Bahagia Mikha itu Sederhana

"kamu jadi sekertaris saya. Menggantikan sekertaris saya yang lama karena cuti melahirkan."

Mikha terperangah mendengar ucapan Gavin. "Kak? Eh, maaf. Maksud saya Bapak." Buru-buru Mikha meralatnya karena salah memanggil. Sebab ini di kantor, bukan di rumah. Saat ini Gavin adalah atasannya. "Pak Gavin nggak salah ngomong? Saya di sini magang, loh, Pak. Kenapa sudah jadi sekertaris? Pak Gavin nggak takut pekerjaan Pak Gavin justru berantakan gara-gara saya?"

"Kalau saya memilih kamu, itu artinya kamu saya anggap mampu," ujarnya dengan datar.

Gavin melempar pelan buku agenda di hadapannya hingga terjatuh tepat di hadapan Mikha. "Laporan meeting tadi pagi ada di situ. Salin ke laptop dan jelaskan secara rinci di setiap pointnya."

"Kak Gavin gila?" pekik Mikha kesal.

"Kenapa?"

Mikha menggeleng pelan. "Maaf. Maksud saya Pak Gavin serius soal ini? Saya nggak ikut meeting, Pak. Gimana saya bisa jelaskan secara rinci?"

"Akan saya bantu. Ambil laptop di meja sekertaris depan. Bawa sini, kerjakan di sini."

"Tap-tapi, Pak?"

"Cepat atau saya pindah kamu ke bagian cleaning servis!"

"Ah, jangan, Pak. Oke. Saya ambil sekarang."

Dengan cepat Mikha keluar dari ruangan Gavin lalu mengambil laptop yang ada di ruang sekertaris. "Iiihhh... Ngeselin banget, sih, punya kakak ipar satu aja," gerutunya dengan kesal.

Ternyata selain memiliki sikap dingin, Gavin juga memiliki sifat yang menyebalkan. Baru kali ini mahasiswa magang langsung dijadikan sekertaris. Biasanya juga ditugaskan di beberapa divisi.

"Duduk dan mulai kerjakan dengan cepat dan benar!"

"Pak Gavin, please! Saya baru pertama kalinya mengerjakan seperti ini. Jadi jangan meminta saya untuk bisa cepat apalagi benar. Oke?"

"Kenapa malah kamu yang mengatur saya?"

"Ya Tuhan. Salah lagi aku di mata dia." Mikha menepuk dahinya berkali-kali.

Dengan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, Mikha memasang sebuah senyuman lebar. Manis namun tetap terlihat senyum itu dipaksakan. "Maaf, Bapak. Saya tidak bermaksud mengatur bapak. Saya kerjakan sekarang laporannya."

Mikha mulai menyalakan laptop lalu mengetik beberapa bagian yang sebelumnya sudah dia pelajari di kampus.

Gavin tak berbohong. Dia banyak mengajari Mikha. Memberitahu Mikha apa yang dibahas pada saat meeting. Point penting yang harus ditulis beserta penjabarannya. Pekerjaan Mikha kali ini hanya seperti juru ketik saja karena semua hasil pemikiran Gavin sendiri.

"Aahh, capek." Mikha menggeliatkan tubuhnya. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku dan pegal karena terlalu banyak mengetik dan duduk di depan laptop.

Hal itu tak luput dari perhatian Gavin. Gadis berusia dua puluh satu tahun itu ternyata tak buruk juga untuk dijadikan sekertaris. Dia bisa belajar dengan cepat. Hasil kerjanya pun rapi. Gavin merasa puas.

Sayangnya, Gavin tipe pekerja yang tak kenal waktu. Dia tak peduli meskipun jam makan siang terlewatkan tanpa memberi kesempatan kepada Mikha untuk istirahat terlebih dahulu.

Gavin tetap meminta Mikha untuk mengerjakan tugasnya meskipun wajah Mikha sudah tertekuk kesal karena waktu istirahatnya tersita.

Sebagai gantinya, Gavin sudah memesankan makanan dan minuman untuk Mikha. Seorang OB baru saja masuk membawa makanan dan minuman tersebut.

"Makan siang buat kamu," ucap Gavin dengan cuek. Bahkan melihat ke arah Mikha pun tidak.

"Wah, jus mangga. Darimana Pak Gavin tau minuman kesukaan aku?" Mikha dengan senang mengambil segelas jus mangga di hadapannya lalu meminumnya dengan rakus. Mikha adalah penyuka mangga. Dari mulai makanan, minuman, hingga sabun dan shampo yang dia pakai pun beraroma mangga.

"Percaya diri sekali kamu. Kebetulan saja saya pesannya mangga."

Mendengar jawaban Gavin, seketika wajah Mikha berubah kesal. Dia segera berdiri dan mengambil makanannya untuk dibawa keluar. Dia akan makan di pantry. Bukan di hadapan Gavin yang menyebalkan.

Bukannya kenyang, yang ada justru dia kehilangan selera makan.

🌹🌹🌹

"Tugas di bagian apa kamu, Ka? Sama Pak Gavin disuruh ngapain?"

"Ngeselin banget, Vy. Masa aku disuruh jadi sekertarisnya dia. Kan, aku belum tau apa-apa. Mana udah disuruh buat laporan lagi. Aku mana ngerti laporan apa saja yang harus aku tulis."

"Tapi biasanya diajarin dulu, kan?"

"Ya iya, sih. Tapi kan, tetep aja kesel jadinya. Kayak aku dipaksa harus cepat bisa gitu, loh, Vy. Nggak boleh ada yang salah."

"Atasan mah bebas, Ka. Kita harus bisa menyesuaikan dia yang udah mahir dalam segala hal. Tapi masa sama adik ipar sendiri nggak dikasih keringanan, sih?"

"Dikasih jus mangga sama makanan, nih."

Livy tertawa kecil. "Rejeki itu, Ka. Makan yang banyak biar kuat ngadepin kakak ipar. Udah, ah, mau balik ke ruangan. Bikin kopi karena ngantuk banget tadi."

Mikha mengangguk mengiyakan. Jam dua siang memang begitu nikmat jika untuk mengantuk. Apalagi kalau bisa sampai tidur.

Jadi, Mikha lebih memilih tidur di ruang sekertaris daripada kembali di ruangan Gavin setelah dia menghabiskan makanannya. Matanya terlalu lengket dan tak kuat lagi untuk melek sebentar saja.

Salahnya sendiri kenapa semalam nekat begadang menonton Drakor padahal hari ini adalah hari pertamanya magang.

🌹🌹🌹

Pandangan Gavin tak lepas dari gadis yang kini tengah tertidur pulas. Satu jam lamanya waktu yang diberikan Gavin untuk Mikha makan siang. Tapi Mikha tak kembali ke dalam ruangannya hingga dua jam lamanya.

Gavin pun berinisiatif mencari Mikha lewat cctv yang terhubung ke laptopnya. Dari sana Gavin bisa tau kalau ternyata Mikha tidur di ruang sekertaris.

Gavin menggelengkan kepalanya, heran. Dalam keadaan bekerja kenapa bisa-bisanya dia tidur pulas seperti saat ini? Bahkan saat masih ada pekerjaan yang menantinya.

"Cantik," gumam Gavin menyaksikan mata lentik itu terpejam.

Ya. Memang sejak pertama kali melihat Mikha, Gavin sudah mengagumi kecantikan Mikha.

Sayang, ternyata Mikha dijodohkan dengan Gilang, bukan dengan dirinya.

Sejak saat itu Gavin berusaha untuk tidak mengagumi Mikha lagi. Dia berusaha sekeras mungkin meskipun bayang-bayang Mikha selalu melintas di pikirannya.

