Setelah menunggu agak lama, akhirnya Theo keluar dari mobilnya. Zella pun langsung keluar dari mobilnya dan mengikuti langkah Theo.
Theo yang merasa diikuti pun langsung membalikkan badannya dan membuat langkah Zella berhenti seketika.
"Nona Grizelle," Theo sedikit terkejut setelah mengetahui bahwa Direktur Muda GA Corporation yang sedang mengikutinya.
"Eh, hai Tuan Theo." sapa Zella sedikit gugup melihat sosok laki-laki yang sangat dirindukannya berdiri tepat di hadapannya. Sosok laki-laki yang selalu membuat banyak kejutan untuknya, yang selalu ada saat ia butuhkan dan tentunya sosok laki-laki yang paling ia cintai sampai detik ini.
Jujur, Zella saat ini sangat ingin memeluk Theo. Menumpahkan segala kerinduannya yang terpendam selama enam tahun dan mengobati kesendiriaannya selama ini. Tapi keinginan Zella diurungkannya saat Theo terlihat sangat datar dan terkesan dingin saat menatapnya.
"Apa anda mengikuti saya?" tanya Theo dengan Bahasa Jerman dan logat yang khas orang Jerman. Mendengar suara Theo, benar-benar membuat Zella bergetar. Gaya ketus Levi saat pertama kali mengajarnya di bangku kuliah kembali terdengar di telinganya.
"Apa??!! Mengikuti anda??!! Tentu saja tidak. Aku memang ingin menikmati malam di sini." jawab Zella asal asalan. Kini Zella tak ingin terlihat seperti menguntit Theo, seperti apa yang dulu sering Levi lakukan padanya.
"Menikmati malam di Club ini maksud anda Nona Grizelle?" tanya Theo memastikan tujuan Zella.
"Ya iyalah, emang dimana lagi?" Zella balik bertanya pada Theo.
"Maaf Nona Grizelle, tetapi baru kali ini saya melihat wanita datang ke Club Malam menggunakan piyama." jawab Theo menelisik pakaian Zella di balik jaket yang dikenakannya.
"Huh, kali ini aku terlihat sangat bodoh di hadapannya." gumam Zella dalam hati.
"Itu bukan urusan anda, Tuan Theo." balas Zella yang terus melangkahkan kakinya menuju pintu Club Malam.
Dengan cepat Theo menghalangi langkah Zella tanpa menyentuh Zella sedikit pun.
"Maaf Nona Grizelle, saya rasa anda tidak pernah datang kemari. Katakan pada saya, apa yang anda butuhkan? Biar saya yang membelinya untuk anda. Anda bisa menunggu di sini. Di dalam sangat berbahaya untuk anda, Nona." ucap Theo mencegah Zella.
Zella langsung meneteskan air matanya saat mendapatkan perhatian dari Theo. Ia langsung menghambur memeluk Theo dan menumpahkan segala kerinduannya yang ia pendam selama enam tahun.
Theo terkejut saat Zella tiba-tiba menangis dalam pelukannya, kini ia tidak tahu harus berbuat apa. Direktur Wanita termuda yang sangat disegani memeluknya dengan sangat erat.
Theo pun mengajak Zella masuk ke dalam mobilnya dan duduk di bagian belakang dan pelan-pelan melepaskan pelukan Zella.
"Anda sepertinya sedang memiliki banyak masalah, Nona Grizelle." ucap Theo memecah keheningan.
"Apa kau sudah melupakanku?" tanya Zella sambil menatap Theo dengan tatapan sendu.
"Maaf Nona, saya tidak merasa mengenal anda sebelumnya." jawab Theo sambil menahan sakit di kepalanya yang datang tiba-tiba.
Tatapan sendu Zella membuat dada Theo sedikit sesak dan kepalanya mulai pusing.
"Apa kau baik-baik saja, Tuan Theo?" tanya Zella saat melihat Theo mulai memegang kepalanya.
"Aku baik-baik saja, Nona Zella." jawab Theo.
Zella mulai khawatir melihat keadaan Theo, ia mendekat dan mengusap kepala Theo. Sayangnya Theo justru menghindar dari Zella dan sedikit mendorong Zella untuk menjauh darinya.
"Maaf Nona, saat menghirup parfum anda kepala saya semakin sakit." ucap Theo jujur dan Zella langsung memundurkan tubuhnya menjauh dari Theo.
