Di sebuah gedung bandara Ibu Kota terlihat seorang gadis cantik berbalut pakain kasual sedikit berlari menghampiri sepasang suami istri yang sengaja menunggunya sejak tadi. Mereka tak lain adalah kedua orang tuanya.
Andrea Clarissa Demyan, gadis berusia 23 tahun. Si memiliki paras yang cantik dengan mata bulat, alis tebal, hidung mancung dan bibir tipis yang merona tanpa polesan apa pun. Juga memiliki bentuk tubuh yang indah layaknya model kelas atas.
Gadis yang kerap di sapa Rea itu memang selalu berpenampilan sederhana, bahkan ia kerap mengabaikan penampilannya meski profesinya sebagai seorang model. Namun itu sama sekali tak memudarkan aura kecantikan dalam dirinya. Selain itu, Rea juga gadis yang manja, cerewet dan memiliki tekad yang kuat. Tidak heran jika dirinya berhasil meraih beberapa penghargaan di dunia modeling. Bahkan wajahnya kerap tampil di setiap majalah fashion.
"Mami, Papi. I miss you so much." Pekik si gadis itu seraya memeluk keduanya secara bergantian. Lima belas tahun lamanya Rea menghabiskan masa di negara asal sang Ayah, yaitu Rusia. Kini ia kembali dan memutuskan untuk menetap di tanah kelahiran.
"Mami juga kangen banget sama kamu, Re." Balas Rena sang Mami. Wanita paruh baya itu terlihat masih cantik meski usianya hampir setengah abad. Tidak heran putrinya secantik bidadari.
"Sudahlah, kangen-kangenannya lanjut di rumah aja. Rea pasti capek. Sebaiknya kita langsung pulang." Ajak Adrian sang Papi yang tak kalah tampan.
Rea pun mengangguk antusias. Kemudian mereka pun bergegas pergi dari sana dengan segudang kebahagiaan.
"Mam, aku kangen banget sama Tante Elsha. Undang mereka buat makan-makan dong di rumah." Ujar Rea terlihat antusias. Rena yang melihat itu tersenyum geli.
"Kangen sama Tante atau anaknya?" Ledek Adrian yang berhasil membuat Rea merona.
"Dua-duanya sih, tapi mana mungkin Kak Zain ingat sama aku."
Kedua orang tuanya tersenyum mendengar itu. "Re, sebenarnya Tante Elsha memang undang kita buat datang kerumahnya. Katanya sih ada acara syukuran kecil-kecilan, kan Zain baru lulus magister." Ujar Rena yang membangunkan jiwa semangat dalam diri gadis cantik itu.
"Oh ya? Kapan?" Seru Rea antusias.
"Malam ini."
"Beneran? Ya ampun, aku penasaran gimana wajah pria dingin itu? Susah banget buat dapet wajah dia, satu foto pun gak dapet." Keluh Rea benar-benar penasaran dengan sosok cinta pertamanya itu.
"Kenapa gak minta sama Tante Elsha aja, Re?" Tanya Rena merasa heran pada putri semata wayangnya itu.
"Rea malu, Mam."
"Papi pikir kamu gak punya malu." Ledek Adrian melirik putrinya dari balik cermin. Kemudian tersenyum geli.
"Papi pikir Rea ini patung apa sampe gak punya malu segala?" Kesal Rea dengan bibir mengerucut. Dan itu mengundang tawa kedua orang tuanya.
"Btw, Kak Zain udah punya pacar belum?" Tanya Rea semakin tertarik untuk membahas sosok cinta pertamannya lebih lanjut.
"Dulu ada, sekarang sih katanya udah enggak lagi. Ceweknya milih jadi model dari pada nikah sama Zain. Bukan jodoh kali." Jawab Rena apa adanya.
Rea terdiam sejenak. "Model? Siapa?"
"Mami yakin kamu kenal, dia udah jadi model papan atas sekarang. Tapi Mami lupa namanya. Tar kamu tanya aja lebih lanjut sama Tante Elsha."
Rea pun manggut-manggut. Dan tiba-tiba ide konyolnya pun muncul. "Mi, Pi."
"Hm." Sahut keduanya kompak.
"Mau dong dijodohin sama Kak Zain. Kan Papi sendiri yang bilang, bakal jodohin kita kalau udah besar. Masih berlaku kan?"
