"Paling juga bentar doang itu, nanti bakal ganti lagi cowok yang kamu suka" ujar Ayuna karena mengingat sehabatnya ini menyukai laki-laki hanya dalam jangka waktu yang pendek.
"Hehe iya juga sih, tapi kali ini berbeda. dia itu laki-laki idaman banget."
"Nanti kamu kasih tunjuk sama kita ya, biar kami bisa menilai" ujar Agata.
Keempat perempuan itu menghabiskan waktunya dengan mengobrol hingga jam sudah menunjukkan pukul 7:45 wib. akhirnya mereka berangkat dari tempat duduknya menemui resepsionis untuk bertanya ruangan kerja untuk mereka.
"Permisi buk... kami dari kampus MM yang akan praktik disini selama 2 hari, dan ini berkas kami" ujar Agata dengan sopan sedangkan Devi hanya berdiri dibelakang tidak menghiraukan mereka yang berbicara, tapi Ia memadang laki-laki yang baru melewati tempat itu sampai laki-laki itu hilang dari padangannya.
"Devi.... Devi...." Akira menggoyang bahu Devi saat dipanggil tapi tidak menyahut sama sekali dan malah bengong saja memandang dinding yang kosong.
"Ngagetin aja lho. ada apa sih?" kesal Devi.
"Kamu ngapain natap dinding kayak menatap cowok tampan?" tanya Akira.
"Tadi cowok idaman ku lewat heheh. udah siap?" tanya Devi.
"Sudah, ini kertas dan isinya menempatan kita bagian keuangan nantinya. dan sekarang kita disuruh kelantai 20 dulu menemui sekertaris dari manajer keuangan" ujar Ayuna.
Mereka berempat kembali melangkah menuju lantai yang yang sudah ditentukan, sesampainya disana ternyata Ara tidak ada di mejanya, mungkin ia sedang diruangan manajer atau sedamg ketoilet.
"Kalian tunggu disini ya aku masuk dulu, mungkin buk Ara ada didalam" ujar Devi lalu ia segera berjalan menuju ruangan Devano.
Tok... tok... tok....
Karena ini masalah kampus Devi sedikit menjaga kesopanannya dengan mengetuk pintu terlebih dahulu, setelah mendengar sahutan dari dalam Devi langsung masuk dan tidak melihat Ara disana.
"Buk Ara dimana? kamu sembunyikan ya? jangan macam-macam sama sekertarismu nanti aku lapor daddy" tuduh Devi sedangkan Devano mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan ucapan Devi datang-datang langsung menuduh dirinya yang tidak-tidak.
"Maksud kamu apa? memangnya Ara nggak ada dimejanya?".
"Nggak ada" ujar Devi sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalau Ara nggak ada dimejanya dan nggak ada diruangan ini bukan berarti ia kusembunyikan, mungkin aja ketoilet atau ada urusan dengan staf lain" jawab Devano lalu kembali dengan aktivitasnya karena tadi ia sempat menoleh kearah Devi.
"Iya juga sih, yaudah aku pergi dulu abang ganteng" jawab Devi dengan gaya genitnya sambil memberikan kissbye kepada Devano.
"Dasar bocah nggak ada sopan-sopannya sedikit pun" umpat Devano.
Devano sangat heran dengan sikap Devi yang tidak ada rasa sopannya sedikit padahal yang Devano tau ayah dari Devi orang yang baik dan juga sopan.
Devano mengangkat gagang telefon kali ini ia akan menelfon selertarisnya Ara untuk memastikan Ara ada dimejanya atau hanya akal-akalan Devi saja supaya datang keruangannya.
Sudah dua kali Devano menelfon ara tapi tak kunjung diangkat, Devano berdiri dari duduknya dan melihat keluar dan ternyata Ara baru berjalan kearah mejanya.
"Ara kamu dari mana telfon saya tidak diangkat?"
"Dari toilet pak, apa mereka semua yang akan praktek dibagian keuangan ini pak?" tanya Ara sambil melihat satu persatu orang yang berdiri didepannya.
"Iya Ara, kamu urus mereka dulu dan tempatkan mereka di masing-masing tempat ya" ujar Devano lalu ia kembali masuk setelah Ara menjawab ucapannya.
Ara dengan tegas membagi 4 orang didepannya dan mengantarkan ke staff keuangan untuk diajari layaknya staff yang bekerja.