"Parfum??!! Aku tidak memakai parfum." jawab Zella yang merasa tidak menyemprotkan apa-apa di pakaiannya.
Tak berapa lama, pintu mobil Theo dibuka oleh Paula.
"Theo, kenapa kau tidak menyusulku ke dalam? Siapa wanita ini, Theo?" tanya Paula menunjuk ke arah Zella.
"Dia yang menolongku tadi." jawab Theo. "Kepalaku sangat sakit dan dadaku sesak." ucap Theo berbohong.
"Terima kasih sudah menolong kekasih saya, Nona. Saya akan segera membawanya ke rumah sakit." ucap Paula.
Zella tersentak kaget mendengar pengakuan Paula. Ia langsung keluar dari mobil Theo tanpa mengucapkan apa-apa.
Paula segera mengambil alih mobil Theo dan mengemudikannya ke arah rumah sakit terdekat. Sedangkan Zella hanya memandang kepergian mobil Theo dengan perasaan yang tidak dapat digambarkan.
Terima kasih sudah menolong kekasih saya, Nona.
Kata-kata Paula terngiang-ngiang di telinga Zella.
"Kekasih??!! Paula kekasih Theo." gumam Zella dalam hati sambil berjalan ke arah mobilnya.
Zella masuk ke dalam mobilnya dan menelungkupkan wajahnya di atas setir mobil. "Aku benar-benar tidak sanggup untuk menerima bahwa Kak Levi telah melupakanku, bahkan ia tega sudah memiliki kekasih tanpa memikirkan aku." ucap Zella dan terus terisak mengingat kata-kata Paula.
Dengan perasaan hancur, ia menjalankan mobilnya kembali ke Mansion.
...***...
Sedangkan Theo langsung mengkritik Paula yang mengakui bahwa Theo adalah kekasihnya.
"Maaf Nona Paula, kenapa anda tadi berbohong dengan mengatakan bahwa saya adalah kekasih anda?" protes Theo.
"Aku tidak berbohong, karena sebentar lagi aku memang akan menjadikanmu sebagai kekasihku, Theo." jawab Paula santai.
"Maaf Nona Paula, saya tidak akan mengkhianati Tuan Geoffrey." balas Theo dengan tegas.
"Huh, sudah kuduga kau pasti akan berkata seperti itu. Apa kepalamu masih sakit?" tanya Paula.
"Sudah tidak sesakit tadi. Maaf Nona Paula, sebaiknya kita segera kembali ke Mansion saja." ucap Theo dan Paula segera menjalankan mobilnya ke arah Mansion.
Sesampainya di Mansion, Paula segera masuk ke dalam menemui Geoffrey. Sedangkan Theo masih di pintu gerbang Mansion dan bersiap-siap untuk menutupnya.
Setelah menanyakan keberadaan Geoffrey pada salah satu asisten rumah tangganya, Paula segera masuk ke ruang kerja Geoffrey.
"Apa yang membuat Geoffrey betah berlama-lama di ruang kerjanya?" tanya Paula dalam hati. Tidak biasanya kekasihnya itu betah mengurus tentang perusahaannya dalam waktu yang lama. Terlebih selama ada Theodore yang terlihat lebih gesit daripada Geoffrey.
"Sayaaang." panggil Paula saat masuk ke dalam ruang kerja Geoffrey. "Kau terlihat sangat sibuk malam ini?" tanya Paula yang melihat kekasihnya masih menatap layar laptopnya.
Geoffrey hanya melihat sepintas ke arah Paula dan kembali melihat laptopnya. Entah apa yang Geoffrey lakukan dan ini sangat membuat Paula penasaran. Tidak biasanya Geoffrey seperti itu.
"Cepat sekali kau menghabiskan malammu di Club?" tanya Geoffrey dengan raut wajah yang sangat datar.
"Apa yang membuatmu cepat pulang?" tanya Geoffrey lagi yang sangat paham akan perangai Paula. Ia tidak mungkin pulang secepat ini dari Club Malam.
Mendengar pertanyaan Geoffrey, Paula hanya diam dan mendekat ke arah Geoffrey.
"Tentu saja aku cepat pulang, karena aku sangat merindukanmu, sayang." jawab Paula sambil memeluk Geoffrey dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Rita
jgn menyerah Zella
2022-12-30
1