Rena menoleh ke belakang. "Kamu yakin? Gimana kalau Zain masih nolak kamu huh? Mami gak mau kamu maksa kehendak, itu gak baik. Mami mau anak Mami bahagia dan memiliki masa depan yang cerah."
Rea menghela napas berat. "Iya, sih. Tapi aku masih cinta banget sama dia, Mam. Entahlah, susah rasanya buat lupain dia."
Rena dan Adrian terdiam cukup lama. "Nanti Papi cobak bicarakan ini dengan Jackson. Tidak buruk juga punya menantu pinter dan tampan seperti Zain."
"Okay. Tapi aku gak mau ada unsur pemaksaan. Aku akan terima apa pun jawaban dia. Dia punya kebebasan buat memilih."
Rena tersenyum mendengar itu. Kini Rea jauh lebih dewasa dari sebelumnya. "Mami senang kamu berpikir dewasa."
"Yakin gak nangis kalau Zain nolak kamu?" Tanya Adrian meyakinkan.
"Enggaklah, Pi. Aku gak bisa maksa seseorang buat cinta sama aku. Kecuali kami berjodoh." Jawab Rea begitu yakin.
"Lagian bodoh kalau Zain nolak putri catik Papi. Kamu itu lebih cantik dari bidadari."
"Pi... jangan goda aku terus dong." Rengek Rea mengerucutkan bibirnya. Rena dan Adrian pun tertawa renyah melihat tingkah lucu putrinya.
****
Malam hari, Elsha terlihat begitu antusias saat menyambut kehadiran tamu spesial. Di tatapnya gadis cantik yang saat ini berdiri di hadapannya. Wajah yang dulunya polos kini telah berubah menjadi paras yang begitu elok. Gaun selutut yang begitu pas ditubuh ramping gadis itu benar-benar membuat penampilannya jauh dari kata jelek. Perfect, satu kata untuknya si gadis yang tak lain adalah Rea.
"Apa kabar Tante?" Sapa Rea mengembangkan senyuman menawan. Kemudian memberikan pelukan singkat pada wanita paruh baya itu.
"Baik. Kamu apa kabar, Sayang? Cantik banget malam ini." Puji Elsha seraya mengusap pipi Rea. Sedangkan gadis itu hanya tersenyum.
"Baik, Tan. Aku kangen banget sama Tante."
"Tante juga, ayok masuk. Ren, Ad, ayok masuk. Eason dan Zain sudah menunggu di ruang makan." Ajak Elsha merengkuh tangan Rea. Seketika jantung Rea berdegup kencang saat mendengar nama pangerannya di sebut. Ia gugup jika harus bersitatap dengan lelaki pujaan hatinya.
Mereka pun beranjak masuk. Rea semakin gugup saat matanya menangkap sosok lelaki bertubuh tegap tengah berdiri membelakangi mereka. Sepertinya lelaki itu sedang melakukan panggilan.
Mata bulat Rea pun terlaih pada lelaki yang tak kalah tampan, Jackson Michaelson. Seorang pengusaha sukses yang banyak disegani banyak orang. Lelaki itu pun bangkit dari posisinya saat menyadari kehadiran tamu spesial mereka.
"Halo, Om." Sapa Rea dengan ramah.
"Apa kabar? Kau terlihat sangat cantik dan jauh lebih dewasa dari sebelumnya." Jackson menatap Rea lekat.
"Baik, Om. Tentu saja aku cantik, aku lahir dari wanita cantik dan hebat sepertinya." Jawab Rea melirik sang Mami yang berhasil mengundang tawa semua orang.
Zain yang sudah selesai menelepon pun berbalik. Dan diwaktu bersamaan Rea menatapnya. Sontak pandangan mereka pun bertemu. Zain sempat kaget melihat gadis cantik itu. Ia hampir tak mengenalinya sama sekali.
"Zain, kau masih mengenalnya bukan?" Tanya Elsha tersenyum geli saat melihat tatapan Zain untuk Rea.
"Tentu, dia gadis centil itu kan?" Jawab Zain dengan entengnya. Dan itu berhasil membuat Rea tertawa.
"Ya ampun, jadi julukanku belum berubah ya? Padahal aku sudah tidak centil lagi." Ujarnya.
Zain pun duduk di posisinya semula. Namun pandangannya masih setia pada Rea.
"Duduk dong, Re." Titah Elsha karena Rea masih saja berdiri.
