My CEO My Husband
Kriiinggg...
Alarm pagi berbunyi begitu nyaring. Menusuk gendang telinga bagi siapa saja yang mendengarnya.
Andita menggapai-gapaikan tangannya untuk meraih jam yang sedari tadi berbunyi diatas nakas. Matanya masih terpejam.
Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka oleh seseorang.
Ceklek..
Nazwa, adik satu-satunya Andita menyembulkan kepalanya kedalam kamar sang Kakak. Matanya melihat bagaimana Kakak perempuan satu-satunya itu masih nyaman bergelung diatas tempat tidur.
"Ya ampun, Kakak! Kenapa belum bangun juga?! Ini sudah jam 7. Bukankah hari ini adalah hari pertama Kakak bekerja?!" Nazwa berjalan kearah tempat tidur, lalu mematikan alarm yang sedari tadi berdering diatas nakas. Kemudian ia menggoyang-goyangkan tubuh sang kakak dengan sedikit kasar.
Andita yang samar-samar mendengar ucapan adiknya spontan membuka mata.
"Kau bilang jam berapa Naz?! Jam 7?!!"
Nazwa mengangguk.
Andita mengucek-ngucek matanya. Ia meraih jam weker diatas nakas untuk memastikan. Dan seketika rasa kantuk yang masih menderanya tiba-tiba menghilang begitu saja.
"Ya Tuhan, kenapa aku memasang alarm jam 7?! Bagaimana ini Nazwa?! Ini hari pertama Kakak bekerja!" Raut wajah Andita terlihat panik.
"Aku pikir Kakak sudah bangun dan sedang bersiap-siap. Tidak tahunya masih tidur." Ucap Nazwa yang juga ikut panik.
"Kalau begitu cepat mandi Kak! Aku akan menyiapkan sarapan dan baju untuk Kakak!"
"Ah iya baiklah. Terimakasih Naz!"
Andita langsung bangkit dari tempat tidur dan bergegas kekamar mandi. Secepat kilat ia menyelesaikan ritualnya.
Waktu sudah menunjukan pukul 7.15 . Andita sudah rapih dengan pakaian formal dan riasan make up tipis diwajahnya. Rambut hitamnya ia biarkan tergerai. Andita sudah siap untuk pergi bekerja.
Sebelum berangkat, Andita melangkahkan kakinya kekamar sebelah. Ia menghampiri sang Ibu untuk berpamitan.
Ibu yang masih terbaring lemah diatas kasur tersenyum pada putri sulungnya.
"Bu, Andita berangkat kerja dulu ya! Ini hari pertama Andita bekerja di kantor. Doakan Andita semoga betah ditempat kerja." Andita menggenggam tangan sang Ibu, lalu mengecupnya dengan penuh kasih sayang.
Ibu mengangguk pelan.
"Iya nak. Pergilah dan hati-hati dijalan. Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu."
Andita mengusap pucuk rambut Ibu yang mulai terlihat memutih lalu menciumnya.
"Terimakasih Bu. Andita sayang Ibu. Jangan lupa makan dan minum obatnya ya Bu!" pesan Andita penuh perhatian.
Ibu kembali mengangguk pelan.
Setelah berpamitan pada Ibu dan adiknya, Andita pun meninggalkan rumah tanpa sarapan.
Nazwa yang melihat kakaknya pergi dengan terburu-buru hanya bisa berdoa dalam hati. Semoga sang kakak tidak terkena masalah dihari pertamanya bekerja.
Nazwa sebenarnya tidak tega melihat kakaknya bekerja. Dulu sewaktu Ayahnya masih hidup mereka selalu hidup serba berkecukupan.
Namun takdir ternyata tidak selalu mulus. Mereka harus menerima kenyataan pahit ketika sang Ayah mengalami sebuah kecelakaan maut yang merenggut nyawanya.
Sepeninggal sang Ayah, kehidupan mereka berubah drastis. Mereka harus hidup berhemat dan mengandalkan sisa tabungan yang ada.
Ditambah lagi sudah hampir satu tahun ini ibu mereka menderita penyakit gagal ginjal. Otomatis pengeluaran mereka semakin bertambah.
Namun kehabisan uang bukanlah masalah bagi Andita dan Nazwa jika demi kesembuhan sang Ibu.
Berkali-kali Andita dan Nazwa membujuk Ibunya untuk dirawat di rumah sakit. Namun Ibu bersikukuh tidak mau, dengan alasan Ibu baik-baik saja dan akan segera sembuh. Padahal Ibu hanya tidak mau merepotkan kedua putrinya.
