Bab 3. Bakso

Waktu pulang telah tiba, Biru memilih Salat ashar terlebih dahulu karena jika langsung pulang lift akan penuh, ia tidak mau terlalu lama berdiri karena menunggu lift kosong, lebih baik ia pakai untuk melaksanakan Salat dulu.

Setelah melaksanakan kewajiban nya sebagai umat muslim Biru menuju lift kemudian memencet tombol lift dan menunggu sambil melihat handphone nya, ternyata banyak pesan masuk.

Biru masuk lift yang sudah terbuka tanpa melihat isi di dalam nya, ia terlalu asyik membalas pesan Bundanya yang menanyakan besok mau pulang atau tidak karena Minggu kemarin Biru tidak pulang karena sibuk dengan pekerjaan sampingannya sebagai pendongeng dengan tangan bayangan.

"Sudah sembuh" tiba-tiba ada seorang lelaki yang berbisik di telinga nya, Biru memegang telinganya kemudian menoleh melihat siapa yang berbisik barusan, dan ternyata itu bosnya yang sedang melihat ke arahnya dengan senyum mengejek.

Biru langsung menundukan kepalanya, ia merasa malu bertemu dengan Raon. Banyak pertanyaan di dalam hati nya seperti 'apa pak Raon yang memindahkan ku ke sofa? Jika ia, berarti pak Raon sudah memegang tubuh ku.

Biru bergidik ngeri memikirkan itu, Raon yang sedang memperhatikan Biru nampak tersinggung melihat Biru yang bergidik ngeri setelah melihat nya. Raon salah paham!

🌻

Biru tinggal di Jakarta ngekost, kebetulan kost-kostan tempat Biru menyewa tidak jauh dari kantor. Dan hal itu memudahkan Biru, ia memilih pulang dan berangkat dengan berjalan kaki saja.

Di perjalanan Biru melihat tukang bakso yang sedang mangkal di pinggir jalan, karena merasa lapar dan merasa tergugah dengan wangi kuah bakso akhirnya ia memilih menghentikan jalannya dan mampir ke tukang basko dulu.

"Mang basko nya 1, jangan pake mie di bening micin dan garamnya sedikit saja, di bungkus ya mang" Biru memilih di bungkus saja karena hari sudah mau magrib.

"Ini neng" mamang bakso menyerahkan bakso pesanan Biru yang sudah di bungkus plastik bening dan di masukan ke kantong kresek hitam.

"Makasih mang" ujar Biru mengambil bakso nya dan memberikan uang 20rb. Uang pas.

Kalau di Bandung masih ada bakso yang harganya 10rb, berbeda dengan di Jakarta yang harga nya serba mahal. Maklum Jakarta kota metropolitan UMR nya saja besar.

Setelah mendapatkan bakso, Biru melanjutkan kembali jalannya agar segera sampai ke kost-an yang paling sekitar 5 menitan lagi sampai.

Biru ngekost di kost-an khusus Putri karena orang tuanya sudah mewanti-wanti untuk ngekost di kost-an khusus Putri jika tidak mau lebih baik jangan kerja di Jakarta. Biru yang tidak mau durhaka karena tidak menurut pada orang tua pun mengiyakan, lagi pula ini pertama kalinya ia tinggal sendirian. Di Jakarta pula, Biru juga takut.

Setelah masuk ke kost-an ia melihat tetangga kost-an nya yang sedang duduk di ruang tamu, Biru hanya tersenyum saja untuk menyapa karena Biru tidak dekat dengan tetangga kost-an nya.

Biru masuk ke kamar nya yang berada di lantai atas, sebenarnya Biru meminta kamar di bawah saja namun karena kamar yang kosong hanya di lantai atas saja jadi mau tidak mau Biru menerimanya, terlalu malas untuk mencari tempat kost-an lain. Lagi pula kost-an yang di tempati Biru sekarang memiliki kamar mandi di dalam dan dapur di dalam, yang terpenting harga nya murah dengan fasilitas segitu.

