Bab 5. Sapi dan domba

"Assalamualaikum mas" ujar Biru saat masuk ke dalam kamar, pandangannya langsung tertuju pada poster Mahavir Alister dengan dirinya yang berdiri berdua dengan jarak agak jauhan.

Biru dapat di foto berdua ketika tim nya mendapat proyek membuat CGI untuk film yang di bintangi Mahavir Alister dua bulan yang lalu saat ia baru bekerja di perusahaan Arbaaz Studio.

Biru tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mendapatkan foto bersama Maha Alister.

Mengingat itu membuat Biru tersenyum, saat itu Biru meminta foto bersama dengan malu-malu tapi mau "mas Ali boleh minta foto nya? Saya mau foto bersama mas"

Maha menoleh ke arah Biru "iya ayo" ujar Maha ramah bersiap di foto.

"Mbak Gia boleh minta tolong gak, aku mau di foto sama mas Ali, tolong fotokan ya" Biru memanggil Gia yang kebetulan ada di lokasi, ia menyerahkan ponsel nya pada Gia.

"Sini mana" Gia bersiap akan membidikan kamera.

Saat Maha akan merangkul Biru, Biru menghindar "maaf mas bukannya gak mau di rangkul tapi kita belum sah, eh"

Alister tersenyum mendengar ucapan Biru "ya sudah mau nya gimana?" Tanya Alister bingung. Biasanya kalau fansnya minta foto bareng, Alister akan merangkul fansnya sebagai fans servis. Dan hal itu membuat para fansnya senang, tapi berbeda dengan Biru yang langsung menolaknya.

"Mas berdiri di situ saja saya di sini, ini jarak aman mas" ujar Biru sambil tersenyum, Alister menurut saja apa yang di katakan Biru.

Cekrekk.... cekrekk..... cekrekk

Gia mulai mengambil gambar.

"Mbak udah banyak-banyak teuing(sekali)" ujar Biru menghentikan Gia yang bersiap akan kembali mengambil gambar.

"Mas terimakasih banyak" ujar Biru membungkukan sedikit badannya lalu pamit. 

Alister tersenyum apalagi saat melihat tingkah Biru, ia tertawa di tahan dengan menutup mulutnya dengan tangan yang terkepal. Kepalanya menunduk dengan sesekali melirik ke arah Biru yang kesenangan mendapatkan foto bersama dirinya.

"Mba coba saya lihat, waaaah bagus-bagus foto nya mba emang paling jago soal mengambil gambar" ujar Biru saat melihat-lihat hasil jepretan Gia.

Gia nampak malu karena di puji Biru "kamu bisa saja".

"Aku mau cetak ah, di bikin poster yang gede terus di tempelin di kamar" ujar Biru yang terdengar oleh Alister yang masih memperhatikan Biru.

Alister tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak tertawa.

Ting....

Tiba-tiba ponsel Biru berbunyi menandakan ada pesan masuk, Biru yang sedang mengingat kejadian 2 bulan kebelakang terpaksa harus tersadar ke dunia sekarang.

Dengan malas Biru merogoh tas nya karena ponsel nya masih ada di dalam tas.

Ternyata dari teh Ika, salah satu pengurus panti yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya.

 Biru katanya sudah pulang ke Bandung? Kalau begitu jangan lupa yah ini anak-anak sudah gak sabar'

Begitu isi pesan yang Biru terima.

Biru nampak kaget membaca pesan dari teh Ika, pasalnya ia sudah berjanji akan ke panti dan mendongeng pada anak-anak di sana tapi ia lupa dan malah rebahan sambil memikirkan Mahavir Alister.

Biru segera membalas pesan teh Ika.

'Iya teh sebentar lagi Biru ke situ'

Setelah membalas pesan teh Ika dengan cepat Biru meraih handuk yang tergantung di belakang pintu kamar, kemudian berlari menuju kamar mandi yang terletak di dekat dapur.

Bunda yang memang ada di dapur menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Biru berlari.

