Saking asyiknya bermain bola basket, Zevana tidak menyadari bahwa dirinya terpisah dari kelompoknya. Ia mencoba memutar bola basket dengan satu jari, tiba-tiba saja bola itu menggeser tabung reaksi yang berisi ramuan berwarna putih dan tercampur ke sisi samping ramuan yang lainnya. Sebuah rak penelitian berwarna perak bertuliskan nama BIURIN.
Zevana tercengang, ia segera merapikannya kembali seperti semula dan langsung duduk di kursi bundar sambil mengunyah keripik singkong dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa.
Tak lama kemudian Zinta serta sahabatnya datang. Dari sinilah ia mulai memperkenalkan penemuannya yang diambil dari sebuah rak perak tepatnya tabung ramuan berwarna hijau ini bernama BIURIN . Kemudian ia juga menjelaskan secara detail dan menyeluruh kepada anggota kelompoknya bahwa tabung ini merupakan tugas kelompok kimianya.
Mendengar hal ini, Zevana menjadi sangat terkejut, seluruh tubuhnya lemas dan rasanya seperti kehilangan sepuluh kilogram berat badan. Sementara itu Zaskia menanggapi dengan baik respon Zinta dan memberikan tepuk tangan yang paling keras, namun Zweta tetap bungkam.
"Kalau mau tahu seperti apa hasil penemuan gue, tunggu aja praktik kimia nanti. Karena sudah pasti kelompok kita akan berhasil" kata Zinta sambil tersenyum.
Sesampainya di rumah, Zevana masih ingat masalah yang dia buat kacau. Zevana menjadi serba salah dan berpikir untuk mencari jalan keluar. Tapi cara itu tidak bisa ditemukan. Zevana bertanya-tanya sendirian di kamarnya.
"Ya ampun Zeva-Zeva! Apa yang udah lo lakuin sih? Bisa berabe gue. Mana itu tugas kelompok kita lagi. Duh...kalo Zinta dan yang lainnya tau gimana nih? Bisa-bisa selesai gue. Eh ngomong-ngomong kenapa gue jadi rempong gini ya? Aaahhhh nggak tahu lah pusing mikirnya" kata Zevana cemas.
Fahri yang merupakan Papi Zevana datang menghampiri sambil mengetuk kamar tidur anak semata wayangnya.
"Zeva?" Sapa Fahri.
"Kenapa pi?" Tanya Zevana.
"Kamu lagi sibuk ngga?" Tanya Fahri kembali.
"Ada apa pi?" Tanya Zevana kembali sambil membukakan pintu kamar tidurnya.
"Kita main basket yuk?" Sahut Fahri dengan semangat.
"Basket? tapi.." jawab Zevana dengan ekspresi malas.
"Iya kamu kenapa sih Zev? Ko ngga semangat gitu? Nggak kaya biasanya aja. Mumpung papi lagi nggak ada kerjaan juga"Jawab Fahri sambil menarik lengan Zevana.
"Loh Papi sama Vana mau kemana?" Tanya Mita sambil membawa beberapa pakaian trend fashion.
"Kita mau main basket dong Mi" jawab Fahri senang.
"Oh nggak bisa. Sekarang itu Vana harus mencoba pakaian trend ini. Gimana bagus kan? Pokoknya Vana mesti ikut Mamih" gerutu Mita yang tak mau kalah dengan suaminya tersebut.
"Loh..kan Papi duluan yang ngajak Zeva Mi, nggak bisa gitu dong" Sambar Fahri kembali.
"Dih Mamih juga kan orangtuanya Vana. Hayo..nggak bisa jawab kan sekarang? Ha-ha-ha" Sahut Mita sembari terkekeh geli.
"Papi juga kan, Papinya Zeva. Gimana sih?" Timpal Fahri.
"Udah cukup! Dengerin ya, mamih sama papi kan orang tuanya Zevana. Kenapa sih kalian suka berantem kaya anak kecil gitu? Bikin tambah pusing aja deh. Emang ya jadi orang dewasa itu ribet" Ujar Zevana mendengus kesal.
"Tapi sayang.." Fahri dan Mita secara bersamaan.
"Maaf Pi, mulai hari ini dan seterusnya mungkin Zeva nggak akan main basket lagi" Pinta Zevana dengan tegas.
"Loh emang kenapa sih?" Tanya Fahri mengernyitkan dahinya.
"Yes.. haha" ledek Mita sambil tertawa senang.
"Mamih juga sama aja. Pokoknya Zevana nggak mau pilih baju-baju yang nggak jelas. Sekarang Zevana mau tidur udah ngantuk. Jangan ada yang ganggu" Pinta Zevana sembari berjalan kearah kamar tidurnya.
"Liat deh Pi anak kita, kayaknya dia lagi nggak enak badan Pi" Ujar Mita terhadap suaminya.
"Bukannya ngga enak badan Mi, itu sih namanya lagi pusing mikirin tugas sekolahnya mungkin" Jawab Fahri.
"Bisa jadi Pi, yaudah daripada kepala kita ikutan pusing kaya Vana, gimana kalo Papi temenin Mamih belanja aja?" Rayu Mita sambil tersenyum.
"Belanja Mi? Yang bener aja Mi, yang ada nih entar makin migran kepala barbie. Yaudah kalau gitu Papi mau ke samping halaman rumah aja main basket sendirian" jawab Fahri beranjak pergi.
"Yasudah Mamih juga mau belanja sendirian, huuhhh !" Sambar Mita dengan nada yang sedikit kesal dan segera keluar rumah menyusuri jalan ke tempat yang ditujunya.
...****...
...Ikatan batin?...
...Ataukah telepati?...
...Intinya sama saja...
...Seperti pesan tak langsung dari seseorang...
...Yang sedang ku alami saat ini...
...Ketika menjauh merasa terhubung olehnya...
...Menampik kabar menyelimuti jiwa ini...
...Jika tak bergegas rasa ini akan selalu ada...
...***Kuakui pikiran ingin menyapa...
...Tindakan yang mengucap tanya***...
🌸🌸🌸🌸
"Jadi nggak sabar nunggu sebulan lagi, dan disitulah saatnya semua mata tertuju padaku. Selamat Zinta kamu berhasil" Ucap Zinta dengan rasa percaya diri.
Kini kita beralih di kediaman rumah Zweta, sedang apa ya kira-kira?
"Zinta dan penemuannya? Dia mengakui bisa meneliti cuma dalam seminggu aja? Semoga aja nggak ada efek sampingnya deh, pasrah dan terima aja apa yang udah dibuat sama Professor. Walau kenyataannya gue masih ragu" Ucap Zweta dengan yakin akan prinsipnya tersebut.
Sedangkan Zaskia tidak terlalu mengkhawatirkan tentang tugas kelompoknya itu, karena keyakinan Zinta sudah membuat Zaskia percaya bahwa tidak ada efek sampingnya, kini ia bisa tidur nyenyak.
...Jangan lupa tinggalkan komentar, favorit dan vote yaa, happy reading gais ☺️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
vall
seru nih...
2023-09-07
1
Fenti
memang zefana agak lain, main bola basket di lab 🤦
2023-09-02
1
mama Al
hayo loh ze
2023-08-28
2