Tadinya, Mikha pikir Gavin tidak akan mempersulit harinya. Pekerjaannya sebagai sekertaris tak akan menguras tenaga dan pikirannya. Kenyataannya, segudang agenda Gavin membuat Mikha kewalahan untuk mengatur semuanya. Mikha juga harus mengikuti kemanapun Gavin pergi untuk meeting demi sebuah laporan yang harus dia kerjakan sebelum pulang ke rumah.
Alhasil, dia lebih sering lembur. Bahkan pulang sampai larut malam.
Gilang sudah jarang dia lihat. Yang ada hanya wajah kakak iparnya yang datar, yang selalu memberinya pekerjaan tanpa memikirkan Mikha yang sudah kelelahan.
"Nyerah aja boleh nggak, sih? Punya atasan gini banget, ya Allah." Bibirnya menggerutu kesal. Tapi tangan dan matanya tetap bekerja. Kacamata anti radiasi sudah dia kenakan sejak sore karena dia harus menghadap laptop dan komputer sampai malam hari. Pedas rasanya.
Mikha sempat menyesali keputusannya untuk magang di kantor Gavin. Tapi sayang, semua sudah terlambat. Dia tidak bisa pindah ke kantor manapun.
"Ini udah jam delapan. Tapi baru dapat setengah. Mau pulang jam berapa aku? Itu si Gavin nggak ada rasa kasian sedikitpun ke aku apa, ya?"
"Pulang aja kalau capek. Biar saya yang mengerjakan. Maaf, sudah membuat kamu lelah akhir-akhir ini."
Mikha terperanjat saat mendengar suara Gavin. Entah sejak kapan Gavin sudah berdiri di dekat Mikha. Yang jelas, Gavin mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Mikha.
"Pak Gavin?"
"Panggil kakak aja. Kita udah di luar jam kerja."
Mikha mengangguk. "Sejak kapan kakak ada di sini?"
"Sejak kamu mulai menggerutu kesal seperti tadi. Sudah. Siap-siap pulang. Biar saya yang kerjakan."
Gavin menggeser posisi Mikha. Lalu mengambil laptop yang masih menyala untuk dia bawa ke dalam ruangannya.
"Kak Gavin mau sampai jam berapa di sini? Ini udah malam."
"Masih jam delapan. Saya bisa di sini sampai kapanpun yang saya mau."
"Iyalah orang situ yang punya kantor."
Mikha mulai membereskan mejanya hingga rapi sebelum beranjak pulang. Setelah ini dia harus menyetir mobil lagi sampai rumah. Padahal tangan dan pundaknya sudah terasa pegal. Malas rasanya kalau harus menyetir mobil. Tapi mau bagaimana lagi. Resiko punya suami, tapi tidak pernah dipedulikan. Mungkin kalau Mikha mati, Gilang juga tidak akan peduli.
"Berani pulang sendiri?"
"Ih, ngagetin!!!"
"Aduh!"
Tanpa sengaja Mikha memukul kepala Gavin dengan kunci mobilnya saat tiba-tiba saja dia keluar dari ruangannya dan suaranya mengejutkan Mikha.
"Bar-bar banget, sih, jadi cewek," gerutu Gavin. Tangannya masih mengusap kepalanya yang terasa sakit akibat pukulan Mikha yang penuh tenaga.
"Suruh siapa ngagetin aku?"
Gavin menghembuskan napas panjang. "Berani pulang sendiri nggak?"
"Beranilah. Biasanya juga gitu, kan?" jawab Mikha dengan sinis. Mengingat selalu diminta untuk lembur oleh Gavin membuatnya sangat kesal. Dia iri dengan teman-temannya yang lain yang bisa pulang tepat waktu.
Cukup lama Gavin terdiam sebelum dia berucap dan membuat Mikha tertegun sesaat. "Hati-hati di jalan, ya. Hubungi saya kalau ada apa-apa. Oh, iya. Berjuang memang penting. Tapi ketika perjuangan mu sia-sia, buat apa kamu bertahan?
Lebih baik cari tempat dimana dirimu dihargai, bukan di butuhkan."
Setelahnya, Gavin langsung kembali masuk ke ruangannya. Tidak tahu saja dia kalau ucapannya barusan mengundang segudang pertama di kepala Mikha.
🌹🌹🌹
"Bagus, ya, pulang malam terus? Kamu magang apa ada plus-plusnya di sana?"
Baru saja Mikha masuk ke dalam rumah, sindiran pedas itu sudah dilayangkan Gilang untuknya.
Mikha urung naik ke kamarnya. Dia lebih memilih mendekati Gilang dan menatapnya dengan tajam. "Maksud Lo apa ngomong kayak gitu?"
Gilang tersenyum sinis. Kemudian kembali memusatkan pandangannya pada televisi. "Sudahlah. Gue rasa juga Lo paham tanpa gue bicara banyak."
Dengan menghembuskan napas dengan kasar, Mikha berjalan menaiki tangga. Malam ini dia tak ingin berdebat dengan Gilang, apapun masalahnya. Mikha lebih sayang pada tubuhnya yang sudah ingin beristirahat.
Mikha membenarkan apa yang diucapkan Gavin. Buat apa dia bertahan kalau disia-siakan? Sepertinya Mikha harus mulai mencari tahu kenapa Gilang tidak ingin menceraikan dirinya. Mikha tahu bukan cinta yang menjadi alasan mengapa Gilang tidak mau menceraikan Mikha.
***
"Harus dari mana gue cari tau semuanya, ya, Na?"
"Kenapa Lo nggak tanya aja sama kakak ipar Lo. Gue yakin dia tahu sesuatu tentang alasan Gilang yang nggak mau menceraikan Lo."
Ada benarnya apa yang dikatakan Sena. Mikha bisa bertanya pada Gavin. Tapi... "Lo yakin Gavin mau bilang ke gue kalau dia tau alasannya?"
"Kalau dia kasian sama Lo, harusnya dia mau ngasih tau Lo, Kha."
Mikha mengangguk mengerti. Mungkin besok Mikha akan tanya pada Gavin. Lebih cepat lebih baik agar dia bisa segera terlepas dari Gilang.
Keesokan harinya, Mikha benar-benar menanyakan hal tersebut pada Gavin. Tapi seperti biasa, Gavin hanya menatapnya datar tanpa mau menjawab apapun. Sekalinya memberi jawaban, bukan mengobati rasa penasaran Mikha justru menambah rasa penasarannya.
"Suatu hari kamu akan tau sendiri, Mikha. Bukan hak saya untuk bicara tentang masalah ini."
"Tapi gue yang tersiksa di sini, Kak. Lo nggak kasian sama gue?" Kali ini, Mikha berbicara sebagai kakak dan adik ipar. Tak peduli sekalipun mereka masih di kantor dan masih jam kerja pula. "Lo bayangin kalau Lo jadi gue, Kak. Setiap hari harus makan hati karena orang yang gue sebut suami itu nggak pernah menjalankan perannya sebagai suami. Gue dipaksa buat terima semuanya tanpa ada yang mau mengerti perasaan gue."
Air mata Mikha berjatuhan tanpa bisa dia cegah. Biar saja dia ungkapkan semuanya di hadapan Gavin. Dengan harapan Gavin bisa membantunya untuk bisa pergi dari kehidupan Gilang yang menyakitkan.
"Di umur gue yang sekarang, gue udah dipaksa buat nikah dengan alasan konyol. Perjodohan di masa lalu yang menjadikan aku korbannya. Mungkin akan lebih baik rasanya kalau yang menikahi gue itu cowok baik-baik, tanggungjawab, dan bisa membuat gue menerima perjodohan ini dengan ikhlas. Tapi ini enggak, kak. Dia nggak cinta sama gue, dia acuh ke gue, bahkan mungkin saja dia sudah bermain di belakang gue. Sakit, Kak. Lo nggak tau, kan, rasanya gimana jadi gue? Jadi tolong, Kak. Kalau Lo tahu sesuatu tentang Gilang, Lo bilang ke gue. Bantu gue buat lepas dari ini semua, Kak."
Tiba-tiba saja, Mikha sudah berjalan ke arah Gavin.
Gavin terkejut saat Mikha bersimpuh di hadapannya. Memegang kedua kakinya dan mata Mikha menatapnya dengan tatapan memohon. "Tolong, Kak, bantu gue. Gue beneran udah nggak tahan sama semua ini."
"Bangun, Kha. Jangan kayak gini." Gavin membantu Mikha untuk kembali berdiri. Tanpa ragu, Gavin segera memeluk Mikha yang menangis sesenggukan.
Gavin juga tidak tahan melihat Mikha seperti ini. Dia ingin membebaskan Mikha dari toxic relationship yang dia jalani. Tapi juga ada satu hal yang membuatnya tidak bisa melakukannya.
Yang bisa Gavin lakukan saat ini hanya memberi tempat yang nyaman untuk Mikha. Membahagiakan Mikha dengan caranya sendiri.
"Saya memang tidak bisa membantu kamu, Kha. Tapi kamu punya tempat berkeluh kesah sekarang. Saya. Kamu bisa berkeluh kesah kepada saya. Memang belum tentu bisa membantumu. Tapi setidaknya kamu memiliki tempat untuk bercerita. Tidak lagi kamu pendam sendiri apa yang kamu rasakan selama ini."
Mikha merasakan kenyamanan yang belum pernah dia rasakan saat berada di dalam pelukan Gavin.
Dengan memberanikan dirinya, Mikha menggerakkan tangannya untuk membalas pelukan Gavin.
"Saya akan selalu ada buat kamu disaat kamu butuh."
"Terimakasih, Kak. Memang cuma Sena dan Kak Gavin yang bisa memahami perasaan aku."
Mikha menyerah. Tidak lagi mencari informasi soal Gilang dari Gavin. Tapi dia tidak akan berhenti sampai di sini. Mikha akan tetap berusaha mencari tahu semuanya meskipun tidak tahu harus bagaimana caranya.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Apakah Gilang ada kaitannya dngn hak waris atau apa hingga dia tdk mau menceraikan Mikha,,,,,
Dan apakah Gavin hanya anak angkat???? Duuhh!! msh ruwet ini teka-tekinyaaa,,,,lanjuut thor
2023-08-15
1
annisya noor nikmah
kira2 apa alasan gilang gk mau ceraikan mika ya???? penasaran.....
2023-06-03
1
annisya noor nikmah
syediiiih deh bacanya🥹
2023-06-03
0