Jonathan menghempaskan tubuh nya di atas kasur. Hati nya sedih melihat ibu nya menangis, namun ia juga merasa tertekan dengan keadaan nya sekarang.
Apalagi semenjak kepergian ayah nya, ia semakin tak bisa berbuat apa apa, ibu nya semakin posesif terhadap apapun yang akan Jonathan lakukan.
"kenapa hidup ku seperti ini Tuhan, mengapa mereka melakukan ini semua padaku? " Jonathan membatin dalam hati nya.
"aku juga ingin seperti mereka, bebas melakukan apapun. Apa aku salah mengharapkan sedikit kebebasan.
Apalah arti semua kemewahan yang kumiliki jika hidupku seperti ini? " lirih Jonathan.
Jonathan termenung dalam sepi dikamar nya. Tak tau apa yang harus diperbuat melainkan mengikuti kemauan sang ibu. Meski hati kecil nya memberontak tapi perasaan nya sungguh tidak tega melihat ibu nya bersedih jika selalu membahas perihal kebebasan nya. Apalagi semenjak ayah nya menghilang , semua urusan dirumah dan perusahaan diserahkan pada Delisha.
Tidak ada lagi senyum ceria diwajah ibu nya seperti dulu, Jonathan sadar akan hal itu. Seperti banyak beban yang ditanggung oleh wanita yang sudah memasuki usia paruh baya namun masih terlihat cantik dan elegan. Hal itulah yang membuat Jonathan enggan dan merasa tidak tega untuk terlalu memberontak lebih jauh, apalagi sekarang ibu nya hanya berjuang sendirian.
Yang diharapkan nya hanya satu, semoga suatu saat dia bisa membahagiakan ibu nya dengan kebebasan yang bisa ia banggakan.
...
Keesokan pagi nya
Pagi menjelang siang Jonathan sudah berada dikampus nya.
"Jo !! " seru Erika mengagetkan Jonathan.
Jonathan hanya menoleh tanpa menjawab seruan erika.
"lo kenapa sih, pagi pagi udah murung gitu muka, liat tu penggemar lo pada ngeliatin dari tadi. " ucap Erika mengedarkan pandangan nya.
"terus? " tanya Jonathan singkat
" ish lo nie gimana sih, senyum dikit ngapa, mereka itu sampek ngasi julukan loh ke elo gegara sikap lo itu" ujar Erika
Jonathan hanya terdiam menanggapi ocehan teman wanita nya tanpa berniat menanggapi seperti biasa.
"ayolah jo, cerita sama gue kalau lo ada masalah, jangan dipendem sendiri, kita kan udah lama kenal. Gue tau lo itu kuat tapi apa salah nya berbagi ke temen" celoteh Erika menatap Jonathan.
"aku gak papa" jawab Jonathan
"gue tau lo gak papa, kalau lo kenapa kenapa lo gak kan masuk sekolah jo, " Erika mendengus mengerucutkan bibir nya.
Lagi lagi jonathan hanya tersenyum
"oh Tuhan sahabat gue ini ya, payah banget diajakin ngobrol. Pelit banget sama suara. Heran gue. " kata erika sambil menggeleng gelengkan kepala nya.
"udah deh rik, jangan digangguin mulu, keluar semburan es nya si Jonathan baru tau rasa lo" timpal Dirga yang tiba tiba datang.
" iya nih, memang sengaja mau gue keluarin, cocok kalau anak anak sekampus julukin dia pangeran es. Gue yang lama lama deket dia juga ikutan beku" gerutu Erika kesal.
Sementara jonathan lagi lagi hanya tersenyum.
Sedangkan Dirga tertawa mendengar celotehan erika.
Tak lama kemudian dua sahabat mereka Alex dan Samuel pun datang menghampiri ketiga orang itu.
"hai guys, ngebicarain apa sih kalian? Seru amat kayak nya. " tanya Samuel.
"halah palingan ngegangguin si Jonathan lagi " timpal Alex.
"bukan ngegangguin, gue cuma nanyak kok, hari ini si Jo beda aja, kalian gak liat apa tuh? " kata Erika melihat Jonathan.
"hahaha, tiap hari memang gitu kan dia, dingin bro. Bentar lagi tempat tinggal kita jadi kayak dikutub ini kayak nya! " sahut Samuel melirik Jonathan.
Jonathan melirik tajam Samuel yang tengah menggoda nya.
"ops, maaf jo, hehe becanda gue. Yaelah gitu aja tajam amat mata lo" kata Samuel ciut.
"haha rasain lo" balas teman teman yang lain nya.
"kalian gak ngerasain apa yang aku rasain" akhirnya Jonathan bersuara
Keempat teman Jonathan saling melirik.
"entah kenapa takdir hidup ku sekejam ini" lirih Jonathan
Dirga menepuk nepuk pelan pundak Jonathan.
"apapun itu, pasti ada hikmah yang indah dibalik ini semua jo, " kata Alex
"lo harus kuat, mungkin mama lo ada alasan sendiri dia ngelakuin ini semua buat lo" timpal Erika
"hmmmm" lirih Jonathan menundukan kepala nya.
