bab 3, salah perkiraan

tak terasa hari begitu cepat berlalu, saat ini sudah hari Sabtu saja. Risha dengan semangat yang menggebu-gebu menguncir rambut nya tinggi-tinggi, menatap cermin dengan tatapan puas.

"semangat Risha, mari buat rumah ini bersih mengkilap seperti baru!" gadis itu mengepalkan tangan ke udara.

berdiri di ruang tamu dengan lap tersampir di pundak, kedua tangan nya bertolak pinggang menatap seluruh inci ruang tamu yang menyimpan debu.

memulai dengan mengelap meja kaca dan juga kursi kayu jati, mengusir secara paksa debu yang masih nyaman menempel pada meja dan kursi.

pak Rudi yang baru datang dari dapur dengan membawa segelas kopi dan sepiring pisang goreng menatap putri bungsu nya yang antusias membersihkan rumah.

"sebelah sini sudah bersih kan?" tanya pak Rudi, menunjuk kursi jati yang dialasi busa empuk.

"sudah pak, tapi jangan sampai kopinya tumpah di meja ya. sudah Risha lap tadi."

"ya Allah dek, calon suami mu itu datang nya masih besok. kenapa sekarang sudah siap-siap. seperti akan datang hari ini saja!" menggelengkan kepala, pria tua dengan sarung melilit di perut itu menyesap nikmatnya kopi hitam di pagi hari.

"kan biar besok nggak buru-buru pak."

"ya sudah"

tak mau berdebat dengan sang putri, pak Rudi membiarkan Risha berbuat semaunya. toh dia akan merasa sedikit terbantu.

Risha yang tengah mengepel lantai menjadikan gagang alat pel itu sebagai mik, mengikuti irama seiring lagu yang ia putar di hp nya.

saat lagu habis dan beralih ke lagu lain nya yang di nyanyikan oleh salah satu band di Indonesia. Risa dengan semangat menirukan nya.

"bila ada uang Abang ku sayang, bila tak ada jatah kopi pun hilang jeng jeng..."

"Assalamualaikum ..."

Degh

degh

Risha tertegun saat menoleh ke pintu, muncul Reyhan sang calon suami beserta kedua orang tua dan adik nya menatap ke arah nya dengan tatapan heran.

Reyhan menyembunyikan tawa nya saat melihat Risha bernyanyi dengan alat pel. meneliti seluruh tubuh calon istri nya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

calon istri nya hanya memakai kaos kebesaran dan hampir menutupi celana pendek nya yang hanya setengah paha. membuat kaki jenjang nya yang mulus terekspos sempurna.

"walaikumsalam" pak Rudi dari arah belakang menghampiri siapa gerangan yang datang pagi-pagi.

sama hal nya seperti Risha yang terkejut, pak Rudi pun sama. ia segera mencolek lengan anak nya yang masih diam mematung.

"dek, cepat ganti baju!" bisik pak Rudi pada putri nya yang gelagapan.

"eh,, iyha pak." Risha langsung membawa alat pel ke belakang. pipi nya bersemu merah, malu pasti nya. bagaimana tidak, melihat tampilan nya dan kelakuan nya seperti tadi ia bisa melihat Reyhan yang menahan tawa.

"*memalukan! astaga Risha ... di lihat calon mertua mu dan calon adik ipar mu."

"lagian ini kan baru hari Sabtu! kenapa mas Rey sudah datang, katanya hari Minggu kesini nya*"

***

2 keluarga tengah berkumpul di ruang tamu, beberapa hidangan jajanan pasar tersedia di atas meja.

Risha yang duduk di sebelah bapak nya tampak gugup, memegang erat ujung baju nya. saat melirik ke arah reyhan, ia buru-buru menundukkan pandangan saat Reyhan ternyata juga menatap nya.

"Begini pak, kedatangan kami kemari untuk melamar putri bapak nak Risha permata untuk putra kami Reyhan Pratama." pak Roshan ayah Reyhan membuka suara di tengah kegugupan 2 anak muda yang saling mencuri pandang.

pak Rudi mengangguk ia melirik putri nya dan istri nya.

