Rea tampak berseri layaknya pengantin pada umumnya. Gadis cantik dengan balutan wedding dress berwarna gading itu tak henti-hentinya mengembangkan senyuman saat menyambut para tamu undangan. Bohong jika dirinya tidak bahagia karena kini ia sudah resmi menyandang status sebagai seorang istri. Istri dari lelaki yang amat ia cintai. Di sisinya Zain berdiri gagah dengan balutan tuxedo dengan warna senada, tetapi lelaki itu sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa pun.
"Ck, aku sangat lapar. Sejak siang tadi belum sempat menyentuh makanan." Keluh Rea saat para tamu mulai berkurang.
"Sebaiknya kita ke kamar, aku rasa ini sudah cukup."
"Ck, lalu bagaimana dengan tamu yang baru datang?" Rea menatap suaminya penuh tanya.
"Tidak ada tamu lagi. Ikut aku." Zain melangkah pasti meninggalkan pelaminan. Rea pun mengekor di belakangnya dengan susah payah karena gaunnya terlalu panjang.
"Mau kemana?" Tanya Elsha yang sejak tadi sudah turun dari atas pelaminan dan melihat putranya. Zain menahan langkahnya, Rea yang tak menyadari itu pun menubruk punggung suaminya.
"Sorry." Ucapnya seraya membenarkan posisi mahkota di kepalanya. Gadis itu terlihat linglung karena sudah sangat lelah.
"Kami ke kamar dulu, Rea juga lelah." Sahut Zain melirik istrinya sekilas. Lalu gadis itu pun mengangguk pasrah. Elsha yang melihat itu pun tersenyum geli.
"Ya sudah, sana ke kamar. Mommy sapa tamu-tamu yang baru datang dulu."
Zain dan Rea pun mengangguk pelan. Kemudian mereka pun beranjak menuju kamar hotel yang sudah di booking sebagai kamar pengantin.
Sesampainya di kamar pengantin, Rea langsung mencopot gaun dan semua aksesoris yang menempel di tubuhnya. Sedangkan Zain langsung ke kamar mandi.
Kini Rea hanya mengenakan tanktop dan hotspant, duduk manis di atas pembaringan. Gadis itu menunggu suaminya keluar dari kamar mandi. Sejak tadi matanya terus tertuju pada dinding kaca kamar mandi yang dikelilingi embun dari dalam sana. Menandakan Zain belum selesai mandi. Rea tampak terkantuk-kantuk.
Beberapa menit selanjutnya Zain keluar dari kamar mandi hanya dengan sebuah handuk yang melilit indah di pinggangnya. Memperlihatkan ototnya yang kekar dan menggoda. Iris tajam lelaki itu bergerak ke arah Rea yang sudah tertidur dengan posisi terlentang. Dan itu sangat seksi.
Sial! Kenapa dia berpakain seperti itu? Geram Zain dalam hati. Karena kesal Zain pun segera berganti pakaian dan meninggalkan kamar. Belum waktunya ia menyentuh gadis yang kini sudah menjadi istrinya itu.
Pagi hari, Rea terbangun dari tidurnya dan tak menemukan keberadaan sang suami. Gadis itu berpikir Zain sudah bangun sejak tadi dan sedang keluar. Ia tak tahu jika semalam Zain tidak kembali ke kamarnya. Entah apa yang lelaki itu kerjakan di luar sana?
Rea bangun dan bergegas menuju kamar mandi. Semalam ia tak sempat membersihkan diri karena terlalu lelah. Bahkan ia lupa untuk makan. Dan sekarang perutnya terasa sangat perih.
Usai dengan ritual mandinya, Rea langsung berganti pakaian yang sudah tersedia di sana. Beruntung hotel itu milik keluarga suaminya, jadi sudah dipersiapkan sedemikian rupa.
"Ah, lapar sekali." Lenguhnya seraya menjatuhkan bokong di atas pembaringan. Kemudian menatap pintu, berharap suaminya datang dan membawakan makanan lezat. Seperti yang dibacanya di beberapa novel romantis. Namun apa yang diharapkannya itu hanya ada di dunia halu.
Rea terlihat senang saat suaminya datang. Sangking senangnya ia sampai lupa jika tubuh bagian atasnya terekspos begitu jelas.
Zain memandang Rea dengan tatapan yang sulit dimengerti. Lelaki itu melangkah pasti menuju sofa dan duduk di sana tanpa mengalihkan perhatian dari sang istri. Saat ini Zain sudah terlihat rapi dengan stelan formalnya.
"Ada apa?" Tanya Rea dengan senyuman manisnya. Zain tidak langsung menjawab.
"Kak, aku sangat lapar. Kau sudah makan? Aku harap belum? Jadi kita bisa makan bersama."
"Hari ini kita langsung pindah ke rumah baru," sahut Zain lari dari pembicaraan.
Rea terdiam sejenak. "Aku ikut saja."
"Hm." Zain kembali diam.
"Aku lapar." Rengek Rea seperti anak kecil.
"Pagi ini aku tidak sempat makan, harus menghadiri pesta temanku." Ujar Zain nyaris tanpa ekspresi.
"Oh. Aku pikir kau bisa menemaniku. Tidak apa, aku akan makan di rumah Mami. Bisa kau antar aku ke sana? Jika tidak bisa, aku akan naik taksi." Terlihat jelas kekecewaan di wajah Rea. Namun ia tak ingin egois, karena tahu suaminya itu orang sibuk.
"Aku akan mengantarmu."
"Thank you," ucap Rea dengan tulus. Meski sebenarnya ia sangat berharap hari ini mereka bisa menghabiskan waktu bersama. Tetapi Rea sadar, suaminya itu bukan lelaki yang mudah ia ajak bicara. Rea menghela napas, kemudian bangkit dari duduknya. Berjalan pasti menuju lemari.
"Re." Panggil Zain. Sontak Rea pun langsung menoleh.
"Aku tidak punya banyak waktu, aku akan meminta seseorang mengemas barangmu."
Rea terdiam lagi, tetap sedetik kemudian ia mengangguk. "Kalau begitu kita pergi sekarang." Ujarnya. Zain pun mengangguk.
****
Malam harinya Zain menjemput Rea dan membawanya ke rumah yang akan mereka huni.
"Bagaimana pestanya?" Tanya Rea memulai pembicaraan.
"Tidak ada yang spesial." Sahut Zain yang terlihat fokus mengemudi.
Rea menatap jalanan yang agak padat. "Aku lihat kau bertemu dengan mantanmu."
Zain menoleh sekilas. "Kau menguntitku?"
Rea pun tersenyum. "Tidak, seseorang mengirimku foto." Sahutnya dengan nada santai. "Jangan khawatir, aku tidak akan marah selagi kalian tidak melewati batas. Tapi aku harap kau tidak menemuinya lagi. Sebagai istrimu aku cemburu."
"Jangan terlalu berlebihan." Sanggah Zain.
"Apa aku salah jika aku cemburu? Kau suamiku sekarang."
"Kita menikah tanpa cinta."
"I know, cepat atau lambat kau akan mencintaiku."
Zain mendengus sebal. "Berusahalah."
"Hm. Aku akan terus berusaha. Tapi aku punya batasan. Jika aku menyerah, aku tak akan kembali. Kecuali kau memperjuangkanku."
"Jangan harap."
Rea tertawa renyah. "Kau masih saja dingin padaku, tapi aku menyukai itu."
Zain tidak lagi menyahut, ia memilih diam. Dan Rea pun tak ingin mengeluarkan kata-katanya lagi, karena itu percuma. Zain tak akan menanggapinya.
Sesampainya di rumah, Rea sempat tertegun melihat keindangan istana yang suaminya berikan.
"Wow, ini sangat indah. Aku suka."
"Hm, masuklah." Zain berjalan lebih dulu memasuki rumah. Seperti biasa, Rea hanya mengekorinya di belakang. Gadis itu tak henti-hentinya mengembangkan senyuman kagum saat melihat seisi rumah yang dipenuhi dengan berbagai barang branded. Hampir seisi rumah didominasi warna gading dan hitam.
"Aku belum sempat mencari asisten rumah tangga, saat ini sulit mencari pekerja yang jujur. Mungkin setelah pelantikan aku akan mencari orang yang cocok." Ujar Zain seraya membawa Rea ke kamar mereka. Lagi-lagi Rea berdecak kagum melihat desain interior kamar yang Zain pilih. Terkesan elegan dan mewah.
"Aku harap kau menyukainya."
"Ya, aku suka." Sahut Rea seraya duduk di kasur empuk. Kemudian menatap ke luar jendela. Rea pun bangkit dan bergerak mendekati jendela kaca yang langsung memperlihatkan gedung-gedung pencakar langit Ibu kota.
Zain menatap punggung istrinya lamat-lamat. Rambut kecoklatan wanita itu terlihat begitu indah. Zain akui istrinya itu begitu banyak berubah dari segi fisik, dulu Rea tak secantik ini. Dekil dan ingusan. Tak jarang gadis itu membuatnya geli, apa lagi saat Rea terus mengekorinya dan mengakui dirinya sebagai kekasih pada semua teman-temannya masa itu. Padahal saat itu usianya terbilang masih kecil. Bahkan tidak jarang Rea mengungkapkan cinta di depan banyak orang dengan centilnya. Membuat Zain kesal setengah mati. Namun sekarang gadis dekil dan ingusan itu sudah berubah menjadi sosok bidadari. Zain tak bisa memungkiri itu. Meski untuk saat ini belum ada cinta untuk gadisnya itu. Mungkinkah ia bisa mencintainya? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
A.0122
zain bnr² ya br jg nikah istri udh ditinggal ketemu mantan aja
2022-04-25
0
🌺@Asiihh_2995🌹😊
Zain tipe tipe cowo suka digebukin ya😂😂
2022-02-17
0
🌺@Asiihh_2995🌹😊
aku suka melow tiba tiba kalo ada suami mengabaikan istri😭
2022-02-17
0