🌻

Mandi kilat sudah selesai, saat nya berias sedikit dengan memakai pelembab dan bedak tabur, lalu memakai lipgloss berwarna putih yang lama kelamaan akan berubah menjadi warna pink. Terlihat fresh.

Biru menggenakan rok plisket warna hitam dengan kaos panjang berwarna Abu di padukan dengan kerudung instan warna senada.

"Bun Biru pamit dulu yah mau ke panti" Biru menghampiri Bunda yang masih berada di dapur.

"Iya hati-hati" sebelum pergi tidak lupa untuk salim.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Biru memakai sendal jepit yang ada di rak sepatu di depan rumah, dengan berjalan beberapa menit akhirnya Biru sampai di panti asuhan.

"Assalamualaikum" salam Biru saat masuk ke ruangan dan ternyata di dalam nya sudah banyak anak yang menunggu nya.

"Walaikum salam" terdengar mereka menjawab salam Biru dengan serentak.

Biru menghampiri dulu teh Ika dan Bu Sofi yang duduk di jajaran paling depan. Bu Sofi adalah donatur tetap di panti asuhan "kasih bunda".

"Maaf teh telat, Bu apa kabar?" Biru merasa bersalah karena ternyata mereka sudah berkumpul.

"Tidak apa-apa teteh ngerti kamu pasti cape" ujar teh Ika yang langsung di sambung oleh Bu Sofi.

"Alhamdulillah ibu baik, ini katanya anak-anak ingin bertemu dengan neng Biru, kebetulan ibu lagi ada di rumah Arisha jadi sekalian kesini saja, ternyata neng Biru ada di Bandung juga" ujar Bu Sofi panjang lebar.

"Benarkah Bu? Mana anak-anak nya sekarang" ujar Biru sambil celingukan mencari Erina dan Juri.

Arisha adalah anak kedua Bu Sofi, setelah menikah Arisha pindah ke Bandung mengikuti suaminya yang memang orang Bandung asli.

Ibu Sofi sering berkunjung ke Bandung sambil membawa cucu-cucu nya yaitu Erina dan Juri, di rumah tidak ada yang menjaga keduanya karena mamanya sudah meninggal 3 tahun yang lalu sedangkan papa nya harus bekerja.

Sebetulnya Bu Sofi merasa kecapean harus mengurus kedua cucunya karena faktor usia, tapi anak sulung nya tidak mengizinkan Erina dan Juri di asuh oleh baby suster, Bu Sofi sering menyuruh anaknya yang kini berstatus duda cerai mati itu untuk segera menikah lagi agar ada yang mengurus Erina dan Juri.

Bu Sofi sering menjodohkan anak sulungnya dengan wanita lain namun selalu di tolak karena mereka hanya menginginkan papa nya saja tapi tidak dengan anak-anak nya, papa Erina dan Juri tidak mempermasalahkan menikah dengan siapa saja yang penting perempuan itu dekat dan sayang pada anak-anak nya.

Dan mencari perempuan seperti itu ternyata sangat susah.

Bu Sofi tertawa melihat kelakuan Biru yang celingukan "mereka sedang ke toilet sebentar, katanya tadi Juri ingin buang air kecil"

Tidak lama Erina dan Juri datang "tceteeeh" panggil juri sambil berlari.

Melihat Juri yang berlari ke arah nya Biru langsung berjongkok sambil merentangkan tangan bersiap menyambut Juri, sedangkan Erina berjalan santai dengan wajah dingin.

"Juli lindu cama teteh Bilu" ujar Juri sambil memeluk leher Biru, sekarang Juri ada di gendongan Biru.

"Benarkah? Teteh juga rindu banget sama Juri" ujar Biru sambil mencubit hidung Juri bukannya kesakitan Juri malah tertawa-tawa. 

"Teteh ayo celita, Juli pengen dengel dongeng capi dan omba"

"Baiklah sekarang duduk dulu ya Juri nya" Biru menurunkan Juri dari gendongannya dan mendudukkannya di sebelah Bu Sofi.