Ibu tahu semua peninggalan sang Ayah bahkan sudah habis terpakai untuk berobat dirinya. Dari mulai tabungan dan beberapa barang-barang berharga pun telah dijual. Semua itu untuk membiayai keperluan Ibu, yang mengharuskannya melakukan cuci darah seminggu 2 kali. Dan biayanya juga tidak murah.
Belum lagi ditambah biaya keperluan sehari-sehari dan biaya kuliah Nazwa. Untung saja Nazwa mendapatkan beasiswa dari kampusnya. Jadi biaya yang harus dikeluarkan tidak terlalu besar.
Tanpa disadari ketika mengingat semua itu, Nazwa menitikkan air matanya. Ia bertekad kelak ia akan membahagiakan Ibu dan Kakaknya.
*****
Beberapa kali Andita melirik jam dipergelangan tangannya dengan gusar. Saat dirinya sedang berdiri dipinggir jalan untuk menunggu angkutan umum.
Waktu sudah menunjukan pukul 7.25. Belum ada satupun angkutan umum yang lewat. Andita benar-benar merasa frustasi. Kenapa dihari pertamanya masuk kerja ia harus mengalami masalah keterlambatan.
Jarak dari rumah kekantornya memakan waktu kurang lebih sekitar 45 menit. Sedangkan jam masuk kantor pukul 8 pagi. Andita sungguh tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan diterimanya saat sampai ditempat kerja.
Ketika ia sedang larut dalam kekhawatirannya, tanpa sengaja Andita mendengar seorang wanita paruh baya berteriak minta tolong.
"Tolong.. toloong..rampokk...rampokk.. toloong..rampokk.. tolong!!!" Teriak wanita itu histeris.
Kebetulan sekali perampok yang diteriaki Ibu itu melintas kearah Andita. Secepat kilat Andita menghadangnya dengan kaki, hingga membuat perampok itu tersandung lalu tubuhnya tersungkur ke aspal.
Perampok itu bangun dan hendak membalas perbuatan Andita dengan menodongkan pisau. Untung saja Andita bisa menghindar. Ia berani melawan perampok itu karena sewaktu kecil dirinya pernah belajar ilmu bela diri.
Tidak butuh waktu lama, perampok itu pun berhasil Andita lumpuhkan.
Beberapa warga ikut membantunya untuk meringkus perampok itu lalu membawanya ke kantor polisi.
Kini tinggal Andita dan Ibu yang dirampok tadi yang tertinggal dipinggir jalan. Andita menyerahkan tas yang dirampok tadi pada Ibu itu.
"Ini tas anda Nyonya."
Ibu itu pun menerimanya.
"Terimakasih Nak atas bantuannya! Untung saja perampok tadi berhasil ditangkap, kalau tidak.."
"Sama-sama Nyonya. Lain kali Nyonya harus berhati-hati. Disini rawan sekali perampok. Tapi sepertinya perampok tadi belum mengambil apapun dari tas Nyonya." Andita memotong ucapan Ibu itu sambil menunjuk tasnya.
"Ah iya. Semuanya masih lengkap." Jawab si Ibu setelah mengecek isi tas. Wanita paruh baya itu pun mengeluarkan sejumlah uang untuk Andita sebagai rasa terimakasihnya.
"Ambil ini Nak. Terimakasih atas bantuannya tadi."
Namun dengan cepat Andita menggelengkan kepalanya seraya mendorong pelan tangan Ibu itu.
"Tidak perlu Nyonya. Saya ikhlas menolong anda." Andita tersenyum, membuat Ibu itu terpana.
"Oh iya mohon maaf, sepertinya saya harus segera pergi, karena saya sudah sangat terlambat untuk ke kantor. Saya permisi Nyonya." Ucap Andita. Ia melirik kearah jam tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul 7.45.
Habislah aku!
Tanpa menunggu persetujuan ibu itu, Andita pun segera berlari menjauh meninggalkan Ibu itu sendiri.
Wajah Andita terlihat panik. Ia benar-benar takut jika sampai dirinya dipecat. Untung saja ada tukang ojek yang lewat. Andita memberhentikan tukang ojek itu kemudian ia segera naik dengan tergesa-gesa.
Sementara Ibu tadi menatap kepergian Andita dengan perasaan kagum.
Ia berharap semoga kelak bisa bertemu lagi dengan gadis yang menolongnya.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Alifah Azzahra💙💙
Mampir yah Thor 🥰🥳
2023-12-27
0
💕febhy ajah💕
melipir kesini, semoga bisa menarik hati sehingga bisa bertamu dan menetap. capek kesana kemari ngintip aja baru kabur.
2023-01-15
0
Shofie Maryam
sama kak coba menyimak smga bgus dan teruz sampai end
2022-10-16
0