Di Nikahi Teman Lama
"Aku tahu sebelum nya kita tidak pernah berinteraksi atau mengobrol selain pekerjaan." Reyhan menatap intens gadis di depan nya, tatapan nya hangat mampu meluluhkan hati yang berdebar kencang dan bertanya ada apa ini?.
"maaf, sebelum nya saya sudah mencari tahu diam-diam tentang kamu. dari Dika teman SMA saya yang ternyata juga Abang sepupu mu."
"eh maksud nya bagaimana ya pak?" mengernyit heran.
Risha menoleh ke arah Dika yang tersenyum canggung melambaikan tangan. memberi pertanyaan lewat kode tatapan mata, tapi Dika hanya mengangkat bahu seakan menjawab tak tahu.
"maaf, Apa Minggu depan orang tua mu ada dirumah?"
Risha kembali menatap pria di depan nya yang entah sejak kapan sudah menggenggam tangan nya.
"orang tua? dirumah? sebenarnya ada apa ini?"
"aku akan datang bersama orang tua ku dan melamar mu."
"MENIKAHLAH DENGAN KU"
"apa!"
deg
deg
deg
jantung Risha berdetak dengan hebat seperti habis lari maraton. hati dan pikiran nya serasa berdesakan, berebutan untuk menunjukan keterkejutan yang datang mendadak pagi ini.
sama hal nya di ruangan bagian pemasaran. semua orang ikut terkejut dan bersorak-sorai. Dika yang mendengar lamaran tiba-tiba Reyhan pagi ini ternganga tak percaya. berikutnya ia menyadari alasan Reyhan beberapa bulan ini yang selalu menanyakan tentang adik sepupunya itu.
Sinta, teman dekat Risha selama ia bekerja di kantor ini menyemburkan nasi goreng yang baru dimasukan ke mulut satu menit lalu. wajah wanita itu tak kalah terkejutnya dengan Dika. terbatuk-batuk karena menyemburkan nasi goreng seafood itu, Sinta memukul pundak Dika meminta minum.
"Daebak!" seru Sinta. single mom anak satu itu bertepuk tangan menatap takjub pada apa yang di lihat nya pagi ini.
***
sejak lamaran menghebohkan yang dilontarkan Reyhan kemarin, pria itu sering datang ke ruangan karyawan walaupun hanya sekedar mencuri pandang pada Risha.
Reyhan Pratama, pria yang menjabat sebagai manajer perusahaan sejak 2 bulan lalu menggantikan manajer sebelum nya yang di pindah tugaskan ke kantor cabang di kota lain. pria yang sejak hari pertama kehadiran nya sudah membuat karyawan wanita di perusahaan ini terpesona dengan ketampanan nya. hingga menjadikan nya pria populer di kalangan karyawan wanita.
Risha yang tengah mengetik laporan menjadi tidak konsen saat kata-kata Reyhan kemarin terngiang di otak nya.
menikahlah denganku...
menikahlah denganku...
"Aaaaa, astaga Risha laporan macam apa ini?"
hapus,hapus,hapus
"heh dek, kamu kenapa? kesambet?" Sinta yang baru saja masuk langsung mendekati Risha.
"kesambet apa'an sih mba Sinta ada ada saja!" Risha menjawab dengan tangan yang masih menari di atas laptop.
"ya mungkin kesambet setan iseng atau apa gitu, tiba-tiba teriak nggak jelas"
"oh itu, maaf habis nya aku nulis laporan salah Mulu jadi harus ngehapus lagi. ngomong-ngomong mba Risa kesiangan ya? jam segini baru Dateng. mentang-mentang dikasih kelonggaran buat nganter anak sekolah." Risha menghela nafas saat sudah selesai meralat beberapa kesalahan yang ia buat.
"hehe, iya dek. tadi aja sampe terpaksa pesen ojek biar Chiko nggak telat." jawab Sinta.
"eh dek, itu pak manajer ganteng datang lagi. nglirik-ngkirik kesini lagi." Sinta mentoel pundak Risha. melirik ke arah jendela.
"udah biarin aja mba, tadi malam aja aku nggak bisa tidur nih gara-gara lamaran dia yang mendadak kemarin. mana laporan nggak selesai-selesai huh!" Risha melayangkan tinju ke udara.
"aku penasaran deh dek, katanya kamu sekelas sama dia waktu SMA. bener ya dek?"
"bener mba, tapi kita itu seperti langit dan bumi. dunia dia sama aku itu beda jauh tauk. bagaikan Merkurius dan Pluto, inget ya mba aku yang Pluto tak terlihat. kalau dia itu cowo populer di sekolah. dia kibas rambut aja semua cewe yang lihat bisa langsung mau pingsan!" Risha bercerita dengan menggebu-gebu.
"terus terus..." tanya Sinta antusias.
"aku nggak tahu ya apa alasan dia ngelamar aku. kalau iseng atau hanya main-main kelewatan sih. setidaknya basa basi dulu kek bangun kedekatan. main lamar aja, bikin jantung serasa mau copot!"
"CK! tapi kamu seneng kan. kalau aku perhatikan dia memang sering lihat sini dek. ku kira ngelihatin aku. aku udah kepedean banget. eh dia malah nyamperin kamu. patah hatiku dek!" Sinta mengusap dada nya dengan ekpresi kecewa yang di buat-buat.
"apa sih mba Sinta, lebay. sana ke meja mu. aku jadi nggak fokus nih." Risha mengusir Sinta dengan gerakan tangan yang mengibas.
"dek! jujur sama aku! apa karena kamu frustasi umur segini belum nikah terus kamu nekat pakai sesuatu buat melet Reyhan yang ganteng itu.?"
plak!
"mba Sinta ini lho, sembarangan kalau ngomong. ngapain melet dia, kurang kerjaan banget. mending kan melet park seo joon jelas-jelas artis internasional. idolaku lagi, aah oppa.."
"dih, lebay amat. tapi bener juga sih. kalau bisa mending melet oppa Siwon saja."
"udah ah mba Sinta, sana sana ganggu aja!"
***
Risha yang baru sampai dirumah nya menatap heran Dika yang sudah duduk di depan teras rumah nya. menemani bapak nya main catur dilengkapi kopi di samping nya.
"segar nya paklek..." seru Dika setelah menyeruput kopi hitam dengan asap yang masih mengebul.
(paklek dalam bahasa Jawa itu artinya om, atau adik dari ayah atau ibu)
Rudi, ayah Risha menggelengkan kepala melihat tingkah keponakan nya.
"bang Dika ngapain kesini?" tanya Risha, mendekat dan mencium tangan bapak nya.
"nemenin paklek main catur, biasa terpaksa janji sebelum nya" jawab Dika, tergelak asal.
"oh jadi terpaksa main catur nya, sini tak ambil lagi kopi ku." Rudi hendak merebut kopi dari tangan Dika tapi Dika lebih cepat menjauhkan kopinya dari jangkauan Rudi.
"becanda paklek, gitu aja baper" jawab Dika santai.
"baru pulang Sha? mampir kemana dulu?" tanya Rudi pada anak nya.
"dari swalayan pak, nganter mba Sinta belanja bulanan. sekalian Risha juga beli kebutuhan Risha." jawab gadis itu, matanya melirik Abang sepupu nya. memberi kode untuk menutup mulut. untung nya Dika peka dan membalas dengan oke lewat gerakan tangan.
"paklek sebentar lagi mau punya menantu baru, nggak penasaran?" Dika lain di mulut lain di hati, saat Risha sudah masuk rumah ia malah membuka kartu yang diminta Risa menutupnya
"nggak, biar Risha sendiri yang cerita. kalau paklek tanya-tanya nanti di katain sok tahu. kalau bahasa gaul nya apa ya dik?" Rudi mengingat-ingat.
"kepo maksudnya?"
"nah itu, kepo. anak-anak jaman sekarang bahasanya aneh aneh." Rudi menggelengkan kepala.
"jaman sudah berbeda paklek. jadi paklek harus menyeimbangi biar nggak ketinggalan jaman." usul Dika, kembali menyeruput kopi yang terasa hampir dingin.
"benar itu, walaupun umur tua tapi jiwa harus tetap muda. seperti panda."
"panda? apa hubungan nya paklek?"
"lho, panda walaupun umurnya tua tapi muka nya masih imut-imut kan.." jawab Rudi Dnegan polosnya, pria tua itu menerawang jauh ke depan.
"muka sama jiwa kan tempat nya beda, bukan nya kebalik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments