"Assalamualaikum mas" ujar Biru saat masuk ke dalam kamar, pandangannya langsung tertuju pada poster Mahavir Alister dengan dirinya yang berdiri berdua dengan jarak agak jauhan.
Biru dapat di foto berdua ketika tim nya mendapat proyek membuat CGI untuk film yang di bintangi Mahavir Alister dua bulan yang lalu saat ia baru bekerja di perusahaan Arbaaz Studio.
Biru tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mendapatkan foto bersama Maha Alister.
Mengingat itu membuat Biru tersenyum, saat itu Biru meminta foto bersama dengan malu-malu tapi mau "mas Ali boleh minta foto nya? Saya mau foto bersama mas"
Maha menoleh ke arah Biru "iya ayo" ujar Maha ramah bersiap di foto.
"Mbak Gia boleh minta tolong gak, aku mau di foto sama mas Ali, tolong fotokan ya" Biru memanggil Gia yang kebetulan ada di lokasi, ia menyerahkan ponsel nya pada Gia.
"Sini mana" Gia bersiap akan membidikan kamera.
Saat Maha akan merangkul Biru, Biru menghindar "maaf mas bukannya gak mau di rangkul tapi kita belum sah, eh"
Alister tersenyum mendengar ucapan Biru "ya sudah mau nya gimana?" Tanya Alister bingung. Biasanya kalau fansnya minta foto bareng, Alister akan merangkul fansnya sebagai fans servis. Dan hal itu membuat para fansnya senang, tapi berbeda dengan Biru yang langsung menolaknya.
"Mas berdiri di situ saja saya di sini, ini jarak aman mas" ujar Biru sambil tersenyum, Alister menurut saja apa yang di katakan Biru.
Cekrekk.... cekrekk..... cekrekk
Gia mulai mengambil gambar.
"Mbak udah banyak-banyak teuing(sekali)" ujar Biru menghentikan Gia yang bersiap akan kembali mengambil gambar.
"Mas terimakasih banyak" ujar Biru membungkukan sedikit badannya lalu pamit.
Alister tersenyum apalagi saat melihat tingkah Biru, ia tertawa di tahan dengan menutup mulutnya dengan tangan yang terkepal. Kepalanya menunduk dengan sesekali melirik ke arah Biru yang kesenangan mendapatkan foto bersama dirinya.
"Mba coba saya lihat, waaaah bagus-bagus foto nya mba emang paling jago soal mengambil gambar" ujar Biru saat melihat-lihat hasil jepretan Gia.
Gia nampak malu karena di puji Biru "kamu bisa saja".
"Aku mau cetak ah, di bikin poster yang gede terus di tempelin di kamar" ujar Biru yang terdengar oleh Alister yang masih memperhatikan Biru.
Alister tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak tertawa.
Ting....
Tiba-tiba ponsel Biru berbunyi menandakan ada pesan masuk, Biru yang sedang mengingat kejadian 2 bulan kebelakang terpaksa harus tersadar ke dunia sekarang.
Dengan malas Biru merogoh tas nya karena ponsel nya masih ada di dalam tas.
Ternyata dari teh Ika, salah satu pengurus panti yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Biru katanya sudah pulang ke Bandung? Kalau begitu jangan lupa yah ini anak-anak sudah gak sabar'
Begitu isi pesan yang Biru terima.
Biru nampak kaget membaca pesan dari teh Ika, pasalnya ia sudah berjanji akan ke panti dan mendongeng pada anak-anak di sana tapi ia lupa dan malah rebahan sambil memikirkan Mahavir Alister.
Biru segera membalas pesan teh Ika.
'Iya teh sebentar lagi Biru ke situ'
Setelah membalas pesan teh Ika dengan cepat Biru meraih handuk yang tergantung di belakang pintu kamar, kemudian berlari menuju kamar mandi yang terletak di dekat dapur.
Bunda yang memang ada di dapur menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Biru berlari.
🌻
Mandi kilat sudah selesai, saat nya berias sedikit dengan memakai pelembab dan bedak tabur, lalu memakai lipgloss berwarna putih yang lama kelamaan akan berubah menjadi warna pink. Terlihat fresh.
Biru menggenakan rok plisket warna hitam dengan kaos panjang berwarna Abu di padukan dengan kerudung instan warna senada.
"Bun Biru pamit dulu yah mau ke panti" Biru menghampiri Bunda yang masih berada di dapur.