" lo udah pernah nanyak alasan nya jo? " tanya Samuel pula
Jonathan hanya menganggukan kepala nya.
"terus jawaban nyokap lo" tanya samuel lagi
Dan Jonathan hanya menggelengkan kepala.
" dan nyokap lo gak ngasi tau alasan nya? " tanya Dirga
Kembali Jonathan hanya menganggukan kepala nya.
" yang sabar Jo, gue yakin suatu saat lo pasti tau jawaban atas semua pertanyaan lo selama ini" ujar Erika menenangkan Jonathan
Jonathan hanya menganggukan kepala nya dan tersenyum tipis
" astaga jo, kita panjang lebar ngomong, dan lo hanya angguk angguk, geleng geleng, sumpah ya punya temen pelit amat ngomong! " ujar Samuel yang langsung kena sikut Alex dan Dirga sementara Erika melotot ke arah Samuel.
"hehe, maaf maaf. Tapi kan gue bener. " bela Samuel pelan sembari menggaruk kepala nya
"lo ini, temen lagi sedih malah ditambahin sebel, gimana sih! " ucap Erika.
Samuel hanya cengengesan menanggapi perkatan erika.
"udah udah, jangan pada ribut. Kalian ini. Dan lo jo , udah jangan pernah ngerasa sendiri, enjoy aja. Kita kita akan selalu ada buat lo kok! " ujar Dirga
"iyya Jo, bagaimana pun kehidupan lo, lo tetap sahabat kami" timpal Alex
"iya, walaupun lo kadang nyebelin seperti makhluk es tapi kami tetep akan selalu jadi temen lo! " seru Samuel tertawa
"terima kasih untuk kalian" balas Jonathan dengan senyum diwajah dingin nya.
"gimana besok sore kita ngumpul dirumah Dirga, sambil barbeque an. Setuju gak? " tanya Alex
"gue setuju aja" kata Erika
"gue sih ayok" timpal Samuel.
"lo gimana Jo, mau kan?" Tanya Alex
"boleh" balas Jonathan menganggukan kepala nya.
"kalian gak da yang nanyak gue nie setuju atau enggak, rumah gue lo itu? " ujar Dirga
"udah setuju aja si lo Dir, gak usah repot repot mikir! " timpal Samuel.
"sialan lo! " balas Dirga memukul kepala samuel.
Teman teman yang lain hanya tertawa melihat tingkah mereka.
Mereka pun melanjutkan perkuliahan nya hingga akhir.
Hanya kuliah belajar dan belajar yang dilakukan Jonathan.
Tidak ada satu hal yang menyenangkan diusia remaja Jonathan. Mengingat betapa payah nya ia mendapatkan hak untuk bebas dikarenakan suatu hal.
..
Keesokan hari nyaa..
Anak anak remaja itu telah berkumpul di taman belakang rumah dirga. Terlihat beberapa pelayan hilir mudik menyediakan makanan dan keperluan mereka.
"wah, asik ini tinggal makan, udah disediain semua sama kang saji! " ujar Samuel sambil mencomot steak yang telah tersaji.
"iyalah, kang saji disini tau kalau lo semua pada mau enak nya aja! " balas Dirga ketus
Keempat remaja itu tertawa
Sedangkan Jonathan lagi lagi hanya tersenyum sambil menikmati makanan nya .
Hari hampir senja, namun kelima anak manusia itu masih menikmati waktu mereka.
" aku ke kamar mandi dulu" pamit Jonathan yang diangguki seluruh teman nya.
Dia pun masuk kedalam rumah Dirga dan berjalan masuk kekamar mandi yang berada tak jauh dari dapur rumah.
Setelah selesai melakukan hajat nya Jonathan hendak kembali kebelakang tempat teman teman nya berkumpul. Namun saat akan melangkah dia mendengar percakapan Rico dengan istri nya.
"aku cuma pergi sebentar, mungkin besok segera kembali. Aku harus membantu nyonya Delisha menangangi kasus ini" kata Rico
"baiklah mas hati hati, semoga semua cepat terselesaikan, aku kasihan pada nyonya Delisha dan Jonathan harus hidup dalam tekanan seperti ini" imbuh istri Rico.
"kita doakan saja semoga masalah ini cepat terselesaikan. Semoga dia sadar akan kesalahan nya setelah mengalami kejadian itu" ujar Rico.
"memangnya ada masalah apa dengan keluarga ku om? " tanya Jonathan tiba tiba yang sontak membuat Rico dan istri nya terkejut.
"eh nak Jo, sejak kapan berada disini? " tanya istri Rico gugup
"jawab pertanyaan ku om! " seru Jonathan mengabaikan istri Rico
"tidak ada masalah apa apa nak, hanya masalah perusahaan saja. Kau tenang saja" balas Rico datar
"benarkah? " tanya Jonathan mengernyitkan alisnya, merasa tidak percaya.
"iya, tak ada masalah besar. Ya sudah aku pergi dulu. " kata Rico langsung melangkah keluar.
Diangguki sang istri yang juga segera meninggalkan Jonathan.
"mustahil jika hanya masalah perusahaan" batin Jonathan dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments