Biru masuk ke dalam lift yang tidak terlalu penuh itu, karena bukan jam sibuk sebagian para karyawan sedang berada di ruangan nya. Ia memencet angka 10, kemudian menunggu sebentar hingga akhirnya sampai di lantai 10. Biru keluar dari lift dan langsung menghampiri Siska sekertaris pak Raon. "Assalamu'alaikum Teh, Pak Raonnya ada?" Biru menyapa Siska terlebih dahulu lalu menanyakan Raon dengan senyum lebarnya. Hatinya mulai tidak tenang, dadanya sangat berdebar karena ini pertama kalinya ia naik ke lantai keramat.
"Waalaikum salam, Biru ya?" Siska menjawab salam Biru sambil menanyakan kebenaran. Biru mengangguk mengiyakan. "Silahkan langsung masuk saja, Pak Raon sudah menunggu," ujar Siska memberitahu, dengan ramah mempersilakan Biru.
Biru mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih Teh," ucap Biru kemudian berjalan ke arah pintu yang terlihat menghitam, aura kegelapan mulai terasa, dengan pelan Biru mengetuk pintu. Terdengar dari dalam Raon mempersilakan. "Masuk!"
Mendengar itu, Biru cepat-cepat masuk karena tidak mau membuat Raon menunggu lama. "Assalamualaikum." Biru mengucapkan salam saat masuk ke ruangan Raon. Raon menoleh merasa aneh karena biasanya tidak ada yang mengucapkan salam terlebih dahulu saat masuk ruangannya.
"Apa kau Biru?" Tanya Raon, ia berdiri dari duduknya. Biru mengangguk mengiyakan, tangannya mulai berkeringat menahan takut juga menahan lapar, ia teringat tadi siang melewatkan makan siang karena terlalu fokus pada pekerjaannya yang harus segera di selesaikan. "Mana saya lihat." Raon menengadahkan tangannya meminta Biru segera menyerahkan amplop coklat ke tangannya.
Biru yang tahu dari teman-temannya bahwa Raon seorang bos yang tidak sabaran pun segera ia serahkan. Setelah Raon menerimanya, ia bersiap pamit dengan membungkukkan badannya. Namun, langsung di cegah dengan suara Raon yang berat. "Mau kemana kamu?"
Biru terperanjat saat mendengar suara berat Raon yang bertanya, tetapi seperti membentak. 'Aduh pak ampun saya lapar pengen makan,' jerit Biru dalam hati.
"Saya belum selesai, main pergi saja!" Raon mengomel dengan mata yang masih fokus pada kertas-kertas di tangannya, yang berisi gambar-gambar. "Duduk!" Raon menyuruh Biru duduk di kursi depan meja kerjanya dan Raon duduk di seberangnya.
"I-iya Pak." Dengan takut-takut Biru duduk. Sementara Raon bersiap memasukan flashdisk pada CPU komputer, setelah tersambung dengan komputer Raon melihat-lihat file lalu bertanya, "apa nama file nya?"
"Putri dan Pangeran katak Pak." Dengan suara lemah Biru menjawab, ia sudah merasa lemas dan tubuhnya mulai berkeringat antara takut dan lapar bercampur menjadi satu.
Mendengar suara Biru yang lemah Raon memalingkan wajah melihat ke arah Biru. Ia nampak terkejut melihat wajah Biru yang pucat. "Apa kamu sakit?" Tanya Raon dengan acuh tak acuh.
Biru tahu itu hanya formalitas. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak pak."
Raon mengangguk. "Ya sudah." Ia kembali fokus pada layar monitor komputer dan membuka file yang bernama Putri dan Pangeran katak. Raon masih memperhatikan layar monitor yang sedang menampilkan video animasi Putri dan Pangeran katak, "apa kamu yang membuat ilustrasi ini?" Tanya Raon tanpa menatap ke arah Biru, perhatiannya masih fokus pada video yang sedang di putar.
"Iya Pak." Mendengar pengakuan Biru, Raon langsung memalingkan wajahnya melihat Biru antara percaya dan tidak percaya. "Kalau begitu kerjakan secepatnya! Saya tidak ingin kejadian seperti tadi terulang lagi."
Biru nampak kaget dengan ucapan Raon yang keras seperti membentak, di kepalkan tangannya agar tidak menangis namun pandangannya mulai memudar, Biru malah pingsan karena kelaparan. Melihat kepala Biru yang tiba-tiba terkulai lemas di atas meja kerjanya Raon kaget. 'Kenapa dengan orang ini?' tanya Raon dalam hati memperhatikan Biru.
Setelah merasa yakin bahwa Biru hanya pingsan, akhirnya Raon menggendong Biru dan menaruhnya di sofa. "Masa cuman di bentak segini aja udah pingsan, badannya kecil tapi kok berat." Raon menggerutu tetapi tetap merawat Biru. Raon buka sepatu Biru lalu meraih gagang telepon dan menghubungi Ammar yang berada di ruangannya menyuruh Ammar untuk membawakan kayu putih keruangannya.