Sebelum bersiap mendongeng Biru menyapa dulu Erina yang duduk di samping Bu Sofi "Erina apa kabar?" Dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibir nya.

"Baik teh" jawab Erina singkat, Erina memang jarang bicara kalau bicara seperlunya pada Biru. Entah jika pada keluarganya Biru tidak tahu.

Biru bersiap menyalakan lampu untuk menyoroti bayangan tangannya, tangan Biru mulai bergerak-gerak menyerupai sapi lalu berubah menyerupai domba dengan bibir yang bercerita menggunakan microphone yang menempel di telinga.

🌻

Terimakasih sudah mampir.... jangan lupa tinggalkan jejak ya biar aku tambah semangat

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

mahavir alister..

2022-02-19

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ilustrasi
2 Bab 2. Pingsan
3 Bab 3. Bakso
4 Bab 4. Pulang kampung
5 Bab 5. Sapi dan domba
6 Bab 6. Main ke rumah teteh Biru
7 Bab 7. Sudah pantas memiliki anak
8 Bab 8. Mata Biru yang bersinar
9 Bab 9. Bertemu tanpa sengaja
10 Bab 10. Di antar pak bos!
11 Bab 11. Kecelakaan waktu itu
12 Bab 12. Erina kabur
13 Bab 13. Mengantar anak bos
14 Bab 14. Menurunkan sifat
15 Bab 15. Keroyokan
16 Bab 16. Lamaran dadakan
17 Bab 17. Perang adu mulut
18 Bab 18. Mengambil keputusan
19 Bab 19. Keputusan besar
20 Bab 20. Pulang
21 Bab 21. Berkumpul
22 Bab 22. Basah kuyup
23 Bab 23. Tempat favorit
24 Bab 24. Sah!
25 Bab 25. Tendangan
26 Bab 26. Pesan
27 Bab 27. Galak
28 Bab 28. Mengundurkan diri
29 Bab 29. Sakit
30 Bab 30. Pagi yang mengejutkan
31 Bab 31. Nyeri pinggang
32 Bab 32. Bosan
33 Bab 33. Ciuman pertama
34 Bab 34. Piknik
35 Bab 35. Semilir angin
36 Bab 36. Bercermin
37 Bab 37. Bukan anak kandung
38 Bab 38. Bercampur menjadi satu
39 Bab 39. Ombak yang menerjang
40 Bab 40. Mengumumkan
41 Bab 41. Mendaki
42 Bab 42. Salah sangka
43 Bab 43. Tergelincir
44 Bab 44. Cuci darah
45 Bab 45. Meledak-ledak
46 Bab. 46. Izin ke rumah sakit
47 Bab 47. Terbelah
48 Bab 48. Saling berpelukan
49 Bab 49. Sangkar bermasalah
50 Bab 50. Time zone
51 Bab 51. Butuh belaian
52 Bab 52. Gambar besar
53 Bab 53. Artis lebay
54 Bab 54. Erina tahu
55 Bab 55. Juri menghilang
56 Bab 56. Menagih janji
57 Bab 57. Kronologi sebenarnya
58 Bab 58. I love you
59 Bab 59. Tragedi pingsan
60 Bab 60. Terkilir
61 Bab 61. Curiga
62 Bab 62. Bertemu idola
63 Bab 63. Aldo Barreto
64 Bab 64. Tidak ingin semakin kacau
65 Bab 65. Ungkapan hati
66 Bab 66. Tumis
67 Bab 67. Ice skating
68 Bab 68. Raon demam
69 Bab 69. Belanja
70 Bab 70. Manja
71 Bab 71. Kandungan
72 Bab 72. Menelepon bunda
73 Bab 73. Rasa bersalah
74 Bab 74. Di gugurkan?
