru berani untuk menaikinya, ditambah lagi presdir mereka ada bersamanya!
Semua karyawan menundukkan kepala saat pandangan mereka bertemu dengan presdir yang masih berdiri didalam lift.
Sementara Andita yang masih belum sadar dengan keadaan disekitarnya, langsung berjalan melewati mereka dan mendudukan dirinya dikursi kerja. Ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, karena lelah harus berkejaran dengan waktu.
Pintu lift kembali tertutup, meninggalkan semua karyawan yang nampak kebingungan.
"Andita, apa yang kau lakukan?!" Bisik Ferdy yang juga melihat kejadian itu.
"Tidak ada." Jawab Andita santai. Sampai detik ini gadis itu masih belum sadar juga. Ferdy menjadi gemas sendiri.
"Maksudku apa yang kau lakukan didalam lift khusus presdir? Kau kan bisa naik lift yang lain."
"Aku? Menaiki lift khusus presdir?" tunjuk Andita pada dirinya sendiri.
"Ya." Jawab Ferdy.
"Kau baru saja menaiki lift khusus presdir. Dan kau tau presdir ada bersamamu tadi!"
Andita mengernyitkan keningnya. Mana mungkin ia berani menaiki lift khusus presdir. Matanya mulai melihat keadaan sekitar. Hampir semua karyawan menatap sinis kearahnya.
Lalu ia mulai mengingat-ngingat. Seketika Andita membeliakkan matanya. Ia membekap mulutnya sendiri dan menelan saliva. Raut wajahnya pun berubah menjadi pucat.
"Andita kau tidak apa-apa?" Tanya Ferdy.
Mati aku apa yang sudah kulakukan!
*****
Sementara didalam lift, Ken masih menahan tawanya. Ia mengingat bagaimana gadis tadi menyebut atasannya CEO berhati dingin.
"Kenapa kau tertawa? Apa kau menertawakanku?!"
Secepat kilat Ken menggeleng.
"Tidak Tuan."
"Jangan berbohong, aku tau kau menertawakanku."
Tiing.. Pintu lift terbuka.
Zidan berjalan keluar diikuti oleh Ken dibelakangnya.
"Apa gadis tadi karyawan baru?" tanya Zidan.
"Sepertinya iya Tuan."
Pantas saja dia berani mengataiku. Kurang ajar!
Zidan sudah masuk kedalam ruangannya. Ia duduk di kursi kebesarannya.
"Apa jadwalku hari ini?"
"Anda akan menghadiri beberapa rapat penting dengan para petinggi perusahaan properti Tuan. Tujuannya untuk membahas kelangsungan kerja sama perusahaan kita yang sempat tertunda, selama Anda pergi mengurus perusahaan anak cabang diluar kota." Jelas Ken.
"Baiklah, atur pertemuannya!"
Ken pun mengangguk. Ia segera pamit undur diri. Baru saja akan melangkahkan kakinya keluar ruangan, Zidan kembali memanggilnya.
"Ken."
"Ya Tuan."
"Sebelum kita menghadiri rapat penting dengan para petinggi, kumpulkan seluruh karyawan perusahaan. Aku ingin mengecek langsung kinerja mereka. Sepertinya akhir-akhir ini peraturan diperusahaanku sudah mulai kendur."
Zidan berbicara tanpa melihat kearah Ken. Matanya fokus menatap dokumen yang sedang diperiksanya.
"Baik Tuan, sesuai perintah Anda."
*****
Semua karyawan berdiri dengan tegap. Mereka tidak berani mengangkat pandangan walau hanya sedetik saja. Dihadapan mereka kini sudah berdiri seorang pemimpin sekaligus pemilik perusahaan tempat dimana mereka mencari nafkah.
Salah sedikit saja mereka bicara, maka tamatlah riwayat pekerjaan mereka.
Zidan memang terkenal dingin dan jarang berinteraksi dengan para karyawannya. Ia juga jarang sekali mengumpulkan seluruh karyawan, jika bukan karena ada suatu hal yang penting atau masalah didalam perusahaan.
Dan kali ini, mereka semua sedang menebak-nebak kesalahan apa yang sudah mereka perbuat hingga mengharuskan mereka berkumpul seperti ini.
Dibelakang Zidan, ada Ken yang berdiri dengan setia. Ia menatap seluruh karyawan dengan intens.
Ken mendapat kepercayaan penuh dari Zidan untuk mengambil setiap keputusan jika Zidan sedang tidak berada dikantor.
Dan apapun keputusan dari Ken semua sudah melalui izin dari pemiliknya.
Zidan memperhatikan karyawannya satu persatu. Lalu menanyakan beberapa hal menyangkut perusahaan. Sebagian karyawan sudah berkeringat dingin. Wajah-wajah mereka terlihat pucat. Mereka takut jika jawaban atau kinerja mereka tidak memuaskan.
Setelah dirasa cukup Zidan memutuskan untuk kembali keruangannya. Membuat semua orang diruangan itu akhirnya menghela nafas lega.
Zidan melangkahkan kakinya menuju lift. Saat berjalan melewati beberapa karyawan, langkah Zidan berhenti tepat dihadapan Andita.
Andita begitu gugup ketika melihat sepasang kaki berhenti didepan matanya. Ia mendongakan wajah, disaat bersamaan Zidan pun melihat kearahnya. Mereka saling bersitatap.
1 detik
2 detik
3 detik
Secepat kilat Andita langsung menurunkan pandangannya. Ia benar-benar mengutuk matanya karena sudah berani menatap sang CEO.
"Kau." Suara Zidan terdengar dingin. Membuat bulu kuduk Andita merinding.
"Sa-saya Tuan." Pandangan Andita masih menunduk.
"Jika kau masih ingin bekerja, belajarlah disiplin!"
"Ba-baik Tuan." Jawab Andita terbata-bata.
Setelah mengatakan itu Zidan berlalu dari hadapan Andita. Sementara tubuh Andita masih mematung ditempat sampai Zidan dan Ken menghilang dari ruangan tersebut. Beberapa orang yang sempat melihat adegan tadi tersenyum sinis pada Andita.
"Hey anak baru, kau dengar kata Tuan Zidan tadi? Lebih baik sekarang kau jaga etos kerjamu, jika kau masih ingin berada disini." Ucap salah satu senior.
Andita menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia tidak mau mencari masalah dengan menggubris ucapan seniornya karena hari ini dia memang membuat kesalahan. Tidak lama Ferdy datang menghampiri Andita lalu mengajaknya kembali bekerja.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Alifah Azzahra💙💙
Dasar si Zidan dinginnya minta ampun Tpi lama kelamaan dia jga pasti akan mencair
2023-12-27
0
Febri Ana
lanjuutt thor
2022-06-09
1
Your name
Seru banget makin kesini, lanjut..
2022-06-06
2