"Kalian pake ini dulu ya, biar staff disini tau kalau kalian mahasiswa yang praktek, dan kalau ada kendala beritahu saya" ucap Ara sambil memberikan nametag masing-masing.
"Baik buk Ara."
"Devi kamu tunggu disini saja karena kamu akan membantu saya dibagain sekertaris, sedamgkan temanmu yang lain akan saya antar dulu ketempat masing-masing" ujar Ara lalu ia berjalan diikuti oleh Agata, Ayuna, dan Akira.
"Baik buk Ara."
Setelah Ara dan yang lainnya pergi jauh Devi sigadis nakal itu langsung berlari keruangan Devano.
Brak....
Pintu dibuka Devi secara paksa dan juga kencang hingga suara itu sangat jelas terdengar oleh Devano.
"Ada apa?"
"Hehe nggak ada pak Devano yang ganteng, aku hanya merindukan wajah tampan mu" ujar Devi lalu ia mendekat kearah meja Devano.
"Jaga cara berbicara mu sudah aku katakan aku bukan adikmu, dan sekarang kamu sedang praktek, pakai waktumu untuk belajar bukan untuk merayu laki-laki" ujar Devano dengan sinis.
"Hehe aku akan bekerja dengan baik dan memanfaatkan waktu selama praktek disini tapi nanti siang kita makan bareng ya" nego Devi lagi.
"Tidak bisa Devi, kamu makanlah bersama teman mu" bantah Devano lagi.
"Pokoknya jam istirahat jangan pergi dari ruangan ini, aku pesan makanan untuk kita" ujar Devi lalu ia segera keluar dari sana.
****
Ucapan Devi sama sekali tidak diindahkan oleh Devano, ketika istirahat tiba Devano bergegas keluar untuk makan siang direstoran depan kantor.
Tapi saat Devano masih didepan pintu Devi sudah menghadangnya dengan cara berbohong lagi karena masih ada Ara disana.
"Permisi pak Devano tadi daddy pesan kalau daddy ingin datang keruangan bapak" ujar Devi sambil menunjukkan wajah seriusnya.
Devano yang sedang menjaga imagenya pun tersenyum sambil menjawab ucapan Devi.
"Jam berapa datang? saya mau makan siang dulu."
"Sebentar lagi bakal datang pak, mohon ditunggu."
"Devi kita makan siang bareng yok! ajak Ara dengan sebutan nama saja mengingat Devi saat ini menjadi rekan kerjanya.
"Buk Ara pergi saja ya, soalnya daddy ku meminta untuk menunggunya disini" ujar Devi.
"Hmm baiklah aku duluan ya,mari pak" ucap Ara lalu ia segera pergi dari sana tanpa merasa ada yang janggal.
Yang tunggu-tunggu pun akhirnya datang tapi bukan Derson yang datang melainkan kurir yang sedang mengantar makanan yang dipesan oleh Devi.
"Mau mu apa sih? kamu makan sendiri saja aku mau makan di restoran depan" ucap Devano hendak pergi tapi ditahan lagi oleh Devi.
"Nggak mau. aku mau makan sama kamu" ucap Devi lagi sambil memegang tangan Devano.
"Haiss.... baru kali ini aku bertemu dengan wanita aneh seperti mu" omel Devano tapi ia tetap berjalan mengikuti langkah kaki Devi karena tangannya masih dipegang oleh Devi.
Sesampainya didalam ruangan Devi membuka makanan yang ia pesan tadi dan menyerahkannya kepada Devano.
"Semoga kamu suka, aku nggak tau makanan apa yang kamu suka" ujar Devi.
"Ini nggak ada racun atau jampi-jampikan?" tanya Devano sebelum ia makan.
"Haha memangnya masih ada jampi-jampi jaman sekarang? udah makan saja aku hanya ingin makan siang dengan mu".
...Jangan lupa tinggalkan jejak ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Al-Hafiz Mat salleh
Emangnya kalau karyawan di perusahan Anderson semua kayak beruang kutub ya.
2022-03-13
1
Esa Aurelia
kayak apaan bae dijampi-jampi ya 😅
2022-03-09
0
Indahtri Reyunita
maksa banget Devi.... 😁 lanjut thoorr....
2022-02-25
1