75 Bab 75. Assalamualaikum anak papa
76 Bab 76. Memaafkan
77 Bab 77. Di larang
78 Bab 78. Menemani sang istri cuci darah
79 Bab 79. Suami posesif
80 Bab 80. Over
81 Bab 81. Pamali
82 Bab 82. Cara lain?
83 Bab 83. 4 bulanan
84 Bab 84. Membeli pakaian bayi
85 Bab 85. Belum diberikan nama
86 Bab 86. Alfie Al kafeel
87 Bab 87. Akhirnya bahagia
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1. Ilustrasi
2
Bab 2. Pingsan
3
Bab 3. Bakso
4
Bab 4. Pulang kampung
5
Bab 5. Sapi dan domba
6
Bab 6. Main ke rumah teteh Biru
7
Bab 7. Sudah pantas memiliki anak
8
Bab 8. Mata Biru yang bersinar
9
Bab 9. Bertemu tanpa sengaja
10
Bab 10. Di antar pak bos!
11
Bab 11. Kecelakaan waktu itu
12
Bab 12. Erina kabur
13
Bab 13. Mengantar anak bos
14
Bab 14. Menurunkan sifat
15
Bab 15. Keroyokan
16
Bab 16. Lamaran dadakan
17
Bab 17. Perang adu mulut
18
Bab 18. Mengambil keputusan
19
Bab 19. Keputusan besar
20
Bab 20. Pulang
21
Bab 21. Berkumpul
22
Bab 22. Basah kuyup
23
Bab 23. Tempat favorit
24
Bab 24. Sah!
25
Bab 25. Tendangan
26
Bab 26. Pesan
27
Bab 27. Galak
28
Bab 28. Mengundurkan diri
29
Bab 29. Sakit
30
Bab 30. Pagi yang mengejutkan
31
Bab 31. Nyeri pinggang
32
Bab 32. Bosan
33
Bab 33. Ciuman pertama
34
Bab 34. Piknik
35
Bab 35. Semilir angin
36
Bab 36. Bercermin
37
Bab 37. Bukan anak kandung
38
Bab 38. Bercampur menjadi satu
39
Bab 39. Ombak yang menerjang
40
Bab 40. Mengumumkan
41
Bab 41. Mendaki
42
Bab 42. Salah sangka
43
Bab 43. Tergelincir
44
Bab 44. Cuci darah
45
Bab 45. Meledak-ledak
46
Bab. 46. Izin ke rumah sakit
47
Bab 47. Terbelah
48
Bab 48. Saling berpelukan
49
Bab 49. Sangkar bermasalah
50
Bab 50. Time zone
51
Bab 51. Butuh belaian
52
Bab 52. Gambar besar
53
Bab 53. Artis lebay
54
Bab 54. Erina tahu
55
Bab 55. Juri menghilang
56
Bab 56. Menagih janji
57
Bab 57. Kronologi sebenarnya
58
Bab 58. I love you
59
Bab 59. Tragedi pingsan
60
Bab 60. Terkilir
61
Bab 61. Curiga
62
Bab 62. Bertemu idola
63
Bab 63. Aldo Barreto
64
Bab 64. Tidak ingin semakin kacau
65
Bab 65. Ungkapan hati
66
Bab 66. Tumis
67
Bab 67. Ice skating
68
Bab 68. Raon demam
69
Bab 69. Belanja
70
Bab 70. Manja
71
Bab 71. Kandungan
72
Bab 72. Menelepon bunda
73
Bab 73. Rasa bersalah
74
Bab 74. Di gugurkan?
75
Bab 75. Assalamualaikum anak papa
76
Bab 76. Memaafkan
77
Bab 77. Di larang
78
Bab 78. Menemani sang istri cuci darah
79
Bab 79. Suami posesif
80
Bab 80. Over
81
Bab 81. Pamali
82
Bab 82. Cara lain?
83
Bab 83. 4 bulanan
84
Bab 84. Membeli pakaian bayi
85
Bab 85. Belum diberikan nama
86
Bab 86. Alfie Al kafeel
87
Bab 87. Akhirnya bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!