Biru selalu mengunci pintu kamar nya khawatir ada yang masuk, walaupun ini kost-an khusus Putri tetap saja ia harus waspada. Itu petuah yang di berikan orangtua nya. Biru mah nurut-nurut saja takut dosa kalau gak nurut.

Biru membuka kerudung dan melemparnya asal, ia merasa sangat gerah setelah berjalan kaki dengan cuaca yang panas. Walaupun sore hari tetap saja Jakarta terasa panas, karena Biru terbiasa dengan cuaca di Bandung yang terkenal dengan cuaca dingin.

"Bila bunda tahu kebiasaan ku di sini pasti langsung ngomel-ngomel" ujar Biru berbicara pada diri sendiri.

Biru ingat kejadian beberapa tahun silam, saat itu ia baru pulang sekolah. Masuk ke kamar kemudian langsung melempar tas nya ke kasur, kabetulan bunda lihat.

Bunda langsung ngomel-ngomel "Mun anak gadis teh kudu apik atuh, meni jiga lain parawan wae (kalau jadi anak gadis itu harus rapih, kaya bukan perawan saja)" ujar bunda sambil merapikan tas Biru.

Tiba-tiba ponsel Biru berdering, menyadarkan ia dari lamunannya. Biru segera mengambil ponsel yang masih ada di dalam tas dan melihat siapa yang menelepon, ternyata Bunda "karek ge inget geus nelepon deui (baru juga di ingat sudah menelepon lagi)" ujar Biru sambil menggeser ikon hijau.

"Halo assalamualaikum"

"Waalaikum salam, neng nuju naon?(neng lagi apa?)" Tanya bunda begitu mendengar salam dari putri nya.

"Lagi tiduran bunda, ieu nembe uih damel. Aya naun? (Ini baru pulang kerja. Ada apa?)" Tanya Biru, biasanya Bunda kalau nelepon itu malam ini masih sore udah di telepon, bikin kaget saja.

"Meni nanya aya naon, jiga nu alim di telepon ku Bunda kamu mah (sampai nanya ada apa, kaya yang enggak mau di telepon Bunda saja)" ujar Bunda dengan nada kesal.

"Yeyy bunda mah gitu suka pundungan, di tanya sakitu oge (yeyy bunda tuh suka ngambekkan, di tanya cuman segitu juga)"

"Neng oge, bunda teh hariwang sama kamu ti tadi perasaan bunda teh te enak, bisi aya nanaun matak na bunda telepon teh (neng juga, bunda tuh khawatir sama kamu dari tadi perasaan bunda gak enak, karena takut ada apa-apa makanya bunda nelepon)" ujar Bunda, karena tadi saat bunda di dapur lagi masak tiba-tiba hati nya merasa tidak enak, bunda langsung kepikiran sama Biru karena Biru kerja nya jauh.

Beda dengan kakak-kakak nya Biru yang memilih berkerja di Bandung, Adib kaka pertama Biru kerja di Bandung paling kalau ke Jakarta bila ada tugas saja sedangkan Addar Kaka kedua Biru memilih membuka bengkel tidak jauh dari rumah.

"Aduh bunda ai ikatan batin ibu dan anak mah meni kuat nya (aduh bunda kalau ikatan batin ibu dan anak sangat kuat ya), memang tadi Biru sempat pingsan di kantor karena lapar hihihi" ujar Biru menerangkan kejadian tadi di kantor tapi ia tidak menceritakan kalau ia pingsan di ruangan Bos nya, apalagi sampai tahu kalau Biru di gendong di pindahkan ke sofa bisa-bisa bunda murka.

Biru yang sebagai adik satu-satunya selalu di jaga oleh kakak-kakak nya sehingga ia tidak pernah punya kesempatan untuk dekat dengan laki-laki dengan hubungan khusus, semuanya hanya teman bagi Biru jika pun ada yang menyukai Biru kakak-kakaknya akan maju paling depan menanyakan keseriusannya pada Biru dan beberapa di antara mereka ada yang memang serius tapi selalu di tolak Biru.

🌻

Terimakasih sudah mampir... jangan lupa tinggalkan jejak ya supaya aku semangat nulisnya....

Cerita ini insyallah bakal banyak up karena udah aku tulis sampai tamat, tinggal revisi aja hihi.

Terpopuler

Comments

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

aduuuhhh ada cerita bagus kenapa terlewat ya... hihihhi

2022-02-22

1

Anyk Pereng

Anyk Pereng

syukaaaa

2022-02-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ilustrasi
2 Bab 2. Pingsan
3 Bab 3. Bakso
4 Bab 4. Pulang kampung
5 Bab 5. Sapi dan domba
6 Bab 6. Main ke rumah teteh Biru
7 Bab 7. Sudah pantas memiliki anak
8 Bab 8. Mata Biru yang bersinar
9 Bab 9. Bertemu tanpa sengaja
10 Bab 10. Di antar pak bos!
11 Bab 11. Kecelakaan waktu itu
12 Bab 12. Erina kabur
13 Bab 13. Mengantar anak bos
14 Bab 14. Menurunkan sifat
15 Bab 15. Keroyokan
16 Bab 16. Lamaran dadakan
17 Bab 17. Perang adu mulut
18 Bab 18. Mengambil keputusan
19 Bab 19. Keputusan besar
20 Bab 20. Pulang
21 Bab 21. Berkumpul
22 Bab 22. Basah kuyup
23 Bab 23. Tempat favorit
24 Bab 24. Sah!
25 Bab 25. Tendangan
26 Bab 26. Pesan
27 Bab 27. Galak
28 Bab 28. Mengundurkan diri
29 Bab 29. Sakit
30 Bab 30. Pagi yang mengejutkan
31 Bab 31. Nyeri pinggang
32 Bab 32. Bosan
33 Bab 33. Ciuman pertama
34 Bab 34. Piknik
35 Bab 35. Semilir angin
36 Bab 36. Bercermin
37 Bab 37. Bukan anak kandung
38 Bab 38. Bercampur menjadi satu
39 Bab 39. Ombak yang menerjang
40 Bab 40. Mengumumkan
41 Bab 41. Mendaki
42 Bab 42. Salah sangka
43 Bab 43. Tergelincir
44 Bab 44. Cuci darah
45 Bab 45. Meledak-ledak
46 Bab. 46. Izin ke rumah sakit
47 Bab 47. Terbelah
48 Bab 48. Saling berpelukan
49 Bab 49. Sangkar bermasalah
50 Bab 50. Time zone
51 Bab 51. Butuh belaian
52 Bab 52. Gambar besar
53 Bab 53. Artis lebay
54 Bab 54. Erina tahu
55 Bab 55. Juri menghilang
56 Bab 56. Menagih janji
57 Bab 57. Kronologi sebenarnya
58 Bab 58. I love you
59 Bab 59. Tragedi pingsan
60 Bab 60. Terkilir
61 Bab 61. Curiga
62 Bab 62. Bertemu idola
63 Bab 63. Aldo Barreto
64 Bab 64. Tidak ingin semakin kacau
65 Bab 65. Ungkapan hati
66 Bab 66. Tumis
67 Bab 67. Ice skating
68 Bab 68. Raon demam
69 Bab 69. Belanja
70 Bab 70. Manja
71 Bab 71. Kandungan
72 Bab 72. Menelepon bunda
73 Bab 73. Rasa bersalah
74 Bab 74. Di gugurkan?
75 Bab 75. Assalamualaikum anak papa
76 Bab 76. Memaafkan
77 Bab 77. Di larang
78 Bab 78. Menemani sang istri cuci darah
79 Bab 79. Suami posesif
80 Bab 80. Over
81 Bab 81. Pamali
82 Bab 82. Cara lain?
83 Bab 83. 4 bulanan
84 Bab 84. Membeli pakaian bayi
85 Bab 85. Belum diberikan nama
86 Bab 86. Alfie Al kafeel
87 Bab 87. Akhirnya bahagia
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1. Ilustrasi
2
Bab 2. Pingsan
3
Bab 3. Bakso
4
Bab 4. Pulang kampung
5
Bab 5. Sapi dan domba
6
Bab 6. Main ke rumah teteh Biru
7
Bab 7. Sudah pantas memiliki anak
8
Bab 8. Mata Biru yang bersinar
9
Bab 9. Bertemu tanpa sengaja
10
Bab 10. Di antar pak bos!
11
Bab 11. Kecelakaan waktu itu
12
Bab 12. Erina kabur
13
Bab 13. Mengantar anak bos
14
Bab 14. Menurunkan sifat
15
Bab 15. Keroyokan
16
Bab 16. Lamaran dadakan
17
Bab 17. Perang adu mulut
18
Bab 18. Mengambil keputusan
19
Bab 19. Keputusan besar
20
Bab 20. Pulang
21
Bab 21. Berkumpul
22
Bab 22. Basah kuyup
23
Bab 23. Tempat favorit
24
Bab 24. Sah!
25
Bab 25. Tendangan
26
Bab 26. Pesan
27
Bab 27. Galak
28
Bab 28. Mengundurkan diri
29
Bab 29. Sakit
30
Bab 30. Pagi yang mengejutkan
31
Bab 31. Nyeri pinggang
32
Bab 32. Bosan
33
Bab 33. Ciuman pertama
34
Bab 34. Piknik
35
Bab 35. Semilir angin
36
Bab 36. Bercermin
37
Bab 37. Bukan anak kandung
38
Bab 38. Bercampur menjadi satu
39
Bab 39. Ombak yang menerjang
40
Bab 40. Mengumumkan
41
Bab 41. Mendaki
42
Bab 42. Salah sangka
43
Bab 43. Tergelincir
44
Bab 44. Cuci darah
45
Bab 45. Meledak-ledak
46
Bab. 46. Izin ke rumah sakit
47
Bab 47. Terbelah
48
Bab 48. Saling berpelukan
49
Bab 49. Sangkar bermasalah
50
Bab 50. Time zone
51
Bab 51. Butuh belaian
52
Bab 52. Gambar besar
53
Bab 53. Artis lebay
54
Bab 54. Erina tahu
55
Bab 55. Juri menghilang
56
Bab 56. Menagih janji
57
Bab 57. Kronologi sebenarnya
58
Bab 58. I love you
59
Bab 59. Tragedi pingsan
60
Bab 60. Terkilir
61
Bab 61. Curiga
62
Bab 62. Bertemu idola
63
Bab 63. Aldo Barreto
64
Bab 64. Tidak ingin semakin kacau
65
Bab 65. Ungkapan hati
66
Bab 66. Tumis
67
Bab 67. Ice skating
68
Bab 68. Raon demam
69
Bab 69. Belanja
70
Bab 70. Manja
71
Bab 71. Kandungan
72
Bab 72. Menelepon bunda
73
Bab 73. Rasa bersalah
74
Bab 74. Di gugurkan?
75
Bab 75. Assalamualaikum anak papa
76
Bab 76. Memaafkan
77
Bab 77. Di larang
78
Bab 78. Menemani sang istri cuci darah
79
Bab 79. Suami posesif
80
Bab 80. Over
81
Bab 81. Pamali
82
Bab 82. Cara lain?
83
Bab 83. 4 bulanan
84
Bab 84. Membeli pakaian bayi
85
Bab 85. Belum diberikan nama
86
Bab 86. Alfie Al kafeel
87
Bab 87. Akhirnya bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!