***
"Ini Pak." Ammar menyerahkan kayu putih yang ia bawa kepada Raon. Raon menerimanya kemudian berjalan ke arah sofa di ikuti Ammar. Ammar yang baru menyadari kehadiran gadis yang terbaring di sofa memelototkan matanya. "Bapak, apa yang sudah Bapak lakukan?" Ammar tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya dan memilih langsung bertanya dengan nada sedikit tinggi.
"Berisik! saya tidak melakukan apa-apa kepadanya, tiba-tiba dia langsung pingsan saat saya berbicara," ujar Raon dengan wajah datarnya. 'Pak itu pasti karena Bapak berbicara dengan suara keras,' ujar Ammar dalam hati.
Raon membuka tutup kayu putihnya dan bersiap akan di sodorkan pada hidung Biru. Namun, di cegah Ammar. "Biar saya saja Pak." Ammar menawarkan diri membantu Raon. "Tidak perlu, kau pergi lah kerjakan tugasmu." Raon malah mengusir Ammar sekarang.
Tidak banyak kata atau suara yang keluar dari mulut Ammar, ia memilih menurut dengan apa yang di sampaikan Raon, dari pada kena amukan Raon lebih baik pergi. Itu pikir Ammar. Ammar pun meninggalkan bosnya yang seorang duda beranak dua dengan seorang gadis yang terlihat sangat polos.
Ammar mencoba mengerjakan tugasnya namun tidak fokus dan berakhir dengan tidak mengerjakan apapun, pikirannya tertinggal di ruangan Raon si bos songong. "Tidak biasanya Pak Raon bersikap peduli pada sesama manusia, apalagi ini karyawan yang masih training," gumam Ammar sambil menengadahkan kepalanya ke atas dengan bersandar di sandaran kursi.
***
Sementara di ruangan Raon, setelah beberapa saat menunggu akhirnya Biru sadar juga. Biru membuka mata perlahan dan memperhatikan kesekeliling, betapa terkejutnya ia saat netranya menangkap Raon yang juga sedang menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Biru beranjak dari tidurnya dan berdiri, refleks Raon mundur saat Biru berdiri.
"Maaf Pak," ucap Biru sambil menundukan kepalanya dalam-dalam. Raon hanya mengangguk dan mempersilahkan Biru pergi dengan isyarat tubuhnya. Ia tidakmengucapkan sepatah kata pun.
Saat biru berjalan melewati Raon tiba-tiba perutnya berbunyi. Ia semakin menundukan kepalanya karena merasa malu, perutnya tidak dapat di ajak kompromi, ia memilih langsung pergi dengan sedikit berlari dari ruangan Raon tanpa mengucapkan terima kasih. Raon tersenyum melihat tingkah Biru. 'Oh jadi dia pingsan karena lapar,' ujar Raon dalam hati.
🌻
"Biru kok lama, ada masalah apa?" tanya Farrah yang sudah menunggu Biru dari tadi, Gia dan Nafisa langsung berdiri saat Biru masuk, Gani terlihat cemas. Mereka berpikir Biru di marahi karena pekerjaan mereka lelet di tambah Biru yang kembali sangat lama.
"Gak kok Bu, semuanya aman terkendali," jawab Biru sambil tersenyum lebar kemudian masuk ke kubikelnya. "Mbak Gia punya camilan gak? perut ku lapar," ujar Biru sambil mengusap-usap perutnya.
Gia yang sudah biasa membawa camilan ke kantor pun megaku punya. "Ada, Bi. Ini roti putih mau?" Ujar Gia sambil merogoh tasnya, tas Gia bagai kantong Doraemon selalu ada jika teman-teman nya butuh. "Mau Mbak, aku benar-benar lapar ini," ujar Biru yang masih setia memegang perutnya.
Gia pun menghampiri Biru yang ada di kubikel nya lalu menyerahkan roti pada Biru. "Ini lumayan buat pengganjal." Biru menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih ya, Mbak. Semoga rezekinya lancar ya Mbak," ujar Biru dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Dengan cepat Biru membuka bungkus roti nya, "bismillahirrahmanirrahim." Setelah itu, di makannya roti dengan tergesa. Rasa lapar di perut Biru sedikit berkurang karena roti mulai masuk ke dalam perutnya.
"Lapar apa doyan?" Tanya Nafisa saat melihat Biru makan dengan tergesa. Biru mengangguk dengan mulut penuh roti. Ia tidak menceritakan kejadian saat ia pingsan di ruangan Raon karena lapar. Itu terlalu memalukan.
🌻
Terimakasih sudah mampir di ceritaku... mohon dukungannya dengan tekan like, love, komen, vote dan hadiah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
delissaa
lucu namanya 🤗 udh aq siram ya kembang nya 😊
2022-03-31
0
ⓔⓇⓙⓐ 🌸
sy mampir...salam kenal othor...
2022-02-25
2
Siti Ashari
sprti nya seru
2022-02-23
1