Wajah cantiknya, senyum manisnya. Semua tentang Mikha terus menari-nari di kepalanya.

Rasa ingin melindungi Mikha pun hadir dengan sendirinya saat Gavin tau kalau Gilang tak memperlakukan Mikha sebagai seorang istri. Gavin tau semua yang dilakukan Gilang di belakang Mikha. Dan Gavin pun tau apa yang terjadi di dalam rumah tangga Mikha dan Gilang.

Tuhan seperti mendengar doanya. Mikha datang sendiri ke hadapannya dengan mengajukan permohonan magang di kantornya.

Tanpa berpikir panjang, Gavin pun langsung menerima Mikha tanpa berpikir ulang.

Semesta pun seolah turut mendukung. Bersamaan dengan masuknya Mikha ke kantor, Rani sekertaris Gavin sebelumnya pun cuti karena sudah mendekati waktu melahirkan.

Gavin menjauhkan dirinya dari Mikha saat perlahan Mikha membuka kedua kelopak matanya. Mata lentik nan cantik itu mengerjap berkali-kali. Hingga dia terlonjak kaget saat melihat ada Gavin yang berdiri di hadapannya sambil menatap Mikha dengan tajam.

"Enak, ya? Tidurnya nyenyak?" sindir Gavin dengan halus.

"Ma-maaf, Pak. Saya ketiduran."

"Ketiduran atau sengaja untuk tidur? Ikut saya ke ruangan saya!"

"Baik, Pak."

Dengan menunduk, Mikha berjalan pelan di belakang Gavin. Mengikuti Gavin untuk masuk ke ruangannya.

"Aduh!" Mikha mengaduh saat tubuhnya menabrak Gavin yang tiba-tiba berhenti.

"Makanya kalau jalan lihat ke depan."

"Bapak juga berhentinya tiba-tiba begitu."

"Jawab aja kerjaan kamu. Buatkan saya kopi. Jangan terlalu manis."

"Baik, Pak."

Mikha tak tahu bagaimana selera kopi Gavin. Sebab itu dia memasukkan dua sendok teh kopi dan satu sendok teh gula ke dalam cangkir lalu menuangkan air panas ke dalamnya. Entah bagaimana rasanya, Mikha harap ini sesuai selera Gavin yang meminta kopi yang tidak terlalu manis.

"Bapak juga makan makanan seperti ini? Wah, enak-enak ini mah."

Berbagai jajanan di pinggir jalan kini sudah tersaji di atas meja Gavin. Mikha ingin, tapi dia tak berani menyentuhnya. Dia bisa membeli semuanya sendiri, sebenarnya. Sekalian beli gerobaknya pun bisa. Tapi kalau seandainya saat ini Gavin memberikan satu saja untuknya, Mikha tak akan menolak.

"Baru tau ada CEO yang doyan beginian."

"Saya nggak suka makanan seperti itu."

"Kalau nggak suka kenapa beli? Buang-buang duit aja."

"Saya beli buat kamu."

"What?" Wajah Mikha berubah cerah. "Bapak seriusan?" tanyanya antusias.

"Ya. Habiskan kalau kamu kamu semua."

"Ah, siap, Kakak. Terimakasih banyak.",

Mikha mulai mengambil cimol. Setelah habis, Mikha mengambil cilok. Begitu seterusnya hingga makanan-makanan itu hampir habis. Semua masuk ke perutnya dengan lancar tanpa penolakan sedikitpun.

Gavin yang diam-diam memperhatikan setiap gerak Mikha pun tersenyum tipis. "Sesederhana itu cara dia bahagia," batinnya berucap.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Trus yng dilakukan Gilang selama 6bln ini diluaran apa thor,apakah Gilang punya pacar!!!!

2023-08-15

1

.

.

iya gavin, kamu harus jadian sama mikha, biar dia gak tersakiti melulu

2023-04-16

0

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

kejar cintamu gavim

2023-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!