"kalau saya terserah sama anak nya saja pak, orang tua hanya bisa merestui dan mendoakan. bukan begitu?" jawab pak Rudi, menatap pada Reyhan dan Risha bergantian.

"Bagaimana nak Risha?" tanya pak Roshan.

Risha yang mendapat pertanyaan tiba-tiba di serang gugup, menoleh pada Reyhan yang sama gugup nya menunggu jawaban nya.

pertemuan kedua nya sangat singkat, 2 bulan bekerja di kantor yang sama tak membuat keduanya sudah saling mengenal. bermodalkan dengan cinta saat SMA yang belum tersampaikan, Reyhan diam-diam mencari segala hal tentang Risha. sampai akhirnya mungkin takdir berpihak padanya. di terima sebagai manajer di perusahaan yang sama dengan wanita yang ia cintai.

flash back

saat kelulusan tinggal beberapa lagi, Reyhan yang saat itu pulang sekolah mampir ke rumah Dika untuk meminjam buku. yang awal nya hanya meminjam buku malah berakhir dengan main PS.

"Rey, aku ke toilet bentar ya. kebelet!" ujar Dika sambil meringis menahan rasa buang air besar.

"ah terus gimana dong ini?" tanya Reyhan.

"di pause dulu." teriak Dika yang sudah berlari ke kamar mandi.

"Budhe Rani...budhe... budhe ra ... ni...."

*note: budhe dalam bahasa Jawa artinya kakak dari bapak atau ibu*

Reyhan yang mendengar teriakan cempreng dari seorang gadis hanya melirik sekilas karena ibu Dika sudah keluar untuk menemui pemilik suara itu.

saat tengah asik mengecek buku pelajaran nya, Reyhan terkejut saat tiba-tiba datang gadis yang langsung merangkul pundak nya dari belakang.

"bang Dika di suruh bapak bantuin panen singkong di kebun belakang rumah!" ucap Risha yang mengira Reyhan adalah Dika.

"habis itu nanti kita cari ke.......Ong"

Risha tertegun saat orang yang di rangkul nya ternyata bukan Dika, buru-buru ia melepas tangan nya dari pundak Reyhan.

"Risha?"

"Reyhan"

kedua nya memekik bersama setelah berhadapan.

"ngapain kalian dempet-dempetan begitu? tak bilangin bapak mu lho dek!" Dika yang datang dari belakang melihat Risha dan Reyhan duduk bersebelahan tanpa ada jarak.

Reyhan buru-buru menggeser posisi duduk nya. Risha pun melakukan hal sama.

"apa'an aku nggak sengaja bang. aku kira Reyhan itu bang Dika." jawab Risha.

"udah ah, mau pulang! bang Dika jangan lupa ntar sore di suruh bapak bantuin panen singkong di belakang rumah. kalau nggak nanti bapak marah lho!" tegas Risha menatap tajam Dika.

"iya iya, dasar bawel, galak!" Dika mengacak-acak rambut Risha.

" budhe rani ... Risha pulang dulu.." pekik Risha.

"YHa Adek, jangan la......ri"

telat, Risha yang tersandung karpet membuat nya jatuh ke lantai.

"aduh!" pekik Risha merasakan sakit di lutut nya, kemudian buru-buru berdiri saat menyadari Reyhan tengah menatap nya. malu!

"Risha nggak apa-apa budhe,"

wussss.... secepat kilat Risha lari keluar dari rumah Dika sambil menahan malu.

Rani hanya menggeleng kan kepala melihat tingkah keponakan nya yang ceroboh.

"si Risha ternyata ponakan mu dik?" tanya Reyhan.

"iya, kenapa? kamu naksir sama bocah bawel dan galak kayak Adek?"

jleb pertanyaan yang tanpa filter itu melesat dari mulut Dika.

Reyhan menggeleng, tapi entah kenapa jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya. menatap pundak yang di rangkul Risha tadi.

flash back off.

diam-diam memperhatikan lewat makanan yang selalu reyhan taruh di meja kerja gadis cantik itu, tak jarang juga menitipkan nya pada Dika sang Abang sepupu.

"Saya ... saya menerima lamaran dari mas Reyhan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!