"Eh, iya, Tan." Dengan cepat Rea menarik kursi dan duduk di sana. Ia semakin gugup karena posisinya berhadapan dengan Zain. Namun ia berusaha untuk terlihat tenang dan elegan. Sangking gugupnya Rea sampai tak berani menatap lelaki di depannya.
"Sebaiknya kita langsung makan, sepertinya tamu kita sudah tidak sabar buat menikmati hidangan."
"Ah iya, mari kita makan." Ajak Elsha. Kemudian mereka pun memulai makan malam.
"Kamu sudah punya pacar, Re?" Tanya Elsha. Spontan semua mata pun tertuju pada Rea. Gadis itu tampak bingung. Namun sedetik kemudian ia pun menggeleng pelan.
"Wah, kebetulan Zain juga jomblo. Mungkin kalian bisa pacaran, atau langsung aja nikah."
Uhuk! Rea tersedak karena posisinya ia tengah minum. Rena yang berada di sebelahnya pun langsung memberikan tisu pada putrinya.
"Pelan-pelan dong, Re."
"Makasih, Mam." Rea melirik ke arah Zain. Dan lelaki itu terlihat serius makan. Seolah tak peduli dengan keadaan.
"Tan, mana mungkin Kak Zain jomblo sih? Dia kan tampan, kaya raya, siapa sih yang gak mau sama dia?" Aku aja mau, Tan. Sambung Rea dalam hati.
Elsha tertawa renyah mendengar pujian Rea untuk putranya. "Dia emang tampan, tapi sampe sekarang belum pernah bawa perempuan ke rumah."
"Gimana kalau perjodohan dulu kita lanjutkan?" Usul Adrian yang berhasil menarik perhatian Rea dan Zain.
"Aku setuju. Putrimu terlihat cocok untuk menjadi menantu keluarga Michaelson." Sahut Jackson yang berhasil membuat pipi Rea merona. Gadis itu pun menoleh ke arah Zain yang juga tengah menatapnya. Spontan Rea pun memalingkan wajah.
"Bagaimana Zain? Kamu sudah cocok menggantikan Daddy di kantor. Salah satu syaratnya adalah menikah. Daddy rasa Rea pasangan yang cocok. Dia cantik dan pintar."
Zain terdiam sejenak. Kemudian menatap Rea penuh arti.
"Nunggu apa lagi sih Zain? Mau nunggu cewek gak jelas itu sampai kapan? Dia aja ninggalin kamu hanya karena kariernya, cewek kayak gitu gak bisa dijadiin istri. Mommy lebih setuju kamu nikah sama Rea. Udah jelas dia cinta sama kamu."
Rea terkejut mendengar itu.
"Jika Daddy jadi kamu, Daddy lebih milih dicintai dari pada mencintai. Orang yang mencintai itu akan setia disisi kita. Daddy yakin Rea bisa menjadi pendamping setia kamu." Timpal Jackson.
"Sebaiknya tidak perlu memaksa anak-anak seperti ini. Mungkin Zain sudah punya pilihan sendiri." Sanggah Rena merasa tak nyaman dengan tatapan Zain untuk putrinya. Sedangkan Rea sama sekali tak berani memberikan tanggapan. Sesakali ia melirik Zain. Bohong jika dirinya tak mengharapkan sosok seperti Zain. Cinta pertama yang sulit ia lupakan.
"Biarkan aku memikirkannya lebih dulu." Akhirnya Zain mengeluarkan suara.
"Baiklah, katakan apa pun keputusanmu pada kami. Kami tidak memaksamu."
"Tapi aku berharap Rea menjadi menantuku. Aku menyukainya sejak kecil." Ujar Elsha menatap Zain penuh harap.
"Tan, jangan memaksanya. Aku tahu hati tak bisa dipaksakan. Mungkin Kak Zain memang sudah punya pujaan hati sendiri." Sanggah Rea dengan senyuman tulusnya.
Elsha menghela napas panjang. "Baiklah." Suasana pun kembali tenang. Hanya terdengar suara dentingan sendok garpu yang beradu dengan piring memecahkan keheningan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Rosita Nuraeni
menarik...
2022-03-12
0
🌺@Asiihh_2995🌹😊
udah baca prolog jadi gak sabar apa yang terjadi🤭
2022-02-16
0
wahyu
ayooo Zain terima lah perjodohan ini 😍
2022-02-13
1