"Iya hati-hati" sebelum pergi tidak lupa untuk salim.
"Assalamualaikum"
"Waalaikum salam"
Biru memakai sendal jepit yang ada di rak sepatu di depan rumah, dengan berjalan beberapa menit akhirnya Biru sampai di panti asuhan.
"Assalamualaikum" salam Biru saat masuk ke ruangan dan ternyata di dalam nya sudah banyak anak yang menunggu nya.
"Walaikum salam" terdengar mereka menjawab salam Biru dengan serentak.
Biru menghampiri dulu teh Ika dan Bu Sofi yang duduk di jajaran paling depan. Bu Sofi adalah donatur tetap di panti asuhan "kasih bunda".
"Maaf teh telat, Bu apa kabar?" Biru merasa bersalah karena ternyata mereka sudah berkumpul.
"Tidak apa-apa teteh ngerti kamu pasti cape" ujar teh Ika yang langsung di sambung oleh Bu Sofi.
"Alhamdulillah ibu baik, ini katanya anak-anak ingin bertemu dengan neng Biru, kebetulan ibu lagi ada di rumah Arisha jadi sekalian kesini saja, ternyata neng Biru ada di Bandung juga" ujar Bu Sofi panjang lebar.
"Benarkah Bu? Mana anak-anak nya sekarang" ujar Biru sambil celingukan mencari Erina dan Juri.
Arisha adalah anak kedua Bu Sofi, setelah menikah Arisha pindah ke Bandung mengikuti suaminya yang memang orang Bandung asli.
Ibu Sofi sering berkunjung ke Bandung sambil membawa cucu-cucu nya yaitu Erina dan Juri, di rumah tidak ada yang menjaga keduanya karena mamanya sudah meninggal 3 tahun yang lalu sedangkan papa nya harus bekerja.
Sebetulnya Bu Sofi merasa kecapean harus mengurus kedua cucunya karena faktor usia, tapi anak sulung nya tidak mengizinkan Erina dan Juri di asuh oleh baby suster, Bu Sofi sering menyuruh anaknya yang kini berstatus duda cerai mati itu untuk segera menikah lagi agar ada yang mengurus Erina dan Juri.
Bu Sofi sering menjodohkan anak sulungnya dengan wanita lain namun selalu di tolak karena mereka hanya menginginkan papa nya saja tapi tidak dengan anak-anak nya, papa Erina dan Juri tidak mempermasalahkan menikah dengan siapa saja yang penting perempuan itu dekat dan sayang pada anak-anak nya.
Dan mencari perempuan seperti itu ternyata sangat susah.
Bu Sofi tertawa melihat kelakuan Biru yang celingukan "mereka sedang ke toilet sebentar, katanya tadi Juri ingin buang air kecil"
Tidak lama Erina dan Juri datang "tceteeeh" panggil juri sambil berlari.
Melihat Juri yang berlari ke arah nya Biru langsung berjongkok sambil merentangkan tangan bersiap menyambut Juri, sedangkan Erina berjalan santai dengan wajah dingin.
"Juli lindu cama teteh Bilu" ujar Juri sambil memeluk leher Biru, sekarang Juri ada di gendongan Biru.
"Benarkah? Teteh juga rindu banget sama Juri" ujar Biru sambil mencubit hidung Juri bukannya kesakitan Juri malah tertawa-tawa.
"Teteh ayo celita, Juli pengen dengel dongeng capi dan omba"
"Baiklah sekarang duduk dulu ya Juri nya" Biru menurunkan Juri dari gendongannya dan mendudukkannya di sebelah Bu Sofi.
Sebelum bersiap mendongeng Biru menyapa dulu Erina yang duduk di samping Bu Sofi "Erina apa kabar?" Dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibir nya.
"Baik teh" jawab Erina singkat, Erina memang jarang bicara kalau bicara seperlunya pada Biru. Entah jika pada keluarganya Biru tidak tahu.
Biru bersiap menyalakan lampu untuk menyoroti bayangan tangannya, tangan Biru mulai bergerak-gerak menyerupai sapi lalu berubah menyerupai domba dengan bibir yang bercerita menggunakan microphone yang menempel di telinga.
🌻
Terimakasih sudah mampir.... jangan lupa tinggalkan jejak ya biar aku tambah semangat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
anggita
mahavir alister..
2022-02-19
2